"Hewan hewan!"
"Kadal Afrika?"
"Salah spesies nder, di darat di darat!"
"Dugong?"
Thala mengusap wajahnya kasar. "Dugong di laut, yang imut yang imut!"
"King kong?!"
"Bukaaannnn!"
Kali ini giliran Aji yang mengusap wajah dengan kasar. "Terus apaan atuh apaannn!"
"Yang suka dipelihara!"
"Bayi gorila?!" Aji berseru setengah kaget.
"Astagfirullahaladzim! Hewan yang suka dipelihara di darat begoo!"
"Anjing!"
Thala mendelik. "Woi santai dong, su!"
"Bener jawabannya anjing?" Aji malah bertanya dengan mata berbinar.
Sontak saja Thala menggeleng. "Bukan bukan! Musuhnya musuhnya!"
"Musuhnya musuhnya? Eumm ... Bang Haidar?"
Haidar langsung membelalakkan matanya. "Kok jadi aku?!"
"Sumpah, yang berbulu suka lari-lari!"
"Tuyul?"
"Tuyul botak sialan! Yang suaranya meow meow!"
"Sapi!" Aji berseru semangat.
Coy, sejak kapan sapi suaranya meow meow?!
"Aji bego!" Thala mengacak rambutnya frustrasi. "Majikan yang gak ada akhlak, suka pup di mana aja, punya hobi musingin babunya. Hewan apa coba?" tanya cowok itu melembut.
Hening sejenak, Aji berpikir keras.
"Oh kucing!"
Akhirnya Aji menjawab dengan muka berseri-seri lega. Wajahnya dipenuhi binar bahagia, sangat jauh berbeda dengan Thala yang sibuk meraup napas banyak-banyak untuk menghilangkan rasa kesal dan emosi dalam dirinya.
HUH HAH HUH HAH.
Jangan tanyakan keadaan yang lain. Dari tadi tawa mereka meledak gara-gara ulah dua anak bontot yang sedang kebagian giliran main tebak-tebakkan itu.
Sudah hampir sepuluh menit mereka memainkan permainan dengan pemain yang berbeda, tapi pasangan pemain anak bungsu ini sukses mengocok perut mereka sedari tadi. Celetukan polos Aji ditambah raut wajah Thala yang ingin ngamuk dan memakan Aji hidup-hidup adalah perpaduan sempurna untuk menghibur malam minggu mereka di tengah hutan.
"Kenapa gak jawab kucing dari tadi siih!" geram Thala sambil menatap Aji tajam, berpindah tenpat menjadi duduk di samping Haidar.
Yang ditatap hanya menggedikkan bahunya acuh. "Lo ngasih ciri-cirinya gak spesifik, pusing gue," jawab Aji santai dengan satu tangan memegang kepala.
"Nggak spesifik? NGGAK SPESIFIK LO BILANG? OTAK ELO-NYA AJA YANG KAGAK NYAMPE!"
"Sabar dulu atuh bray sabar tarik napas dalam-dalam lalu kentut-kan ayo lo pasti bisa!" Haidar berniat untuk meredamkan amarah Thala dengan memegang bahu cowok itu dan memberikan beberapa tepukan lembut.
Namun Thala malah menolehkan lehernya ke samping dengan perlahan, pada Haidar yang langsung terbahak saat melihat raut wajahnya barusan. "Eek, lo semua kayak eek!" hardik cowok itu kemudian, mengundang gelak tawa dari yang lain.
"Gila ya ternyata sepupu lo model beginian semua," cetus Dinara pada Kanis lalu kembali menyemburkan tawanya.
"Termasuk pacar lo juga ya kak, si Juna kalau lagi kumat ngeselin parah sumpah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Crazies [Re-publish]
FanfictionSERUMAH SAMA COWOK BEGAJULAN SEMUA??? Satu kata, "Kampret!" Itu yang terlintas di benak Kanis akhir-akhir ini. Coba bayangkan, hidupnya yang tentram dan damai tiba-tiba menjadi repot saat dirinya didaulat menjadi dukun spesialis cinta dadakan. Tujuh...