8)Jalankan hukuman

4.6K 184 4
                                    

Lestari menguncir rambutnya menjadi beberapa bagian, bukannya terlihat imut justru Lestari seperti orgil dijalanan karna menguncir rambut terlalu banyak bahkan lebih dari 10 kunciran dikepalanya. Kalo bukan karna devan yang menyuruhnya menghitung helaian rambut dikepalanya mana mungkin Lestari mau

"450...600...1000..." Lestari melepas ikatan rambut yang sudah terhitung

"Masih 9 kuncir lagi yang belum dihitung" Ucap Lestari didepan cermin

"Oke semangat jangan ngeluh anggap aja ini tugas kuliah kamu"Celetuk Lestari berbincang sendiri

"2000...6000...621..Eh lupa tadi udah berapa ya" Lestari menggaruk kepalanya karena pusing

"Yah aku tau..." Ide seketika bermunculan di otak Lestari

"Apa yang kau tau" Devan tiba-tiba masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk

"Ah tidak apa-apa" Ucap lestari tersenyum kecut dan kembali mbelakangi Devan dengan wajah kesal

" Jangan bertindak curang, aku mengawasimu paham!?" Jelas Devan

"baru saja mau minta bantuan Mbah Google, siapa tau google tau berapa jumlah helai rambut manusia eh malah keburu dateng om om menyebalkan ini" Gumam lestari

"Eh buat apa aku menghitung satu-satu helai rambut ini kan bisa aja aku ngasal toh Devan juga gak bakal tau" Gumam lestari dalam hati

"120k,121k .....(Tadi 6k sekarang udah 121k hebat kan kengacoan ini)" Suara Lestari sengaja dikencangkan agar Devan mendengarnya

"Selesai" Lestari membuka ikatan rambut terakhir dengan girang

Devan yang sedang menatap layar laptop pun menoleh ke arah suara melengking milik Lestari. Rambut Lestari sudah tidak berbentuk dan persis seperti orang gila dijalanan

"Bhmm..." Devan menahan mulutnya agar tidak tertawa

"Jadi ada berapa helai?" Kata Devan menetralkan mukanya menjadi datar kembali

"260.000 helai ditambah 7 helai yang rontok" Ucap lestari dengan yakin, padahal Lestari hanya menghitung sampai 6000 rambut

"Oh ok" Singkat Devan dan kembali menatap layar laptopnya

"APAA?" Hanya itu jawaban dari Lestari wajahnya mengisyaratkan kemarahan kesal

"Orang ini memang tidak punya hati, setelah pekerjaan yang berat ia tidak mengapresiasinya dengan tepuk tangan atau apapun itu" Gerutu Lestari dalam hati

"Apa?" Tanya Devan balik

" Gpp aku mau istirahat" Jawab Lestari ketus

"Mulai sekarang kita tidur satu ranjang" Celetuk Devan dengan santainya

"APA?" Lestari kembali membelalakkan matanya

"Maksudku, aku biar tidur di sofa aja seperti biasa" Ucap Lestari gelagapan

"Tak ada bantahan ini bagian dari hukuman" Jelas Devan

"Ta ta pii" Lestari mengingat kembali kejadian yang membawa ia berada bersama Devan.Lestari trauma jika kejadian itu harus kembali lagi walaupun sekarang statusnya sudah berbeda bahkan sah sah saja jika harus dilakukan

" Tidak ada tapi tapian cepat naik" Devan menggulung selimut dan menenggelamkan tubuhnya

Lestari menaiki kasur dengan ragu, Dengan sisa keberaniannya lestari membaringkan tubuhnya disamping Devan

"Ckk Kau ingin jatuh hah"  Devan menarik tubuh lestari dari tepi kasur dan mendekat dengannya

"Kasurnya luas mana mungkin Lestari jatuh" Ucap lestari gugup

"Seluas apapun kasur kalo kamu tidurnya ditepi tetep aja bakalan jatuh kamu mau badan kamu kesakitan " Ucap Devan dengan intonasi yang berbeda, bahkan terdengar lebih lembut

"Eh apa dia bilang? Kamu? Seriusan dia ngomong lembut sama aku" Batin lestari bertanya-tanya

"Eh nggak jangan terhasut sama omongan manis nya bisa aja ini upaya dia buat ngelakuin hal yang iya iya" Lestari menggelengkan kepalanya menepis pikiran negatif

"Sini" Devan kembali menarik tubuh Lestari dalam dekapannya

"Hah.." Respon Lestari yang terkejut dengan tindakan  Devan

"Tolong lepasin" Lestari berusaha kabur dari dekapan Devan

"Lestari cukup jangan bergerak" Devan semakin mengeratkan pelukannya

"Tolong jangan lakuin hal kotor itu lagi" Suara Lestari bergetar bukan suaranya saja tubuhnya juga ikut bergetar karna ketakutan

"Kau pikir aku nafsu liat kamu, yang lalu hanyalah kesalahan dan aku juga tak menginginkan nya. Jangan berpikiran hal aneh aku hanya memelukmu seperti ini sampai pagi,jika aku mau aku bisa menyewa jalang jalang segel yang lebih profesial dibanding kamu" Ucap Devan sambil memejamkan matanya

"Jalang segel?" Tanya lestari

"Jalang yang masih perawan" Devan menyaut dengan entengnya

"Oh, emang ada?" Lestari menanyakannya dengan polos sampai sampai ia lupa sedang dalam pelukan Devan dan tak lagi berontak

"Ada, jika kamu mau seperti mereka kamu sudah tidak bisa, Kamu bukan perawan lagi" Ucap Devan

"Siapa juga yang mau jadi jalang"Ketus Lestari

"Siapa tau kamu butuh pekerjaan itu" Lanjut Devan

"Pekerjaan?" Gumam lestari

Lestari mengingat biaya kuliahnya yang nunggak 3 bulan dan harus segera dilunasi tapi Lestari tak memiliki sepeserpun uang, Devanpun tak pernah memberinya uang selama ini.

"Kayanya besok harus cari kerja" Pikir lestari

" Kenapa diam kamu tertarik jadi jalang?" Ucap Devan membuyarkan lamunan lestari

"Nggak" Jawab lestari tegas

Lestari masih memikirkan apakah ada yang mau menerima lamaran kerja Lestari. Sedangkan Lestari sendiri kurang berpengalaman soal kerja kecuali membersihkan rumah

"Tu tuan apa dapat uang itu susah?" Tanya lestari memecah hening

" Gak, bahkan tidak bekerja saja uangku tetap mengalir" Ucap Devan masih meladeni Lestari yang tiba-tiba banyak omong

"Huh" lestari membuang nafasnya kasar, untuk apa dia menanyakan hal itu pada Devan sudah jelas dia CEO terkaya bahkan bisa dibilang bukan Devan yang mencari uang tapi uang yang mencari Devan

"Kenapa bertanya seperti itu?" Ucap Devan seraya menghirup aroma vanila dari pucuk rambut lestari

"Gapapa,oh ya Lestari cuma semalam kan dikasur ini besok udah balik lagi kesofa kan?" Tanya lestari wajahnya mendongak ke arah Devan

" Siapa bilang, kamu akan tetap disini setiap malam" Ucap Devan

"Hah, kenapa?" Lestari melepas dekapan Devan dan mengambil posisi duduk

"Gak ada alesan, bukannya suami istri harus tidur satu ranjang"Jelas Devan

"Kamu lupa mau gak mau kamu itu istri aku dan mau gak mau aku itu suami kamu" lanjut Devan

Degg



Suami kejamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang