Judul awal THE SANTRI
Apa jadinya jika seorang Al-Ghazali yang katanya raja jalanan dan urakan masuk pesantren?
Apakah ia bisa menjalaninya atau tak mampu sama sekali?
Penasaran?
Mari kita pantau terus!!!
🚫NO PLAGIAT
ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH! HELLO READERS! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAH!
Aku butuh dukungan kalian ✨
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-----000-----
Semuanya akan tetap sama. Tak akan ada bau kedamaian antara Al dan Reyza.
Siang yang panas ini membuat Al kembali muak dengan orang-orang itu. Bagaimana tidak? Mereka membuat ulah pada adik-adik tingkat yang jelas-jelas tak bersalah. Hal itu tentu mengusik ketenangan Al sebagai orang yang berperikemanusiaan.
"Hindarin tangan kotor kalian sama anak-anak itu!" seru Al menyorotkan tatapan maut.
Nampak Reyza tersenyum sinis pada Al, " Apa urusan lo? Jangan bilang bocah-bocah ini adek lo?"
"Lo makin hari makin gila, ya? Udah berapa tahun lo sekolah di sini? Kayak orang yang gak berpendidikan aja!" Al mulai melawan tak mau kalah. Tujuannya kali ini hanya untuk membebaskan anak-anak itu dari pentolan asrama seperti mereka.
Ikmal, salah satu anak yang terbully oleh Reyza mendapat kode dari Al agar mereka segera menghindar dari arena terlarang itu. Siapa sangka anak iu hanya diam tak terkutik, beriringan melirik David, rekan dari Reyza dengan lagak ketakutan.
Konflik semakin memanas, rahang Al pun semakin mengetat. Reyza semakin hari semakin melunjak entah bermaksud apa. Padahal Al akui, ia tak pernah punya masalah dengan cowok itu.
"BANGSAT LO SEMUA!"
BUGH!
BUGH!
-----000-----
Memang pada hakikatnya, mereka akan kembali di kursi persidangan ndalem. Al sama sekali sudah tak peduli jika harus diintrogasi lagi, sebab semuanya akan kembali pada orang-orang benar. Anak-anak yang terbully kini tak terkutik sama sekali, wajah polos dan tegang itu kian nampak.
Dingin dan datar pun sudah terpampang jelas di wajah Kyai Arsyad. Sudah tak ada penawaran lagi bagi mereka yang membuat masalah, "Sudah cukup saya beri peringatan! Memanggil orang tua kalian mungkin adalah keputusan yang terbaik," tegas beliau.
Mata Al spontan terbelalak, itu ide yang sangat buruk, pikirnya. Jika ayah dan bundanya datang, mungkin detik itu juga Al takkan termaafkan, "Bah, Jangan!" sergah Al tak habis pikir.
"Ini keputusan Abah, Al! Tidak dapat diganggu gugat!" tegas Kyai Arsyad.
"Bah, biar saya jelasin!" Kyai Arsyad spontan menatap Al dengan alis berkerut bingung.
"Sa-saya memang salah, Bah! Tapi niat saya tidak salah!" Mendengar itu membuat Kyai Arsyad tambah bingung. Sejauh itu, memang beliau tak mengerti permasalahan di antara mereka, yang jadi masalahnya adalah mereka menggunakan kekerasan.
"Anak-anak ini! Anak-anak ini dibully sama mereka!" tunjuk Al menatap sinis.
"Dan saya berpikir, memang tidak ada salahnya saya menolong orang yang tertindas!" finalnya.
Mata Al menyoroti anak-anak itu dengan tatapan marah, "Kalo kalian dibully bilang! Lapor sama petugas keamanan, jangan takut!" omel cowok itu tak terima.
Bagaimana mau melapor? Sedangkan antek-antek Reyza adalah petugas keamanan asrama Al-Kautsar. Tidak mungkin mereka akan melapor ke asrama Al-ikhlas sedang mereka memiliki petugas sendiri. Jabatan mereka baru saja diangkat beberapa waktu lalu.
Reyza dan kawan-kawannya adalah sekelompok orang yang paling ditakuti seantero asrama. Sudah banyak korban dari kalangan mereka yang dianggap lemah. Tak ada yang berani macam-macam ataupun sekedar mengadukan kelakuannya selama ini.
Semenjak seorang Al-Ghazali datang, Reyza sedikit tertantang dan semakin menjadi-jadi. Reyza berpikir, ia ingin menjadi satu-satunya orang yang paling ditakuti di asrama.
Kembali pada permasalahan tadi, Reyza menatap anak-anak itu dengan sorotan sinis, mengisyaratkan bahwa itu adalah tanda ancaman jika berani mengadukan pada beliau. Reyza tak segan-segan melukai mereka jika itu sampai terjadi.
Kyai Arsyad memijit pangkal hidungnya pusing. Beliau berpikir keras, apa mungkin kali ini ia akan memberikan mereka kesempatan? Sepertinya ia harus mencobanya!
"Sudah-sudah!" tegas Kyai Arsyad menenangkan. Matanya kembali menatap mereka dengan tatapan mengintimidasi.
"Benar itu, Nak?" tanyanya pada anak-anak itu.
Gelagat mereka nampak mencurigakan di mata Al. Sangat terasa bahwa mereka sangat ketakutan dan tertekan, entah Kyai Arsyad merasakan itu atau tidak.
"Tidak, Bah!" jawab Habib, salah satu diantara mereka.
Mata Al membelalak, nafasnya memburu dengan rahang yang sudah mengetat keras mendapat pernyataan itu, "Hei! Maksud lo apaan, Bocah!" sergah Al tak terima.
"Maaf, Bah ... Mas Al mungkin salah paham! Kami mainnya cuma bercanda kok," jelas Habib nampak tersenyum tak enak.
-----000-----
Al mendorong pintu kamarnya cukup kuat. Sorotan mata mulai menatapnya aneh, termasuk Naufal, bocah tsanawiyah yang tergolong tak polos lagi.
"Mas Al! Mukanya kok kusut banget, dah? Abis diputusin neng pacar, yah?" tanyanya jahil tak melihat kondisi.
"BACOT!"
Naufal tergelonjak kaget mendengar umpatan kasar teman kamarnya. Ia mengelus dada untuk bersabar, maklum kakak tingkatnya itu sangatlah keras.
"Mas Al ndak boleh gitu, ndak baek ngomong kasar! Kata ustadz Halim, dalam hadits mengatakan bahw---." Ucapan Naufal kian terpotong saat Al mulai naik pitam.
"BISA DIEM, GAK BOCAH?! GUE GAK NYURUH LO CERAMAH!" tandas Al tak tahan, nampak semua langsung kicep mendengar suara mengerikan cowok itu.
"DENGERIN GUE!" seru Al memaksa mereka untuk menyoroti dirinya.
"Kalo kalian ada masalah sama Reyza dengan anak buahnya atau siapapun itu, bilang! Gue bakal bantai mereka apapun alasannya! Kalian jangan mau dibodohi sama keparat itu! Dia licik! Bahkan dengan gampangnya si bajingan itu menipu Abah Arsyad!" jelas Al dengan nafas memburu.
-----000-----
TBC
Sebelum lanjut, bantu follow dulu Instagram Al-Ghazali @al.ghazalix
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.