Burung burung saling bersahut-sahut an seperti alunan irama yang membuat seorang gadis di kamar menenggelamkan wajahnya di sela sela guling lalu mendengus malas berusaha menutupi telinganya karena terusik oleh kicauan burung.
Ceklek
Anddien masuk ke dalam kamar putrinya, ia menghela nafas. Ternyata putrinya masih tertidur pulas. Wajar saja putrinya masih tidur, pulang dari beli nasgornya saja sekitar jam 2.
Lalu, Anddien melangkahkan kakinya ke arah jendela kamar membuka tirainya. Silau mentari pagi hari langsung menyinari ke arah putrinya.
"Eughhhh. Siapa, sih?" Ujar Sheila sembari merenggangkan tangan lalu mengucek matanya.
"Bangun, Shei. Ini bunda. Udah jam 7 kurang 15, loh," Ujar Anddien lalu mengelus kepala putrinya.
Awalnya Sheila hanya mengangguk saja, tak lama kemudian langsung terbangun dan mengambil ponselnya. Dan benar saja, sudah jam 07:45.
"HUAAA, BUNDA KENAPA GAK BANGUNIN SHEILA DARI TADI, SIH? AH GA KE SEKOLAH SEKALIAN AJA YAH, BUN."
Anddien melotot tajam, "No no no, kasian orang ganteng yang udah balik in motor kamu, loh. Masa tega, sih? Kalau Bunda mah ga tega, mana ganteng banget lagi."
Sheila mengernyitkan dahi. Orang ganteng? Balik in motor? ia membelakkan matanya, REVAN??!!
Tak mau buang buang waktu, dirinya langsung mengeluarkan jurus seribu cepatnya untuk siap siap pergi ke sekolah.
Anddien yang melihatnya tersenyum geli. Anak bunda udah gede ternyata. Lalu merapikan tempat tidur putrinya dan menyiapkan keperluan ke sekolah.
*****
Plak
"Eh, monyet. ngapain nampar gue?" Ujar Kevin sebal ke arah Revan.
Revan memasang wajah watadosnya, "Ada nyamuk tadi di tangan, lo."
"Nyinyinyinyi."
Pletak
Kevin kembali meringis pelan, "Kenapa lagi ya allah, salah hamba apa ya allah," Ujarnya bermonolog sendiri dengan suara yang dibuat-buat.
"Bukanya bilang makasih udah bunuh itu nyamuk, malah ngejek," Ujar Sheila. Yap, ia sudah tampil rapi dengan salah satu tangannya yang memegang sandwich buatan Anddien.
"Enggak elo, enggak adik gue, sama aje. Dahlah, kalian jadian aja sono, terus perang-perangan," Ujar Kevin sembari mengikat tali sepatunya.
Revan dan Sheila saling pandang lalu menatap geram orang di depannya ini,
Dukk
Plakk
"ASTAQFIRULLAH SALAH LAGI GUE, BUNDAAA TOLONGIN, ABANG JADI KORBAN KDRT, BUN."
Anddien yang melihatnya dari dalam tertawa pelan sembari menggelengkan kepalanya.
"Udah, nak. Buruan berangkat, nanti telat."
Revan dan Sheila nampak tersenyum puas melihat Kevin mendengus malas lalu berdiri dan langsung pergi ke sekolah tanpa sepatah katapun. Katakan saja Kevin merajuk.
"DIH, KEK CEWE LO, NGAMBEKKAN," Teriak Revan. Lalu beralih menatap Sheila. "Gue anter, yok. Tenang, dijamin ga bakal telat."
Sheila menimang tawarannya, ia selalu saja merepotkan Revan. Bahkan belum genap sebulan, dirinya dan Revan makin menempel. Entah dirinya atau Revan yang sengaja mendekatinya.
Ia akhirnya mengiyakan tawarah Revan, lalu pamit ke Bundanya terlebih dahulu. Begitu pula dengan Revan.
"Kita make motor lo aja, motor gue udah gue suruh bawa sama abang lo." Sheila mengangguk lalu meninggalkan pekarangan rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sheila's Story
Ficção Adolescente[FOLLOW AKUN INI SEBELUM MEMBACA] "Perlahan lahan lo pasti bisa bangkit, ada gue yang selalu ada buat lo,"--Revanza Arkharega "Sorry kalau gue belum bisa bales perasaan lo, gue butuh waktu,"--Sheila Elvaretta *_*_*_*_*_*_* Kisah ini bercerita tentan...