9

11.5K 958 120
                                    

Pandangan Kao tidak lepas dari wajah Kana yang kini telihat sangat indah dibawah tubuhnya. Kana masih memejamkan matanya. Setelah kepergian Grace, Mild, Singto dan Krist, Kao memutuskan membawa Kana kedalam apartemennya. Awalnya Grace tidak mengizinkannya dan lebih memilih untuk membawa Kana pulang, tetapi lagi-lagi ia kalah dari kekuasaan seorang Kao Nappakao.

Bibir Kao mulai aktif mengekspor wajah Kana, dimulai dari Dahi, Mata, Pipi, dagu dan yang terakhir adalah Bibir manis Kana yang sedari tadi sudah memanggilnya untuk segera dicumbui.

Membuang selimut yang membungkus tubuh Kana, Kao membuka satu persatu kancing piyama panda yang Kana gunakan. Kana sedikit terusik saat bibir Kao masih aktif menjelajahi wajahnya.

"Sshhhh.. mmppphh". Desah Kana. Tidak dapat dipungkiri Kana merasa panas dengan tindakan Kao. Entah kenapa tubuh dan otaknya berkata lain. Otak Kana tidak menginginkan hal ini tetapi tubuhnya seakan senang dengan setiap sentuhan Kao. Kao menyeringai mendengar desahan Kana.

Sebelum penculikan itu dilakukan, Kao menyiapkan sebuah suntikan yang ia isi dengan obat bius dan juga obat perangsang, pas saat dimobil Kao menyuntikan suntikan itu kedalam tubuh Kana. Obat itu akan bereaksi saat Kana sadarkan diri. Tidak ada yang tahu Soal ini selain dirinya.

Semua kancing terbuka, Kao melepaskan Piyama Panda Kana lalu melemparnya, bibirnya jatuh keatas puting kiri Kana sedangkan tangan kanannya jatuh keatas dada kanan Kana. Bagian bawah tubuh Kao tidak tinggal diam saat tangan Kana bergerak meremas rambut Kao disertai desahan yang seksi.

"Ssshhh.. phii... Apa yang kau lakukan sshhh".

Kao tidak menjawab masih asik dengan acara menyusunya. Kao menggesekkan adiknya pada adik Kana. Lagi-lagi Kana melenguh merasakan tubuhnya yang semakin panas.

Kao dengan cepat melepaskan kaos dan celananya begitu juga dengan celana Kana membuat mereka tidak menggunakan sehelai benang pun.

"Hari ini kamu milikku sayang".

Cupp

Kao menghantam bibir Kana, tangannya mulai aktif menaik turunkan miliknya dan juga milik Kana dalam sekali genggaman.

"Ssshhh.. aahhh.. Phii.. berhenti". Kana masih berusaha mempertahankan kewarasannya. Tubuhnya seakan berteriak senang dengan semua tindakan Kao tapi tidak dengan hati dan pikirannya. Ini salah. Kana melakukan kesalahan besar.

Tangan Kao turun mengelus hole Kana dengan lembut, membuat sang empunya merem melek, apalagi hembusan nafas Kao dilehernya membuat seluruh tubuhnya meremang, Kao mengelus adiknya, memposisikannya didepan pintu yang akan membawanya kelangit ketujuh. Dan dalam sekali hentakan. Kao memasukannya.

Jleebbb.

"Akkhhhh. Sakit... Hikss. Keluarkan.. hiksss ini sangat sakit.".

Air mata Kana terus mengalir sedangkan Kao bernafas lega.

"Tenanglah sayang. Sakitnya tidak akan lama". Kao mengelus wajah Kana.

Kao mengerakkan tubuhnya, awalnya pelan tetapi semakin lama semakin cepat. Tubuh kana terhentak-hentak diatas kasur. Gerakan Kao pun tidak konstan. Kana sudah merasakan dua kali klimaks tetapi Kao belum sama sekali. Hingga hentakan terakhir Kao mendapatkan klimaksnya.

"Aaaahhh. Ssshhh".
.
.
.
.
.
.
Braakkkkk.

Mew membanting seluruh benda yang terlihat di depan matanya. Kewarasannya hilang saat mengetahui Kana tidak ada didalam kamar. Kamar yang semula rapih kini terlihat seperti kapal pecah, berantakan tak berbentuk. Semuanya hancur bahkan sampai ke alat elektronik.

