[13] ~Balapan~

12 3 0
                                    

" Dia bukan barang, bangsat. Lo sentuh dia seujung rambut pun,  lo mati di tangan gue. Camkan itu!!"

********

Malam hari pun tiba, seperti biasanya... Anggota Alaskar saat ini sedang berkumpul di halaman markas mereka. Seperti biasa juga, Revan diam diam keluar dari kamarnya dan mengendap ngendap layaknya seorang maling. Sekarang ini menunjukkan pukul 11 malam, dan dirinya bukan pengecut. Maka dari itu, ia akan menepatinya. 

Sebelum ke markas, ia menyepatkan diri ke supermarket dulu ingin membelikan makanan untuk anak anak, dan bahan camilan disana, karena stok makanan disana sudah mulai habis. Dan biangnya adalah, si Chiko, tukang menghabiskan makanan. 

setibanya disana, terlihat motor motor berjejeran, ada yang duduk di atas motor atau berdiri bersender ke motor. Mereka bersenda gurau menunggu Sang Ketua datang. 

Brum.. Brum.. Brum..

"Nah, tu orangnya nongol,"

Revan memakirkan motornya lalu menghampiri mereka. "Woi! Gimana kabar kalian?"

"Alhamdulillah, baik Van."

"Baik bro, lo gimana?"

"Baik baik, tapi hati lagi ga baik, hahaha."

"Bisa aje lo karung beras."

Revan tertawa pelan, "Gue baik, kok."

"Van, dia ngirim sms lagi. Katanya tepat jam 12 nanti, kita harus udah stay disana," ujar Chiko.

Revan melirik pergelangan tangannya, masih ada sekitar setengah jam lagi. Dan daripada disini buang buang waktu, ia mengatakan kepada mereka untuk berangat sekarang saja.

Tidak semua anggota berada disini, hanya perwakilan dari anggota bawahnya dan tentunya Inti Alaskar. 

Mereka bergegas ke tempat biasa. Jalan Pamungkas, dekat jembatan kota. 

Tak membutuhkan waktu lama, Revan dan anggotanya tiba di sana. Mereka semua memakirkan motornya, lalu turun. 

Prok

Prok

Prok... 

"Well, ternyata lo cepet juga datengnya Revan ketua Alaskar yang terhormat," ujar Bara tersenyum sinis. 

"Jelas dong, bos kita tuh rajin, ye ga, Van?" ujar salah satu anggota Revan.

Revan terkekeh pelan, "Yoi dong."

Bara menggeram. "Kenapa? Mau marah? Silahkan," tantang Revan.

"Fine. Sekarang kita duel," ujar Bara sembari menatap tajam Revan.

"Oke, gue juga ga mau lama lama disini," ujar Revan sembari memakai helm  dan kembali motornya. Begitu pula dengan Bara, mereka berdua memposisikan motornya di garis start

"Yang kalah, cewe lo jadi taruhannya."

Revan spontan menatap tajam Bara sembari mengepalkan tangannya, "Dia bukan barang, bangsat. Lo sentuh dia seujung rambut pun, lo mati di tangan gue, camkan itu!!"

Sheila's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang