00.01 (MASUK PESANTREN)

3K 316 5
                                    

ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH!
HELLO READERS! JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN, YAH!

Aku butuh dukungan kalian✨

Aku butuh dukungan kalian✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----000-----

Sungguh apes nasib Al-Ghazali yang harus di pesantrenkan. Jika saja ia tak mengikuti tawuran beberapa hari lalu, mungkin saat ini ia sudah nongkrong di pinggir jalan bersama teman-temanya. Al-Ghazali si anak konglomerat yang biasanya bisa melakukan apa saja kini tak bisa terkutik lagi.

 Al-Ghazali si anak konglomerat yang biasanya bisa melakukan apa saja kini tak bisa terkutik lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Al-Ghazali mengeratkan kepalan tangannya erat entah kenapa. Sejak beberapa menit lalu, Kyai Arsyad sudah membuat pernyataan bahwa semua santri yang berada di pondok pesantren tak ada yang dibeda-bedakan. Mau miskin, kaya, pintar atau pun bodoh, Kyai Arsyad selalu menganggap bahwa mereka tetaplah santri yang harus dididik. Tidak mungkinkan, jika Kyai Arsyad memanggil Al-Ghazali menjadi Santri konglomerat.

"Bunda sama ayah pulang dulu, yah, Nak!" ucap Aini tersenyum lembut, wanita yang diduga adalah bunda Al-Ghazali. Cowok bermuka flat itu hanya berdehem tak ikhlas.

"Ayah harap kamu bisa berubah di sini!" sambung ayahnya tegas dan berwibawa.

Melihat kepergian kedua orangtuanya, Al-Ghazali semakin mengeratkan genggaman pada kopernya. Ia tak habis pikir, kenapa orang tuanya mau mau saja memasukkan putra keduanya ini ke pesantren? Apa mereka berpikir putranya ini bisa merubah dirinya menjadi lebih baik?

Yang ada malah makin stress!

"Bang? Sini saya bawain tasnya ke asrama," celetuk salah seorang santri yang menawarkan bantuan pada Al-Ghazali.

"JANGAN PANGGIL GUE BANG! GUE BUKAN BAMBANG!"

-----000-----

Di asrama, cowok itu terasa asing. Suara riuh banyaknya santri membuatnya muak. Ia baru saja menginjak lantai beberapa menit yang lalu sudah tak tahan. Apakah ia bisa bertahan berhari-hari di sini? Al-Ghazali rasa itu tidak mungkin.

AL-GHAZALI [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang