Charlotte dan Alice di tuntun selir Arunia menuju kekamar Gerald, yang tekatknya berada sedikit jauh dari pintu utama. Sebuah area khusu tempat para anak-anak selir tinggal. Jumlah para anak selir ada 15, beberapa dari mereka terlahir kembar dan beberapa lagi tunggal atau kakak beradik.Seumur-umur Charlotte tak pernah membayangkan dirinya akan memiliki ayah seorang Raja, yang memiliki banyak selir pula. Ia sedikit gugup ketika mereka mulai memasuki kawasan tempat tinggal para anak-anak selir, banyak yang menyambutnya dan menatapnya penuh rasa penasaran. Interaksi antara orang-orang istana lotus dan anak-anak istana utama tidaklah banyak, palingan hanya di pertemuan-pertemuan penting atau di pesta. Tidak banyak yang di perbolehkan masuk ke wilayah istana utama.
Dari informasi buku diari Charlotte ia tahu bahwa ia pun tidak banyak berinteraksi dengan anak-anak para selir, jadi hubungan mereka hanya sebatas sapa. Walau letaknya mereka adalah saudara satu ayah tetap saja beberapa dari mereka nyaris tak pernah bertemu dengan Charlotte, bahkan ada yang belum sama sekali.
Selir Arunia membimbing mereka ke lantai dua tempat itu, dimana anak dari Selir Utama yang tak lain adalah Arunia sendiri tinggal. Lalu, mereka berhenti di depan sebuah pintu besar berwarna putih yang memiliki ukuran indah di tepian nya. Selir Arunia menatap ke Chatlotte sejenak dan di balas anggukan oleh gadis itu, lalu dengan perlahan ia mengetuk pintu putih itu.
"Gerald Sayang, ini ibu, bisa kau bukakan pintunya? " Tanya Selir Arunia lembut.
Selama beberapa aat tak terdengar jawaban apapun, lalu disusul oleh suara grasak grusuk seperti barang-barang yang di pindahkan.
Tak lama kemudian barulah terdengar suara berat yang begitu lesu tepat dari balik pintu, membuat Chatlotte begitu yakin bahwa Gerald saat ini berada tepat di depan pintu itu. Tapi tak ada tanda-tanda ia akan membukanya, pemuda itu hanya berdiam diri disana, bahkan tangannya tak meraih gagang pintu sama sekali.
"Ibu? "
"Iya, ini ibu nak. Bisa kau bukakan pintunya untuk ibu sejenak? " Tanya Selir Arunia lagi, nada lembut tak meninggalkan suaranya.
"Maaf Bu, tapi Gerald sudah berkali-kali memberitahumu kalau Gerald sedang tidak ingin diganggu. " Balas Gerald dari balik pintu.
"Sudah berapa minggu kau tak keluar dari kamarmu nak? " Tanya Arunia lagi "Sekali saja, bukalah pintu kamarmu dan keluarlah. "
"Sudah Gerald bilang Gerald tidak mau. " Balas Gerald dengan suara keras yang tertahan, membuat perasaan Charlotte sedikit takut mengingat pemuda itu pernah menaikkan suara di depannya.
Arunia menatap ke Charlotte lagi dengan perasaan bersalah, Charlotte membalasnya dengan senyuman dan kembali mengangguk. Arunia masih terlihat ragu, tapi ia tak punya niat untuk membantah anggota kerajaan meski hanya seorang tuan putri.
"Gerald.. " Ucap Arunia "Ada tamu untukmu, tamu yang sangat penting. ".
" Siapa? Bukankah seharusnya tak ada tamu untukku selama beberapa saat? ".
" Itu.. "
"Kak Gerald, ini Charlotte. " Potong Charlotte akhirnya, ia pun gantian mengetuk pintu Gerald dengan pelan kali ini "Kak, bisa bukakan pintunya untuk Charlotte?? ".
Tak ada balasan sama sekali, yang ada hanya keheningan. Gerald sendiri terlihat terdiam di depan pintu itu, tapi kepalanya yang tadi menunduk kini menatap ke pintu putih di depannya dengan mata melebar, tanda ia terkejut mengetahui bahwa ibunya tak sendirian di balik pintu itu. Bibirnya sedikit gemetar dan sekilas kesedihan terlihat di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The lily's Diary
FantasiREA awalnya hanya ingin mengakhiri hari yang melelahkan ini dengan makan di restoran cepat saji favoritnya ,sambil menikmati musik yang ia putar sendiri. Semuanya berjalan baik-baik saja hingga tiba-tiba tenggorokkannya terasa seperti terbakar dan...