DISCLAIMER!
Telah terjadi pengesahan, dua makhluk bumi atas nama Haidar dan Jingga resmi berpacaran. Hal-hal mengenai keuwuan dan kebucinan akan diselenggarakan dalam tempo yang sepanjang-panjangnya. Diharapkan bagi kedua belah pihak untuk saling menyayangi dan mengasihi satu sama lain sampai waktu yang tidak diketahui dengan pasti.
Rumah Kanis, Bandung
Tertanda yang berbahagia, Haidar dan Jingga
Setelah selesai menulis untaian kalimat yang berasal dari lubuk hati terdalam, Haidar tersenyum puas menatap mahakarya dadakannya. Tanpa permisi cowok itu mengambil tangan Jingga, mewarnai tiga jari si cewek dengan spidol biru lantas membimbing jari itu untuk meninggalkan cap jari di atas kertas.
"Haidar ngapain?"
"Iqro, Jingga!"
Alis Jingga terangkat ke atas. Dia menatap sang pacar bingung lantas mengambil surat yang Haidar sodorkan. Membacanya dengan seksama, sudut bibir si cewek naik setelah membaca kata demi kata.
"Lucu ga?" tanya Haidar, beringsut mendekatkan diri pada Jingga untuk kemudian membawa lengan cewek itu dalam dekapan eratnya.
Jingga terkekeh kecil. "Lucu banget ...." cicitnya pelan.
Sudut bibir Haidar naik. Dia pun tidak tahan untuk tidak mendusel-duselkan kepala pada lengan Jingga. Membuat si empunya melipat bibir menahan senyum yang ingin keluar, juga rasa geli saat rambut Haidar tidak sengaja mengenai pipi sang gadis.
Sebenarnya, sejak Jingga memutuskan untuk menjawab pilihan Haidar tadi dengan pertanyaan 'Kalau bisa dua kenapa harus satu?' yang artinya Jingga bersedia menjadi pacar cowok itu, Haidar tiba-tiba menjadi super duper teramat sangat menempel. Sudah dari tadi si Haidar ini memeluk lengannya, menoel-noel hidungnya, bahkan menguyel-uyel pipinya dengan gemas.
Sumpah, Jingga yang gampang merasa geli susah payah menjauhkan Haidar dari sisinya. Meskipun tidak butuh waktu lama untuk cowok itu kembali mendekat dan menempel lagi pada si gadis. Udah kayak prangko aja memang si Haidar ini kalau lagi bucin.
"Haidar geseran sanaaa engap nih."
"Gamau ah."
"Idar ...."
"Apaaa?"
"Lepasin duluu!"
"Gamau Jingga gamauuu!"
Bukannya bergeser menjauh, Haidar malah semakin merapat. Tangannya memeluk lengan Jingga dengan erat dan mendekapnya di dada seolah cowok itu tidak akan membiarkan sang pacar jauh meskipun hanya terpaut jarak satu jengkal saja.
"Haidar lo sange ya?"
Celetukan Kanis membuat mata Haidar yang tadinya terpejam menjadi terbuka lebar saat itu juga. Mata itu melotot ke arah Kanis terima. "Kampret lo kalo ngomong nggak pernah pake bismillah!" Haidar berseru garang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Crazies [Re-publish]
FanfictionSERUMAH SAMA COWOK BEGAJULAN SEMUA??? Satu kata, "Kampret!" Itu yang terlintas di benak Kanis akhir-akhir ini. Coba bayangkan, hidupnya yang tentram dan damai tiba-tiba menjadi repot saat dirinya didaulat menjadi dukun spesialis cinta dadakan. Tujuh...