"Kamu mau liat dugong darat gak?"
Karin yang mengintil di belakang Jevan pun sontak bergumam bingung. "Eum, mana?" tanya cewek itu, menatap sekeliling rumah yang baru saja dia masuki beberapa menit lalu.
Entahlah, Karin merasa asing sekaligus ... gugup? Ya bagaimana tidak, dia yang bahkan tidak terlalu dekat dengan Jevan sekarang sudah ada di rumahnya. Tidak tahu tujuan cowok itu membawa dia ke sini untuk apa, dan bodohnya lagi Karin hanya nurut-nurut saja.
"Tuh, yang lagi terdampar di sofa."
Memperhatikan Jevan yang menunjuk sofa, Karin pun mengikuti arah pandang cowok itu. Di sana, ada Kanis yang tampak tepar tak berdaya. Dengan posisi setengah tidur sambil meremas perut, kepalanya ikut menelungkup menahan rasa sakit akibat dismenore.
"Wah parah nih si Kakak, masa manusia begitu dibilang dugong darat?" Kepala Karin bergerak ke kiri dan kanan sembari berdecak.
Gemas dengan raut wajah Karin, Jevan terkekeh pelan sampai matanya hilang. "Itu Kanis, sepupu Kakak, bungkusan ini punya dia."
"Ohh ...." Karin ikut tersenyum simpul sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Agak malu sih, tadi dia menuduh Kanis itu adalah pacar Jevan padahal ternyata mereka sepupuan. Aih, bego sekali.
Jevan berjalan mendekati Kanis. Cewek itu sudah berkali-kali ganti posisi karena rasa sakit di perutnya yang membuat dia tidak nyaman. Sekarang posisinya kepala di karpet bawah sementara kedua kaki terangkat bersandar di badan sofa. Tentu saja membuat Kanis tidak menyadari kedatangan dua sejoli itu.
"Heh anak dudong, nih pesenan lo," ucap Jevan sambil mengasongkan bungkusan itu, tepat di atas wajah Kanis.
Seketika wajah Kanis berseri-seri. Dengan cepat dia mengambil bungkusan itu dan memperbaiki posisinya menjadi duduk bersila di atas karpet. Sesaat kemudian matanya menangkap sosok Karin yang dari tadi hanya terdiam bingung harus berbuat apa.
"Eh, lo Karin Karin itu kan ya? Yang kemaren didatengin si Je-ANJIR!"
"Di pipi lo ada nyamuk, Nis. Wah banyak bener gila."
Kanis melemparkan tatapan menyelidik pada Jevan. Dia sudah tahu kalau cowok itu sengaja menggaplok dahinya dengan alibi ada nyamuk supaya mulut Kanis tidak keceplosan. "Iya makasih loh atas perhatiannya," cibir Kanis seraya mengusap dahinya.
"Arin, sini duduk."
Karin menuruti ucapan Jevan. Dia berjalan menuju sofa dan mendudukkan pantatnya di samping Kanis. Hal itu sontak membuat Kanis terkekeh geli. "Ih padahal mah duduk di atas, tuh samping Jevan kosong loh."
"Hehe lebih enak di bawah aja, Kak."
Kanis terlonjak kaget. "Kakak?!" Matanya bahkan membulat tidak terima. "Panggil Kanis aja deh, lagian kita cuman beda setaun, 'kan?"
Mengangguk, Karin mengulas senyum tipis. "Okei, Nis."
Manis banget manis banget manis banget aaaaaa manis banget minta dipacarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Crazies [Re-publish]
FanfictionSERUMAH SAMA COWOK BEGAJULAN SEMUA??? Satu kata, "Kampret!" Itu yang terlintas di benak Kanis akhir-akhir ini. Coba bayangkan, hidupnya yang tentram dan damai tiba-tiba menjadi repot saat dirinya didaulat menjadi dukun spesialis cinta dadakan. Tujuh...