Kabar yang ia dapat beberapa menit lalu mampu membuat otaknya mendidih. Hilangnya Kana dan cerita yang ia dengar dari Bi Mia kalau Kana disentuh oleh Kao mampu membangunkan sisi buasnya.

Seluruh anak buah yang ia miliki sudah ia kerahkan untuk mengepung apartemen Kao, bahkan Mew harus meminta bantuan seorang Joss Way-ar. Sahabat baiknya.

Joss Way-ar seorang pembunuh yang paling terkenal dikalangan pembisnis kelas atas. Joss tidak mengenal kata ampun dalam hidupnya, baginya kematian adalah jalan yang sangat tepat untuk membuat seseorang tidak berbuat lebih banyak dosa.

Joss sahabat baik Mew, mereka kenal sejak kecil, meskipun begitu Joss dan Mew tidak pernah satu sekolah karena Joss tinggal di Jepang. Kedua orangtua mereka bersahabat, bisa dibilang sahabat sehidup semati karena orangtua Joss dan Mew meninggal dalam tragedi yang sama. yaitu, Helikopter yang mereka gunakan jatuh diatas gunung.

"Apa yang kau ingin aku lakukan??".

"Menghabisi Kao".

"Karena dia menyentuh milikmu?".

"Kurasa dia sudah mencicipi istriku".

"Tidak salah. Aku mengenal baik tuan Nappakao, dia sangat terobsesi dengan Kana".

"Haruskah aku saja yang menghabisinya?"

"Kau punya aku, untuk apa juga mengotori tanganmu itu?"

"Kurasa Kao saat ini sudah tamat".

Joss mengangkat sebelah alisnya bingung, ini Mew berbicara ngaur atau apa?, Tetapi biasanya setiap yang Mew ucapkan itulah yang sedang terjadi. Entahlah Mew seakan bisa mendeteksi sesuatu yang akan terjadi.

"Apa maksud mu??"

"Seseorang yang membantu Kao, kini ia memunculkan wajahnya".

"Aku tidak tahu ia seorang penghianat atau seorang sahabat baik Kao". Sambung Mew.

"Bukannya yang membantu mereka Mild dan Grace?"

"Mereka hanya sebuah cadangan, Mild dan Grace tidak berperan penting dalam rencana Kao, justru seseorang inilah yang menjadi kunci sukses rencana Kao membawa Kana".
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kao mengeratkan rahangnya saat orang itu memasuki apartemen nya dengan mudah. Duduk santai di sofa ruang tamunya.

"Kau tidak ingin menyambut sahabat baik mu Kao??".

"Cihh. Aku tak Sudi!".

"Tak tau diutung sekali, tanpaku kamu tidak akan mudah membawa Kana pergi dan dapat merasakan tubuh indah Kana yang seharusnya menjadi milikku".

"Bajingan seperti mu tidak ada cocoknya dengan Kana".

Pria itu tersenyum sinis "terlalu berani Kao, keberanian mu berbicara seperti itu hanya akan membuat mu masuk kedalam masalah".

"Kau pikir aku takut padamu?".

Brukk

Pria itu melempar map tepat kewajah Kao, wajah Kao memerah menahan kesal dengan tingkah laku dia.

"Kau tamat Kao!"

"Apa maksud mu??"

"Baca berkas itu!"

Kao membuka map, membaca setiap baris isinya, Kao meremas surat itu, menahan amarah yang sudah mencapai ubun-ubun.

"Apa maksud semua ini??!"

Pria itu mengangkat alisnya "Preva Company adalah milikku mulai sekarang, dan kau akan menjadi bawahan ku, jangan berani melawan ku Kao Nappakao".

Pria itu berdiri, berjalan meninggalkan Kao menuju salah satu kamar yang menjadi kamar utama di apartemen ini. Membuka pintunya dapat ia lihat pria manisnya sedang tertidur pulas hanya terbalut baju tipis yang Kao pakaikan pada tubuh indahnya.

"Phi tidak akan melepaskan Baby na, Phi akan menjaga Baby seperti dulu lagi, Baby hanya milik Phi".



Jangan hujat aku tuluunggggggg 😂😂

Aku update karena bahagia pas Thrantype EP 11. Gilaa bener-bener bikin panas dingin. Ehheheheeh.
Tunggu kelanjutannya ya. Jangan bosen wkwkwkwkwk.

See you next chapter...
Stay tune...

My Posesif Husband (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang