TITIK ASMARA 4

51 3 2
                                    

 "Ibuuuu aku berangkat dulu Assalamualaikum." Kataku teriak sambil memacu motor keluar rumah.

"Waalaikumsalam, hati-hati."

Pagi itu aku sangat buru-buru karena 5 menit lagi bel masuk berbunyi. Aku tidak sempat sarapan nasi goreng khas tangan ibu, mandi pun tidak pake sabun hanya menyiram kepala dan gosok gigi. Sebenarnya ibu sudah membangunkan ku untuk sholat subuh tapi setelah sholat aku malah kembali tidur.

Setelah keluar dari gang aku mulai mempercepat laju motor ku. Aku buru-buru bukan karena takut terlambat tapi aku malas untuk dihukum membuang sampah atau membersihkan toilet.

Di sekolah ku memang mempunyai aturan seperti itu bahkan sebelum masuk ke kelas pun setiap siswa harus memungut sampah sebanyak lima lembar sebagai tiket masuk. Jadi wajar kalau sekolah ku mendapat penghargaan sebagai sekolah terbersih.

Sesampainya di depan sekolah aku tidak melihat seorang pun berada di parkiran. Keadaan saat itu sangat sepi hanya ada dedaunan kering yang mulai berpisah dengan tangkainya dan jejeran motor yang tersusun rapi. Mataku sontak melihat jam yang menempel ditangan kiri ku dan bersamaan mulutku bersuara "Shitttt" yah hanya kata itu yang bisa aku keluarkan.

Aku sudah terlambat sepuluh menit. Saat itu hanya ada dua pilihan yang bisa kulakukan kembali kerumah untuk melanjutkan tidur atau tetap masuk dengan konsekuensi akan mendapat hukuman membersihkan toilet dan membuang sampah. Dan keduanya tidak aku suka.

Tidak lama setelah mengamati keadaan aku memutuskan untuk tetap masuk sambil mendorong motorku menuju parkiran di bagian sudut sekolah dengan memperhatikan sekeliling takutnya ada guru yang melihat. Selepas memarkir aku mulai melangkahkan kaki melewati lorong sekolah dengan perlahan dan sesekali menengok ke kiri dan ke kanan.

Sialnya setelah beberapa langkah terdengar suara yang tidak asing dari belakang. "Khmm bagus yah." Mendengar suara itu aku langsung menghentikan langkahku dan membalikan badan ke arah suara itu. Dan boom ternyata pemilik suara itu adalah Ibu Marwah. Ia sudah berdiri tepat di belakang ku dengan melipat kedua lengannya di depan dada.

Ibu Marwah adalah guru BK. Umurnya sekitaran 40 tahunan. Ia sangat gemar memarahi siswanya yang tidak menaati aturan sekolah dan mungkin memberikan hukuman kepada siswa adalah bagian dari hidupnya. Bisa dikatakan ia satu paket dengan kepala sekolah. Maka dari itu aku sering menyebutnya Grim Teacher ha ha ha.

"Ehhh ibu he he he." Kataku cengengesan sambil menggaruk bagian belakang kepala meskipun tidak gatal.

"Sini kamu." Katanya menyuruh dengan memberikan kode dengan kepalanya. "Kenapa?" Tanyanya kemudian dan saat itu aku sudah berdiri di hadapannya.

"Kenapa apa yah Bu?"

"Kenapa terlambat?"

"Oh anu itu ehh anu Bu."

"Au auu auu apa?" Tanyanya lagi dan kali ini suaranya sedikit tegas.

"Terlambat bangun Bu." Jawabku langsung dengan suara pelan.

"Apa? Bicara yang jelas."

"Terlambat bangun Bu."

"Kebiasaan. Ya sudah ikut ibu." Ia pun berjalan maju dan aku hanya mengekor di belakangnya.

Hari itu aku mengikutinya menuju ke ruang BK. Saat itu hanya ada aku dan Bu Marwah disana. Biasanya di ruangan itu ada Pak Ilham yang juga sebagai guru BK tapi aku tidak melihat batang hidungnya pagi itu.

"Siapa nama kamu?" Tanya Bu Marwah kemudian menyiapkan pulpen dan sebuah buku catatan. Kelihatannya itu daftar catatan untuk semua siswa yang terlambat. Dan posisi kami sudah duduk berhadapan dengan meja sebagai pembatas.

ARUS BALIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang