TITIK ASMARA 10

46 1 0
                                    

Sejak malam itu aku memutuskan untuk baik-baik saja. Di hari berikutnya aku memutuskan biasa saja, kita sudah selesai. Semua kisah mungkin memang sampai disini.

Beberapa kali bertemu nisa di kantin bersama teman-temannya, aku tidak lagi menghindar tidak juga menyapa. Hanya sekedar berpapasan tanpa interaksi seperti orang baru. Berat sekali, tapi mungkin ini lebih baik. Dengan prananda pun, aku tidak mau membahas nisa lagi. Aku tidak menjauh juga darinya, masih ikut nongkrong bareng tapi kalau seperti dulu mungkin sudah beda.

"Lo baik baik aja kan?" Tanya cute saat kami berdua sedang berada di kantin AM. "Dari kemarin gue perhatiin lo rada aneh."

"Aneh gimana?"

"Yah anehh, setiap kali ketemu nisa lo gak pernah nyapa, lo selalu menghindar."

"Perasaan lo doang."

"Udahlah mending lo ajak nisa ketemu lalu selesaiin deh semuanya." Kata cute sambil menerima jus pesanannya.

Aku menghela nafas. "Udah gak ada yang harus diselesaiin."

"Kalau emang semua udah beres, kenapa lo gak mau nyapa dia. Kalian itu udah kayak orang asing tau."

"Emang gitu kenyataanya."

"Makanya selesaiin dong, sampe kapan lo mau marahan terus sama dia."

"Sekarang gue udah gak marahan lagi sama dia."

"Gak jelas lo nyet." Tegas cute. "udah gak marahan tapi sikapnya kek musuhan, gue ini sahabat lo dan gue tau kalau lo lagi ada apa-apa percuma lo nyembunyiin sedalam mungkin tetap aja nampak. Lo itu yah gak punya keberanian, kan gampang lo tinggal ke kelas nisa terus bilang nis boleh ngomong sebentar gak." Kata cute menjelaskan seraya menggerakkan kedua tangannya seperti sedang menerangkan. "Terus ajak dia kemana kek, ke perpus kek atau ke kantin baru deh lo ngejelasin semua masalah lo berdua. Kemarin kan lo bilang mau nyelesaiin. Sama pranada juga. Kalau udah, pasti kalian baikan lagi, bahagia lagi, bisa pulang bareng lagi, bisa....."

"GUE UDAH PUTUSSS."

Belum selesai cute berceloteh aku langsung memotong perkataannya.

"Uhukkk...uhukkkk...uhukkkk." Spontan cute langsung batuk selepas mendengar apa yang barusan aku bilang. Wajar kalau ia kaget. Sudah bisa aku pastikan kalau kabar ini sangat tidak mengenakan. Sebelum jadian dengan nisa, cute lah yang paling setia memberikan semangat, saran bahkan dia juga yang paling ngedukung aku pacaran sama nisa. Tapi hari ini dia harus bisa menerima keputusanku. Kalau kisah ku dan nisa sudah tidak bisa di lanjutkan.

"Nihh minum dulu lagian sih ngoceh terus daritadi." Kataku sambil memberikan minum.

"Pasti lo bercanda kan, gak mungkin lo putus." Kata cute kemudian, setelah ia minum beberapa tegukan.

"Emang muka gue kelihatan bercanda."

"Kok bisa sampe putus?" Tanya cute menatapku serius.

Aku hanya diam. Bersikap tenang. Bingung mau memulai dari mana. Tapi perlahan aku mulai menjelaskan ke cute. Kejadian demi kejadian aku ceritakan. Persis seperti apa yang aku alami di rumah nisa malam itu. Setelah selesai bercerita aku tersenyum untuk mencairkan suasana agar tidak terlihat galau amat. Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk menutupi rasa sakit hati yang sudah overdosis.

"Bangsatttt." Teriak cute tiba-tiba. Dan tak lupa ia memukul meja dengan kerasnya.

Wajahnya memerah. Nampaknya kali ini ia sangat marah. Cute menatapku dengan tatapan yang pertama kali ia pertontonkan. "Kita cari prananda sekarang." Kata cute menarik ku untuk pergi.

Aku tidak merespon. Ku tarik balik dia untuk kembali duduk. "Sudahlah sansss, gua gak apa-apa kok. Gue ikhlas kalau emang nisa jadian sama prananda yah gak masalah." Kataku, berharap cute bisa mengerti.

ARUS BALIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang