19)

2.9K 131 5
                                    

Beberapa Minggu setelah penanganan dirumah sakit akhirnya Lestari diperbolehkan untuk pulang.

"Selamat datang ke rumah lagi istriku" Ucap Devan mendorong kursi roda Lestari ke dalam kamar

"Sekarang kamu cukup tidur istirahat semua pekerjaan rumah aku yang kerjain" Ucap Devan memangku Lestari ke kasur

"Kenapa mukanya sedih gitu? Coba cerita" Devan menopang dagunya siap mendengarkan cerita

"Aku malu" Lestari menekuk mukanya kembali

"Malu?"

"Bekas luka ditubuh aku gak seutuhnya hilang. Kamu lihat tangan aku? Luka bakar ini menjijikan. Aku malu dan aku takut kamu juga malu punya istri cacat" Lestari menundukan kepalanya lesu menyembunyikan air matanya yang menetes tiba-tiba

"Kamu cantik dan aku bangga punya istri secantik kamu. semua bekas luka ditubuh kamu bisa hilang perlahan. Kamu tetaplah kamu, aku gak peduli mau kaya gimanapun kamu yang penting aku selalu bareng istri aku yang caaaaantiiiik ini"

"Mending kamu fokus manjain junior kita dan junior aku" Sambung Devan

"Kamu juga hamil?" Pikiran Lestari terlalu polos untuk kata-kata Devan yang ambigu

"Maksudnya junior aku yang dibawah sana" Kali ini Lestari mengerti dengan perkataan Devan dan segera menggelengkan kepalanya

"Kita fokus ke junior masing-masing. Kamu punya junior aku juga punya, jadi kamu urus punya kamu sendiri" Devan langsung menepuk jidat mendengar perkataan Lestari

"Aku mau nanya serius sama kamu" sambung Lestari memasang wajah serius menatap mata Devan dengan intens

"Tanya apa?" Devan menatap mata Lestari balik dengan lembut

"Aku bingung sama pernikahan kita, kamu nikahin aku juga karna tertantang kan trus kenapa setelah menikah kamu gak ceraikan aku? Buat apa juga kan lama-lama kalo gak ada rasa"

"Dalam hidup aku, nikah itu sekali seumur hidup gak ada acara cerai ceraian. Masih bingung apalagi, kita suami istri sah udah mau punya baby. Apalagi yang perlu dibingungin?" Ucap Devan panjang lebar

"Cinta. Gak ada cinta di pernikahan kita"

"Lebih dari cinta" Lestari langsung memandang Devan bingung. Wajah Devan terlihat tulus, sangat tulus

"Kalo ada kata yang lebih dari kata cinta mungkin itu yang akan aku beri buat kamu. Aku emang gak bisa ngomong gamblang soal perasaan, tapi seenggaknya kamu bisa lihat dari cara aku memperlakukan kamu" Sambung Devan

"Aku gak ngerti kamu ngomong apa" Ucap Lestari jujur

"Kamu gak perlu ngerti. Cukup tau aja kalo hati aku ada dikamu" Devan menatap Lestari dengan senyumnya

"Kamu tau ga kalo kamu ngomong, jantung aku gejedag gejedung cepet banget, berasa naik wahana Ancol"

"Mungkin kamu jatuh cinta sama aku" Pipi Lestari memerah mendengar jawaban Devan.

"Enggak, mungkin karna aku kurang tidur makanya detak jantungnya cepet"

"Yaudah cepetan tidur" Suruh Devan

"Kamunya jangan liatin kaya gitu, jadi gak bisa tidur kan" Protes Lestari yang sejak tadi dipandangi Devan tanpa berkedip

"Kamu sih gemes"

"Apanya?"

"Semuanya"

"Apanyaaa!"

"Mata bulat kamu, hidung mungil kamu, bibir manis kamu, pipi gemoy kamu,tingkah kamu. Semua serba gemesin" Lestari dibuat salah tingkah dengan perkataan Devan

"Perasaan bibir aku gak manis biasa aja gak dikasih madu juga" Gumam Lestari namun masih terdengar oleh Devan

"Waktu aku emut manis kok, mau diemut lagi gak? Bibir kamu candu banget. Pengen aku cium lama-lama trus aku gigit dikit trus aku jilat aku emut pelan-pelan terus..."

"Udah cukup. Frontal banget sih kamu, mesum tau ga" Ucap lestari kesal

"Tapi enak"

"Udah cukup Devan"

"Yuk sekarang" Ucap Devan membuat ambigu

"Apa?"

"Tidur, apalagi? mau diemut?"

"I-iya tidur" Lestari langsung memejamkan matanya dan tak ingin mendengar ucapan Devan yang ambigu

"Aku boleh peluk?" Tanya Devan, takut tubuh Lestari masih sakit akibat luka waktu itu. Jadi Devan tak bisa sembarangan sekarang

"Boleh" Mendapat persetujuan Devan langsung memeluk Lestari

"Masa kamu belakangin aku gak sopan tau ga"

"Gini" Lestari membalikan tubuhnya menghadap Devan

"Nah iya kan enak kalo gini"

"Aku mau nanya lagi boleh gak?" Ucap Lestari menghiraukan Devan yang berbicara

"Tanya aja"

"Waktu itu kok kamu tau aku digedung mawar. Kan aku gak ngasih tau"

"Oh ada temen aku namanya Galang dia bisa lacak keberadaan orang dan ketemu deh kamu"

"Trus polisi itu?"

"Galang yang telfon"

"Trus Sofi?"

"Jangan sebut nama itu lagi, dia udah dipenjara"

"Maaf"

"No, gausah minta maaf"

"Aku mau jujur tapi jangan marah yah"

"Iya"

"Janji dulu" Lestari mengacungkan jari kelingkingnya

"Janji" Ucap Devan dan membalas salaman kelingking Lestari

"Aku kerja di kafe Sodefi, tunggu kamu jangan marah dulu. Aku kerja disana karna terpaksa, aku butuh uang buat bayar kuliah. Kamu juga gak kasih aku uang kan makanya aku kerja" Jelas Lestari

"Aku udah tau kamu kerja disana/ udah tau?" Ucapan Devan terpotong Lestari

"Iya, tapi kenapa kamu gak bilang kalo kamu butuh uang. Kenapa kamu gak minta aja sih, aku juga bakal ngasih"

"Kalo gak dikasih aku gabakal minta"

"Yaudah besok semua uang aku kamu yang pegang"

"Gak gitu juga" Keluh Lestari, bagaimana bisa Lestari menyimpan uang sebanyak itu

"Gak ada bantahan!"

"Iya,Tapi kamu tau sejak kapan aku kerja disana?"

"Hari dimana kamu kegedung mawar" Jelas Devan

"Oh, maaf yaa"

"Udah gapapa. Kita lupain semuanya kita mulai lagi dari awal, bersama baby diperut kamu" Ucap Devan

"Iya suamiku"

Suami kejamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang