Terlihat bangunan tua yang berdiri kokoh diantara rerumputan yang luas. Jalanan yang sepi dari keramaian kendaraan yang berlalu lalang. Tananam liar juga merambat ke dinding dinding luar bangunan itu. Ditambah dengan pencahayaan yang sedikit menambah kesan angker.
Meskipun terkesan angker, tapi tak membuat beberapa orang di dalamnya takut. Malahan mereka menikmati makanan dan ada pula yang membuat lelucon.
Bugh...
"Lo kenapa bikin rusuh sama anak Riger, hah??!!" lelaki itu tak mampu menahan emosinya, terlihat kedua tangannya mencengkeram kuat kerah lelaki di bawahnya itu.
Sontak semua penghuni yang ada di dalam terkejut dengan kedatangan Sang Ketua. Semua pasang mata yang tadinya menikmati permainannya, mengalihkan pandangannya ke asal suara itu.
"Psttt.. Chik, sono pisahin si Revan. Kasian tuh ntar tambah bonyok anak orang," bisik Zion kepada Chiko yang berada di sampingnya.
Chiko bergidik ngeri melihatnya, "idih, ogah. Lo aja kali."
"Lo aja Van, lo kan calon kakak iparnya," senggol Zion.
Erlan berdecak, "berisik lo pada," kemudian dirinya melangkahkan kakinya mendekati Revan berusaha memisahkannya.
Erlan dengan sekali hentakan berhasil menarik bahu Revan. "Dengerin penjelasan dia dulu Revan,"
Revan yang dipaksa ditarik itu hanya menendang asal dan menghela nafas kasar.
"Jelasin!!"
"Ja-di gini Bang, gue tadi ga sengaja lewat tempat nongkrongnya mereka. Pas gue mau balik, tiba tiba dicegat sama salah satu dari mereka. Dia duluan yang mulai Bang, beneran..." lelaki yang kena tonjokan dari Revan bernama Faza. Faza ini adik kelasnya, lebih tepatnya dia berada di angkatan kedua Alaskar. Ia menceritakan kronologi bagaimana dirinya bisa lebam lebam, dari musuh bebuyutannya Alaskar.
"BANGSAT!!" Revan menonjok tembok di belakangnya. "Ngajak perang mereka," sambungnya sembari kedua tangannya mengepal erat.
"Ekhem, Van, lo mau bakwan?" Zion mencoba menetralkan keadaannya dengan menawarkan gorengan yang dibelinya tadi.
Zion emang not have akhlak,
wkwkwkwkKevin yang di dekatnya menepuk pelan keningnya, bagaimana tidak ia kesal. Disaat serius-seriusnya, Zion malah melontarkan tawaran yang seperti itu.
"Aduh, punya temen gini amat sih."
"Astaqfirullah Bang, bisa bisanya lo Bang nawarin si Bos pas kayak gini," ujar Randi-angkatan kedua Alaskar.
"Ckk...kenapa sih, kan niat gue baik," rajuk Zion.
"Kan ga gini juga bego," timpal Kevin.
"Ish, yaudah sih, semua gorengan buat gue. Awas aja lo lo pada ngambil," sepertinya Zion benar-benar kesal dengan tanggapan dari teman temannya itu.
"Elah, baperan amat lo. Kayak cewek aja,"
Sedangkan Revan yang masih mengatur emosinya sebisa mungkin harus terlihat tenang. Dirinya tak boleh gegabah seperti ini.
"Besok lusa. kita serang markas Riger," ujar Revan penuh dengan tekanan.
"Wihh, mantep Bang."
"Siap Bang,"
"Akhirnya, udah lama gue engga main tonjok-tonjokkan, rasanya kayak ada yang kurang gitu,"
"Lo kira mainan Bang," kekeh Andi.
"Erlan, atur strategi penyerangannya," tunjuk Revan. Setelahnya ia melihat Zion, "Yon, lo jangan sampai gegabah. Jangan ulangi hal yang sama kayak kemarin-kemarin," Zion yang posisinya sedang mengunyah gorengannya hanya menggangguk patuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sheila's Story
Teen Fiction[FOLLOW AKUN INI SEBELUM MEMBACA] "Perlahan lahan lo pasti bisa bangkit, ada gue yang selalu ada buat lo,"--Revanza Arkharega "Sorry kalau gue belum bisa bales perasaan lo, gue butuh waktu,"--Sheila Elvaretta *_*_*_*_*_*_* Kisah ini bercerita tentan...