5

1.8K 243 2
                                    

Sasuke mengerutkan kening dengan mata yang terpejam. Sinar matahari yang menyerbu masuk menimpanya memaksanya untuk bangun.

"Siapa yang membuka gordennya?" Gumam Sasuke sambil mendudukkan diri di ranjangnya.

Beberapa detik kemudian, aroma masakan tiba-tiba juga ikut menerobos masuk ke kamarnya. Keningnya semakin mengerut. Dengan gerakan terburu-buru, ia berjalan keluar kamar menuju dapur.

"Selamat pagi!"

Sasuke mengusap wajahnya menahan kesal mendapati Hinata yang sedang mengaduk sup dan celemek merah kotak-kotak yang entah dari mana itu menempel di tubuh Hinata. Ia bahkan yakin tak punya benda sejenis celemek itu. Belum lagi pan yang dipakai Hinata untuk memasak itu, ia juga yakin bukan dari apartemennya.

"Apa yang kau lakukan disini? Apa kau tidak paham privasi?"

Hinata tersenyum. "Maaf, tapi Anda harus terbiasa dengan kehadiran saya."

"Bisakah kau berhenti mengangguku?"

"Saya tidak akan berhenti sampai saya mendapatkan apa yang saya inginkan."

"Aku akan melaporkan kelakuanmu pada Hiashi-san." Kata Sasuke sambil mencari hp nya.

Hinata membelalakkan matanya, lalu menahan Sasuke yang ingin mengambil hp nya di kamar. "Jangan! Saya mohon jangan!"

Sasuke tetap teguh mengambil hp nya di nakas, lalu mencari kontak Hiashi. Ketika ingin menelpon Hiashi, hp Sasuke dilepas paksa oleh Hinata.

"Kembalikan."

"Tidak!" Hinata berlari keluar kamar dengan membawa hp Sasuke.

"Hyuuga Hinata!" Panggil Sasuke dengan nada yang meninggi.

Hinata langsung terkesiap. Bulu kuduknya tiba-tiba berdiri.

"Jangan membuatku semakin muak dengan tingkahmu." Kata Sasuke dengan tatapan yang membuat Hinata keringat dingin.

Hinata terdiam sejenak, lalu membalas tatapan Sasuke dengan mata yang berair. "Saya melakukan ini bukan tanpa alasan. Apakah Anda pernah merasa direndahkan? Menjadi orang yang terbuang? Dikucilkan? Memiliki pendapat yang tak pernah didengar? Bahkan diumur yang 25 tahun ini, keluarga saya berharap saya seharusnya tidak lahir di dunia. Apakah Anda pernah diperlakukan seperti itu? Di keluarga Anda sendiri?"

Hinata menyeka air matanya. "Di sisa umur saya, saya tak berharap banyak. Saya hanya ingin tak ada seorang pun di keluarga saya yang berani merendahkan saya lagi dan dengan mendapatkan saham itu saya bisa mewujudkannya."

Sasuke menghela napas. "Tetap saja aku tidak bisa. Penawaranmu sama sekali tidak menguntungkan bagiku, justru bisa merugikanku."

"Berikan saya kesempatan untuk meyakinkan Anda. Saya akan meyakinkan Anda bahwa menikahi saya adalah keuntungan bagi Anda."

Sasuke menatap ragu Hinata.

"Selama satu bulan! Hanya satu bulan Anda harus menerima kehadiran dan perlakuan saya tanpa penolakan." Tambah Hinata. "Jika selama satu bulan itu saya gagal meyakinkan Sasuke-sama, maka saya akan berjanji tidak akan mengganggu dan muncul dihadapan Anda. Semua kesalahpahaman yang akan terjadi nantinya, akan saya bereskan."

"Tidak."

Hinata menatap Sasuke dengan wajah memelas. "Saya sangat memohon pada Anda, Sasuke-sama."

Sasuke menghela napasnya sambil melihat wajah memelas Hinata, lalu dengan berat hati berkata, "Baiklah. Hanya satu bulan."

Hinata tersenyum senang dengan sisa air mata yang belum mengering di pipinya. Kakinya berlari kecil ke arah Sasuke, lalu memeluk erat Sasuke.

AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang