Tok tok tok!
Aku terbangun karena ketukan pintu yang tidak sabaran, memaksa penghuni kamar kami untuk terbangun. Rasanya baru beberapa menit yang lalu kami tidur kenapa sudah dibangunkan.
"Bangun bangun." Suara dibalik pintu yang kami kenal suara Pak Tahir.
"Sudah Pak." Teriak kami dari dalam meskipun belum sepenuhnya bangun.
Aku melihat beberapa temanku masih sibuk dengan mimpinya, wajar saja semalam kami begadang karena keasikan bermain domino. Cute dan Faiz sudah siap-siap dan aku segera ke kamar mandi sebelum antrian panjang.
Pukul delapan, semua siswa sudah siap didalam bus. Energi sudah diisi dengan sekotak nasi yang berisi lengkap dengan sayur dan ayamnya. "Nikmat" kata fais yang paling menikmati sarapan kali ini.
Lokasi kedua, lumayan jauh dari penginapan. Kurang lebih satu jam tiga puluh menit perjalanan menuju kesana. Panas terik begini sangat tidak cocok untuk lokasi seterbuka ini, botol mineralku sudah hampir habis sepanjang perjalanan ini tapi goa yang kami tuju belum juga terlihat padahal sudah hampir 1 km kami jalan. Beruntung pemandangannya masih memanjakan mata, dengan tatanan batu yang aesthetic banget. Aku sudah terpisah dengan teman-temanku, aku tidak tahu dimana mereka sekarang dan aku malah hilang di tengah gerombolan kelas lain.
Tidak sengaja aku melihat Nisa, dia jalan bersama Resdi. Nisa terlihat tertawa lepas bersamanya. Apa nisa semarah itu? Apa Nisa sudah lupa denganku? secepat itu? Atau Nisa sudah berniat untuk meninggalkanku? Ahhhh lupakan pertanyaan itu. Aku menghampiri Nisa, aku harus menyelesaikannya sekarang.
"Nisa bisa bicara sebentar?" aku tidak menunggu jawaban nisa, aku menarik tangannya keluar dari rombongan. Beruntung waktu itu tidak ada yang menegur kami dan Nisa juga tidak berontak seperti kemarin kemarin.
"Nih minum dulu, kamu pasti capek." Aku memberikan botolku pada Nisa, masih sisa sedikit tapi aku tidak tau lagi mau mulai ngomong dari mana.
"Kamu udah tau salahmu?" Tanya Nisa setelah menerima botolnya
"Bagaimana aku tau kalau kamu tidak memberi tau Nis! Kalau memang aku punya salah tolong bilang biar aku perbaiki, jangan buat ini semakin rumit."
"Malam itu kamu ikut minum?" Pertanyaan yang kemudian membuat aku diam sejenak. Ternyata ini masalahnya, tapi bagaimana bisa Nisa tau?
"Tau dari mana?"
"Kamu minum tidak?"
Aku tidak bisa berkata apa-apa, aku takut jika aku mengatakan iya Nisa akan semakin marah tapi jika aku bilang tidak, apa Nisa akan percaya begitu saja.
"Kalau aku jawab jujur apakah kamu masih marah sama aku?"
"Minum tidak?" Nisa semakin mengeraskan suaranya.
Aku sungguh tidak tahu ingin melakukan apa, bibirku serasa membeku tiba-tiba tak mau berucap. Kulihat mata Nisa yang sangat tajam memandang ke arah mataku.
"Aku minta maaf Niss?!" Kataku pelan sambil meraih kedua tangannya berniat untuk membuatnya sedikit tenang.
Belum lama tangan itu aku genggam, Nisa langsung melepaskannya dengan cepat. "Aku hanya mau tau malam itu kamu ikut minum atau tidak? Apa susahnya sih tinggal bilang iya atau tidak."
"Iyaaa Nisa aku ikut minum malam itu." Kataku pelan mencoba menjelaskan ke Nisa dengan hati-hati. "Tapi Nisss hanya sedikit kok itupun aku minum hanya sebagai bentuk solidaritas antara aku dan semua teman-temanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUS BALIK
Teen FictionKisah seorang remaja yang baru saja lulus dari bangku sekolah menengah pertama, lalu sebentar lagi ia akan melanjutkan ke bangku sekolah menengah atas. Remaja ini sudah memilih sekolah yang ia inginkan sejak jauh-jauh hari, namun nasib sial dialami...