Eight

4 2 0
                                    

   " Maaf menunggu lama, Olivie." Sapa Charlotte seanggun mungkin "Jadi... ".

  Bughhhhh.....

Jantung Charlotte berpacu ketika sesosok gadis berlari menubruk nya dengan keras, dan lagi sengaja. Mereka berdua jatuh ke tanah dengan posisi gadis yang menubruk ada di atasnya, tapi salah satu tangan gadis itu melindungi kepala Charlotte agar tidak terbentur.

  Charlotte yang awalnya meringis kini menatap dalam diam ke sosok di hadapannya. Gaun merah muda yang indah dan rambut oranye yang menyala kecoklatan. Mata hijau gadis itu tampak berair sementara hidungnya memerah. Terlihat seperti anak kecil yang tengah menahan tangis dan emosi lainnya.

  Itu Olivie, putri bungsu Kerajaan Timur.

  " Kau... " Gumam Olivie "Kau tak tahu seberapa cemas nya diriku ini. ".

  " Maaf? ".

  " Kau sama sekali tak membalas surat-suratku. " Ucap Olivie memeluk Charlotte "Tak juga memberi kabar apapun padaku, ketika aku berusaha mengirimkan utusan ku untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, aku sama sekali tak menerima respon dari satu pun orang di istana ini, kah tahu seberapa cemas nya aku menunggu kabar dari mu?".

   Charlotte yang ingin mengatakan sesuatu langsung menelan kembali niatnya ketika mendengar isak tangis gadis itu. Pelukannya mengerat sementara ia menggigit bibirnya sendiri agar tidak meraung. Walaupun Charlotte tahu bahwa dia pun sedang di posisi korban, tapi ia enggak bisa berhenti merasa bersalah pada gadis ini. Ia pun menggerakkan tangannya untuk menepuk-nepuk lembut punggung gadis itu.

  Ia menunggu hingga isak tangis itu mereda dan melepaskan pelukannya. Charlotte melihat dengan seksama seberapa sebabnya wajah gadis cantik di depannya, juga tubuhnya yang bergetar habis menahan tangisan. Charlotte berdiri di bantu oleh Alice dan ia membantu Olivie untuk berdiri juga.

  " Ayo duduk dulu. " Ucap Charlotte memandu Olivie untuk kembali ke tempat duduk mereka. Olivie hanya mengangguk dan mengikutinya.

  Setelah memastikan Olivie duduk dengan tenang di tempatnya barulah Charlotte duduk di sebrang meja tehnya. Olivie mengambil sapu tangan putih yang disodorkan Alice dan menghapus air matanya sendiri, Charlotte terkekeh pelan ketika melihat gadis itu berusaha menghapus ingus yang ikut keluar dari hidungnga.

  "Maaf sudah membuatmu khawatir sepertiitu, Olive. Tapi seperti yang kau lihat sekarang, aku baik-baik saja. " Ucap Charlotte sementara Alice menuangkan teh di cangkir mereka berdua "Kau tak perlu cemas. ".

  " Uhmm.. " Olivie mengangguk pelan "Jadi, kudengar kau kehilangan ingatanmu. ".

  Charlotte yang sedang meminum tehnya langsung tersedak mendengar itu, ia terbatuk-batuk pelan sementara Alice menghelus punggungnya lembut. Gadis itu menatap Olivie dengan alis bertaut, penuh rasa heran dan cemas.

  Kata sang Raja, Ayahanda nya, berita tentang dia kehilangan ingatannya hanya diketahui oleh orang-orang inti istana. Pria itu tak membiarkan satu kata pun tentang kejadian itu keluar dari gerbang istana, hal itu menjelaskan kenapa banyak sekali surat undangan dan semacamnya datang ke istana mengharakan kehadiran Tuan Putri Charlotte di berbagai event.

   Jadi, dari mana...

  " Aku memaksa pangeran Christ untuk menceritakan segalanya padaku. " Ucap Olivie mulai meminum tehnya juga, tapi kalimatnya kembali membuat Charlotte tersedak "Kau baik-baik saja? ".

  " Ya, ehmm, aku baik. " Balas Charlotte mengusap wajahnya sendiri dengan sapu tangan yang di sodorkan Alice "Aku hanya terkejut mendengarmu mengatakannya".

  " Ya, aku pun sama terkejutnya denganmu ketika mengetahui berita itu, tapi aku bisa memahami keadaannya jadi kau tak usah cemas. " Ucap Olivie "Dari pada itu, bagaimana keadaanmu? Tinggal di istana dengan ingatan yang menghilang bukanlah sesuatu yang sederhana. ".

The lily's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang