Lanjutan Bagian 7

22 1 0
                                    

***

Cerah sekali Sabtu pagi ini. Padahal musim hujan sedang menjadi perbincangan manusia-manusia yang mengeluhkan ketiadaan matahari secara intens seperti biasanya. Membuat jemuran pakaian mereka bau. Sepertinya Langit memang cerah saat ini dan untuk ke depannya. Sangat cerah.

Angin menyapaku lembut. Menerbangkan cardigan berwarna merah hati yang tengah melapisi tubuhku. Musim dingin, selalu kusiasati dengan pakaian tebal. Aku duduk santai di sebuah kursi besi depan sekolah. Ya, aku menanti Langit. Malam tadi setelah menghabiskan separuh air mata yang kumiliki, aku menagih janji padanya.

Dua orang siswa melewat di hadapanku. Satu orang laki-laki dan satu orang perempuan. Benar, mereka sepasang kekasih. Keduanya anak didikku yang cukup kukenal dengan baik. Yang laki-laki namanya Adji Siregar. Sudah tentu kalian bisa menebaknya dengan tepat bahwa dia memiliki darah Batak. Sebetulnya ayahnya saja yang Batak, ibunya seorang Sunda tulen. Yang perempuan namanya Amanda. Kulit wajahnya putih, tingginya standar, badannya kurus. Mereka seperti perangko. Selalu menempel ke manapun mereka pergi. Selalu bersama-sama. Aku menyukai mereka.

"Ibu?" Adji menyapaku sambil mengulurkan tangannya.

"Hai. Adjimanda, Mandaadji." Balasku penuh canda sambil menerima uluran tangannya. Lantas Manda mengikut. Mencium tanganku bergiliran.

Aku adalah tipe orang yang cepat beradaptasi. Aku sangat terbuka. Kata orang, aku selalu ceria setiap hari. Terkadang aku senang mendengar pernyataan itu. Namun, hal yang kusayangkan adalah mereka tak tahu bagaimana aku menyembunyikan kecengenganku setiap malam ketika merindukan rumah. Termasuk pada anak-anakku, aku selalu bersikap terbuka. Tak sedikit dari mereka yang selalu menjadikanku tempat menuangkan segala perasaannya. Sebab aku dekat dengan anak-anakku, termasuk Adji dan Amanda, aku berinisiatif memanggil mereka dengan panggilan unik jika kami bertemu.

Adjimanda, itu panggilan jika aku bertemu Adji sendiri, tak bersama Amanda. Tak selalu seperti perangko setiap waktu, ada kalanya mereka juga berpisah karena mereka tidak satu kelas. Mandaadjie, itu panggilan jika aku bertemu dengan Manda ketika dia sendiri tak bersama Adji. Namun, jika mereka tengah bersama lantas bertemu denganku, maka aku akan memanggil mereka dengan dua panggilan itu. Lucu sekali, bukan?

Hal lain yang lebih lucu adalah ketika Adji berterima kasih padaku sebab telah memberikan nama panggilan untuknya dan kekasihnya. Malam itu, Adji mengirim pesan padaku lewat media sosial. Isinya adalah seperti ini.

"Ibu, terima kasih atas nama panggilannya. Aku menggunakannya bersama Manda sebagai nama akun kami. Itu unik, Bu. Kami sepakat memilih yang Mandaadjie karena itu unik. Huruf akhir nama Manda dan huruf awal namaku sama. Aku benar-benar berterima kasih."

Aku tersenyum lebar membaca pesan itu. Merasa bahagia jika anak-anakku bahagia. Semudah itu membuatku senang. Iya, melihat anak-anakku tersenyum, tertawa, entah mengapa bibirku selalu sepakat melengkungkan senyum terbaik. Sebetulnya itu hanya keusilanku saja memberi nama panggil untuk mereka. Namun, mereka memutuskan untuk menggunakannya di akun.

Ah, iya. Adji ini ketua di kelasnya. Seperti remaja laki-laki pada umumnya, dia sangat menyukai kegiatan nongkrong bersama kawan-kawannya. Selain itu, dia juga aktif di kelas. Ketika pembelajaranku, dia selalu sigap menjawab dan mengajukan pertanyaan. Terakhir kali sebelum akhirnya memutuskan istirahat dari berbagai kegiatan (karena akan segera lulus sekolah), dia memenangkan Lomba Kompetensi Siswa di universitas tempatku berkuliah dulu. Meraih juara 1 dan 2, tak membuatnya merasa tinggi. Selalu hormat ketika bersua denganku dan tak pernah meninggalkan tawanya yang khas. Saat ini, dia menyempatkan menjadi ketua panitia booklet untuk perpisahan angkatannya. Kesibukan terakhir sebelum lulus, katanya.

"Ibu sedang apa di sini?" Tanya Manda sambil sedikit mengerutkan dahi.

"Ibu menunggu seseorang." Jawabku sambil tersenyum.

Renjana dan Langit MaretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang