TITIK ASMARA 3

95 7 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, Pak Ishak bersiap untuk menyudahi pembelajaran dengan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah. "Kerjakan soal yang ada di buku paket halaman 50, minggu depan dikumpul sebelum jam pelajaran bapak". Katanya sembari beranjak pergi.

Pagi itu tepat seminggu aku dan Nisa berpacaran, belum ada kejadian yang spesial selama kami menjalin hubungan. Semua masih biasa-biasa saja. Belum ada diantara kami yang mau mengajak jalan seperti halnya orang berpacaran pada umumnya.

Makan, nonton, jalan ke tempat hiburan, ke cafe dan lain sebagainya itu masih menjadi tanda tanya apakah aku bisa melakukan itu semua bersama Nisa. Masih menjadi misteri.

Berpacaran bukan hanya persoalan menyatakan perasaan kemudian menunggu jawaban apakah diterima atau tidak, tapi melainkan bisa saling mengisi dan mencari kebahagiaan di setiap harinya. Bisa saling menguatkan ketika ada masalah, menjadi pelindung untuk pasangannya, menjadi pendengar yang baik ketika hendak bercerita, bukan malah memanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan ujung-ujungnya meninggalkan tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

Dan yang menjadi pertanyaan, apakah aku bisa melakukan itu semua untuk Nisa? Apakah manusia sepertiku bisa melakukan hal romantis sama seperti adegan di film-film romansa yang bisa membuat penontonnya berkaca kaca karena terharu. Mungkin hanya waktu yang akan menjawab itu semua.

"Oi ngelamun aja, awas kesambet." Sapa Cute tiba-tiba sambil menepuk pundak ku dari belakang kemudian duduk di samping ku.

Saat itu aku sedang duduk melamun di dalam kelas, sebab Bu Ros berhalangan masuk karena lagi ada urusan, dan temanku yang lain lebih memilih untuk duduk di depan kelas sambil bercerita.

Bu Ros adalah guru bahasa inggris, dia tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua, kira-kira umurnya kisaran 40 tahunan. Orangnya sangat sabar dalam menyampaikan pembelajaran dan yang paling aku suka dari Bu Ros adalah ia selalu tersenyum dan ramah kepada semua siswa di sekolahku.

"Ehhh bangsattttt." Kataku kaget.

"Lagi ngelamunin apasih? Nisa? Ha ha ha." Tanya Cute ketawa.

"Menurutmu?"

"Emang sudah?"

"Sudah apa?"

"Sudah menyatakan perasaan asiiikkk ha ha ha." Kata Cute dan kali ini ia ketawa agak keras.

"Sudah sah." Kataku sambil berbisik di telinganya.

"Seriussss?" Tanya Cute memastikan dengan penuh penasaran.

"Iyaaa, sudah sah jadi suami istri ha ha ha." Jawabku asal dan kali ini giliran aku yang tertawa.

"Taik mu."

"Ha ha ha iya serius sudah seminggu yang lalu, makasih ya sarannya kemarin sangat membantu." Kataku sembari mengulurkan tangan untuk mengajak Cute bersalaman sebagai tanda terima kasih atas semua saran dan masukannya.

"Jadi beneran sudah?"

"Masih nggak percaya?"

"Tapi kenapa baru bilang sekarang, kenapa nggak dari awal?"

"Yah karena kamu baru nanya sekarang." Jawabku sambil senyum-senyum.

Sebenarnya itu bukan alasan ku untuk tidak memberitahu kalau aku sudah berpacaran dengan Nisa, sebab sebelum menyatakan perasaan ku ke Nisa aku sudah berjanji dengan diriku sendiri kalau nanti aku sudah berpacaran dengan Nisa maka Cute dan Awal menjadi orang pertama yang akan aku beritahu karena mereka juga sudah memberiku banyak masukan mengenai menyatakan perasaan.

ARUS BALIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang