Awal

4.3K 294 12
                                    

Hinata menghela napasnya sambil mengetuk-ngetuk jarinya di meja. Kakinya bergerak gelisah.

"Dia sudah datang." Kata Shizune sambil memandang pintu masuk.

"Benarkah?" Hinata mengangkat wajahnya, lalu mengikuti arah pandangan Shizune.

Mereka berdua berdiri menyambut kedatangan tamu terhormat mereka, kemudian membungkuk sejenak.

"Se-se..." Hinata mengumpat dalam hati menahan kesal karena gagapnya kambuh. "Ah! Maksud saya selamat datang Sasuke-sama. Saya sangat senang Anda benar-benar datang."

"Saya tidak akan lama." Kata Sasuke singkat sambil duduk di samping asistennya.

"Baik. Bagaimana kalau kita pesan makan dulu?" Kata Hinata dengan senyum yang ia buat semanis mungkin sambil memberi kode kepada pelayan untuk memberikan buku menu.

"Saya sudah bilang tidak akan lama, Hyuuga-san." Sasuke sedikit mencodongkan tubuhnya pada Hinata. "Saya beri waktu 10 menit untuk Anda menjelaskan bisnis yang Anda katakan kepada saya sebelumnya."

Hinata kembali tersenyum dengan hati yang dongkol. Ia sudah menunggu pria ini selama satu jam, tapi dengan beraninya memerintah seenaknya seperti itu?

"Wine saja." Kata Hinata kepada pelayan sambil mengembalikkan buku menu.

"Baiklah. Terima kasih atas waktunya, Sasuke-sama." Hinata menghela napas pelan, lalu kembali melanjutkan. "Sebagai pemegang saham terbesar kedua setelah klan Hyuuga, posisi Sasuke-sama begitu kuat di HU Company. Oleh karena itu, saya tertarik melakukan transaksi saham dengan Anda."

Sasuke melipat tangannya sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Ia menebak-nebak apa yang dipikirkan gadis yang umurnya jauh 10 tahun lebih muda darinya.

"Saya meminta-" Hinata menggeleng. "Ah! Bukan. Saya mohon kepada Anda memberikan saham Anda di HU Company sebanyak 10 persen."

Sasuke menghela napasnya. "Angka itu bukanlah kecil untuk saham di perusahaan seperti itu, Hyuuga-san."

"Benar, tapi saya sangat membutuhkannya." Hinata akhirnya meruntuhkan topengnya. Wajah gelisahnya dapat dilihat oleh tiga pasang mata yang duduk semeja dengannya.

"Saya yakin Anda akan mendapatkan bagian Anda karena sudah jelas, itu perusahaan milik keluarga Anda." Sai nyeletuk begitu saja. Hinata langsung memandangnya.

"Benar, tapi jujur... itu tidak cukup untuk membentengi diri saya di perusahaan itu. Tapi, itu bukanlah poin dari topik pembicaraan ini."

Sasuke menaikkan alisnya menatap Hinata.

"Sasuke-sama memberikan saham itu kepada saya dan akan mendapatkan imbalan yang tidak biasa."

"Imbalannya?" Tanya Sasuke dengan hati yang penasaran.

"Saya. Saya bersedia menjadi istri Anda." Hinata menatap tegas mata kelam Sasuke

Sai mengerutkan kening, sedangkan Sasuke masih dengan wajah datarnya. Shizune memberikan amplop file coklat kepada Hinata, kemudian Hinata memberikannya kepada Sasuke.

"Saya bersedia menjadi istri Anda dan Anda dapat menceraikan saya kapanpun yang Anda inginkan seperti di kertas perjanjian itu." Hinata sedikit mencondongkan badannya ke arah Sasuke. "Harga saham Uchiha Group sempat turun karena gosip gay Sasuke-sama. Tentu akan menguntungkan jika Sasuke-sama dapat membereskan gosip itu dengan menikahi saya. Anda dapat menambahkan perjanjiannya dan akan diurus langsung oleh pengacara di samping saya ini."

Sasuke membaca file tersebut. Ada 5 poin perjanjian yang Hinata tawarkan.

1. Masa berlaku perjanjian ini ditentukan oleh pihak suami
2. Kedua belah pihak dilarang mengganggu segala keputusan yang dibuat dalam hal apapun.
3. Status pernikahan tidak akan mengubah kehidupan kedua belah pihak
4. Pihak suami tidak wajib menafkahi istri
5. Ketika bercerai, pihak istri tidak akan menuntut kompensasi apapun dari pihak suami.

"Bukankah perjanjian tersebut sangat menguntungkan Anda, Sasuke-sama?"

Sasuke meletakkan selembar kertas itu, lalu kembali menatap Hinata. "Tidak ada alasan saya untuk tertarik dengan kesepakatan ini."

Hinata menghela napasnya. "Anda tidak akan mendapatkan penawaran seperti ini dari calon istri yang orang tua Anda tawarkan. Poin plusnya lagi, saya memiliki hubungan baik dengan bibi Mikoto. Jadi, semua urusan pernikahan akan berjalan lancar."

Sasuke bangkit dari duduknya. "Anda hanya membuang waktu saya, Hyuuga-san."

"Tunggu!"

Sasuke berbalik, kemudian menatap Hinata dengan malas.

"Saya tambah satu poin perjanjian lagi." Hinata menatap Sasuke dengan wajah serius. "Anda dapat memiliki saya. Seutuhnya."

Sasuke kembali berbalik dan melangkah menuju pintu restoran. Tapi, beberapa saat kemudian, tangan Hinata menahannya.

"Bahkan ketika saya hamil pun, saya tidak akan meminta kompensasi apapun dari Anda."

Sasuke melepaskan lengannya dari cengkraman Hinata. "Maaf Hyuuga-san, penawarannya tidak dapat merubah keputusan saya." Kata Sasuke, lalu melanjutkan langkahnya. Beberapa detik kemudian, ia kembali ditahan Hinata.

"Saya tidak meminta imbalan apapun selain itu."

Sasuke mendengus, lalu mengabaikan Hinata dan mempercepat langkahnya.

"Kalau aku jadi kau, dengan senang hati aku akan menerimanya. Memberikan saham yang dia minta tak membuatmu jatuh miskin, Sasuke." Kata Sai sambil mengikuti Sasuke yang berjalan keluar.

"Aku tidak mau berurusan dengan drama anak muda seperti dia. Aku tahu dia hanya mementingkan uang." Kata Sasuke.

"Tapi, kelihatannya tidak seperti itu."

"Penampilan dapat menipu. Aku tak bisa mengizinkan siapapun masuk dalam urusan pribadiku."

"Kau hanya perlu membuka hatimu."

***

"Brengsek!!!" Hinata mengepalkan tangannya sambil menatap kertas perjanjian yang ia buat berminggu-minggu lamanya dengan segala pertimbangan dan membuat penawaran yang bahkan merugikannya hanya untuk membuat si patner tertarik untuk menanda tangani perjanjiannya.

"Tadi aku bahkan benar-benar menjual diriku, Shizune!"

"Sangat disayangkan. Tidak ada lagi yang bisa kau harapkan selain dia."

"Aku benci kau mengatakannya, tapi itu fakta."

Hinata menunduk dalam. Bayangan direndahkan oleh keluarganya sendiri tiba-tiba melintas di kepalanya. Bahkan telinganya dapat mendengar suara ayahnya yang sedang mengatainya sebagai anak yang gagal dan tak berguna.

Ia memang bodoh dalam hal berbisnis, tapi bukan berarti ia tak punya kemampuan. Karirnya cukup bagus sebagai penulis novel, tapi itu tak cukup bagi ayahnya. Di mata klannya yang sangat mencintai dunia bisnis, saham yang dimiliki menentukan kekuasaan. Sayangnya ia lemah di posisi itu sehingga menjadi alasan yang bagus untuk direndahkan.

Hinata bukan haus kekuasaan, ia bahkan menolak mentah-mentah seandainya menjadi ahli waris menggantikan adiknya walaupun tawaran itu hanya 0,001 persen terjadi. Ia hanya lelah dipandang rendah dan itu benar-benar mengusik kehidupannya.

"Kau bisa membujuknya lagi. Dengan bantuan Mikoto-sama mungkin?"

Hinata menggeleng cepat. "Bibi Mikoto akan menamparku jika tahu hal ini dan kemudian ayahku akan membunuhku. Terlalu beresiko."

Shizune mengangkat bahu. "Mau tidak mau kau harus membujuknya lagi."

Hinata tersenyum miris. "Akan aku lakukan walaupun aku tahu dia pasti tidak akan pernah mau menemuiku dan menganggapku murahan."

"Cara agar mudah membujuknya adalah membuatnya tertarik padamu dulu."

AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang