perkara jevan mleyot

574 132 3
                                    

"Ibunda, anakmu ini sedang dalam misi untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa, dimohon ibunda memberikan sebuah komisi sebesar-besarnya."

Bunda menoleh, pada Kanis yang sudah menyunggingkan senyum sambil menyodorkan tangan. Lantas kepalanya di tundukkan sebagai bentuk penghormatan yang paling dalam. Bunda menggelengkan kepala, lalu merogoh beberapa lembar uang di saku celana. "Ini, jangan jajan yang sembarangan, jangan boros juga," petuah sang ibunda.

Kanis mengangguk yakin, tangan kanannya dia tempelkan pada ujung alis. "Siap laksanakan, Komandan!" Lantas gadis itu memasukkan uang tersebut ke dalam saku seragamnya, sedikit celingukan mencari wujud seseorang yang belum terlihat batang hidungnya. "Si Jevan lama banget ya."

"Berangkat sama Jevan?" Bunda bertanya.

"Heem, Tante."

Suara Jevan yang sedang turun dari tangga menyahut semangat. Cowok yang sudah ditunggu-tunggu Kanis sedari tadi itu menghampiri sang tante sambil menebar senyum manis, lalu melirik Kanis dan memberikan kedipan menggoda padanya. Sontak membuat si target mendelik dengan mulut terbuka sempurna. "Agak lain manusia satu ini," gumas si gadis sembari bergidik ngeri.

Pagi ini, penampilan Jevan sangat berbeda dari kemarin. Bila biasanya cowok itu tampil asal dan acak-acakan, maka penampilan Jevan sekarang terbilang rapi dan wangi. Bagaimana tidak? Dengan seragam sekolah tertutup jaket levis hitam oversize, rambut hitam legam sedikit messy, juga tas sekolah hitam yang tersampir begitu saja di bahunya, membuat Kanis yang baru saja menyadari hal itu sontak tercengang.

"Anjay gurinjay gurih gurih anjay yang mau ketemu gebetan mendadak jad-" Ucapan Kanis terpotong saat Jevan membekap mulutnya dengan tidak sopan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anjay gurinjay gurih gurih anjay yang mau ketemu gebetan mendadak jad-" Ucapan Kanis terpotong saat Jevan membekap mulutnya dengan tidak sopan. Cowok itu melotot pada Kanis, lalu beralih pada tante Diana sambil mengukir senyuman.

"Berangkat dulu ya, Tan," pamit Jevan sambil menyeret Kanis keluar, meninggalkan Diana yang menggelengkan kepala melihat kelakuan dua anak itu.

"Lepwasin woy!" pekik Kanis susah payah karena mulutnya masih dibekap Jevan.

Melirik Kanis sekilas, Jevan pun melepaskan tangannya dari mulut cewek itu. Dia tersenyum manis, membuat Kanis yang melihat langsung menatap jengkel dan berkacak pinggang.

"Kambing emang lo, sekali lagi lo bekap mulut gue, gue nggak bakalan bantuin lo nyari si Karin Karin itu, awas aja lo!" ancam Kanis tegas dengan jari telunjuk teracung ke atas.

"Oh jadi lo mau ingkar janji nih? Yaudah gue cabut duluan ya." Jevan mengancam sembari melengos pergi, membuat Kanis buru-buru mengikutinya.

"Ih sumpah ya lo tuh ngeselin banget tau nggak sih dari kemarin? Nggak lo nggak si Haidar suka betul bikin kepala gue pening, gue tuh tertekan tau nggak tertekam? Untung ajak nggak sampai gepeng atau penyot."

Tidak memedulikan Kanis yang suka berkicau ngaco di sampingnya, Jevan memilih naik ke atas motor yang sudah terparkir gagah semenjak tasi. Motor Jevan ini tipe-tipe motor yang biasa digunakan untuk off-road. Jenis motor CRF varian warna Extreme Black itu terlihat lebih 'wah' saat Jevan naik di atasnya. Jangan lupakan paduan warna black, gold, dan beberapa polesan warna merah terlihat amat sangat keren sampai mata Kanis terasa disihir.

Seven Crazies [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang