[12] ~Coklat Koin~

12 3 0
                                    

Awas typo bertebar:v
Happy Reading💋

*********

"Shei! Sheila! Maafin gue, elah," Sheila acuh dan melanjutkan jalannya.

"Lo gatau gue tadi khawatir sama lo," ujar seseorang yang sedari tadi mengejar Sheila.

Sheila yang mendengar penuturan dari seseorang itu, segera membalikkan badannya. Ia mengkerutkan kening, "Lo? khawatir sama gue?" tanyanya sembari tertawa.

"Terserah lo mau bilang apa. Intinya gue khawatir sama lo,"

"Kita ada ga ada hubungan apa apa, kak,"

"Khawatir sama seseorang yang kita sayang, salah ya?" tanya Revan. Benar, seseorang yang mengejar Sheila adalah Revan--kakak kelasnya.

Sheila sedikit mencerna kalimat Revan. Ia tidak salah dengar kan? Revan? Khawatir dengannya? dan apa tadi dia bilang, sayang? Ia tidak ingin besar kepala dulu. Sheila berfikir, mungkin karena dirinya itu adik dari sahabatnya.

"Iya iya, terserah kakak aja deh," Sheila melirik sudut bibir Revan yang mengeluarkan darah

"Ck. Ikut gue, kak," tanpa menunggu persetujuan dari Revan. Ia melenggang pergi dan disusul Revan di belakangnya.

Ternyata Sheila membawa Revan ke UKS, untuk mengobati luka luka yang ada di wajah kakak kelasnya itu.

"Duduk," pinta Sheila. Dengan malas Revan duduk di ranjang UKS.

Sheila mencari letak keberadaan kotak P3K, setelah berhasil mendapatkan kotaknya. Ia menghampiri Revan dan duduk di sebelahnya.

Dengan telaten Sheila menuangkan alkohol di kapas, lalu ia sedikit mencondongkan tubuhnya dan membersihkan luka luka di wajah Revan.

Revan yang mendapat perilaku itu, melihat kedua manik mata Sheila dari jarak yang sedekat ini. Ia menulusuri lekuk wajah Sheila yang menggemaskan. Ternyata Sheila mempunyai pipi chubi, pikirnya.

Revan menggenggam tangan Sheila yang tengah mengobati dirinya.

Sheila yang merasa tangannya di genggam, ia membeku di tempatnya. Sentuhan yang diberikan Revan, seperti ada arus listrik yang membuat geleyar aneh. Sheila mendongak melihat Revan.

"Gue boleh minta satu hal?" tanyanya. Tetapi Sheila bungkam, entahlah. Ia hanya menatap lekat Revan tanpa berkedip.

Revan mengelus pelan tangan Sheila, lalu menutup matanya sejenak. "Jauhin Bara,"

Tangan Revan berpindah ke pipi sebelah kanan Sheila, entah setan apa yang merasuki Sheila. Sheila menutup matanya menikmati pergerakan jari jari Revan yang ada di pipinya.

Tanpa sadar Sheila malah menekan luka yang di sudut bibir Revan.

"Ahhhh," Sheila melebarkan matanya, segera ia memundurkan kepalanya lalu menatap Revan yang tengah meringis kesakitan karena ia tak sengaja menekan lukanya.

"Eh? Astaga, kak, maaf maaf. Gue ga sengaja," dengan cekatan, ia kembali mengobati bekas luka yang ada di wajahnya.

Beberapa menit kemudian, Sheila menempelkan plester mini di luka tadi.

"Yeyy! Selesai," ujar Sheila sembari menepuk nepuk pelan kedua telapak tangannya.

"Punya wajah ganteng itu dijaga kak, malah dibuat babak belur kaya gini. Faedahnya apa coba?"

Revan memutar bola matanya jengah, "Thanks ya," Sheila menjawab dengan anggukkan kepala.

"Ehmmm... Soal tadi maksudnya apa?"

Sheila's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang