21) End

3.2K 113 3
                                    

Lestari melebarkan senyumnya selebar mungkin dihadapan Devan sampai menampilkan deretan giginya

"Kanapa senyum-senyum?" Tanya Devan

"Kamu akhir-akhir ini puitis banget" Senyum Lestari masih tetap stay mengembang

"Terus?" Tatapan menyelidik dari Lestari membuat Devan sedikit gugup

"Kamu lagi jatuh cinta ya" Lestari menoel ujung hidung Devan dengan nada menggoda

"K-kamu kenapa sih tiba-tiba gini" Devan semakin gugup dengan tingkah Lestari

"Kalau ada yang lebih dari kata cinta mungkin aku akan kasih itu ke kamu" Lestari mengutip kata-kata Devan dan membuat Devan semakin bingung

"Kamu jatuh cinta? Hmm?" Sambung Lestari

"I-iya tapi kamu biasa aja gausah liat aku kaya gitu" Lanjut Devan

"Kamu jatuh cinta sama aku?" Tanya Lestari lagi

"Menurut kamu?" Devan malah balik bertanya

"Menurut aku iya. Kamu udah terpesona yah sama aura pelet aku"

"Kamu pake pelet?" Kali ini Devan ingin tertawa mendengar pernyataan Lestari

"Enggak sih, tapi aku ngerasa punya daya tarik tersendiri untuk memikat pria-pria. Buktinya di kampus banyak yang ngejar aku sampai ada om-om yang mau nawarin aku mobil asal bisa berdua seharian. Tapi aku gamau" Ucap Lestari jujur

"Oh jadi gitu, kamu pakai daya tarik kamu buat pria-pria di kampus biar tergoda gitu sama kamu" Ucap Devan emosi

"Enggak, mereka sendiri yang tergoda. Suka sama cewe gak di kenal tiba-tiba minta jadian. Kamu pikir enak dikejar cowok-cowok, mana mereka ganteng-ganteng, ditolak sayang gak ditolak mubazir tapi demi harga diri seorang wanita aku putuskan menolak semuanya karna wanita hanya butuh satu pria gaperlu banyak-banyak" Lestari menjelaskan panjang lebar

"Jadi siapa pria satu-satunya yang kamu pilih?" Tanya Devan

"Ya suami akulah, siapa lagi? masa bapak kamu"

Devan merasa diatas kemenangan mendengar perkataan Lestari. Senyumnya perlahan mengembang

"Tunggu dulu jangan senyum-senyum. Kamu jatuh cinta sama aku kan?" Lestari menungkup pipi Devan dengan kedua tangannya

"Menurut kamu?" Devan mengulang pertanyaan yang sama

"Ish tinggal jawab doang ribet amat"

"Iya aku jatuh cinta sama kamu. Cinta banget banget banget. Jadi jangan tinggalin aku." Devan membuat lestari membeku seketika

"S-sejak kapan?" Lestari masih gugup dan bertanya dengan terbata-bata

"Aku gatau, cinta ini tumbuh begitu saja. Entah sejak kapan tertanam namun aku menyadari bahwa cinta itu sudah tumbuh besar. Aku harap kamu juga merasakan hal yang sama. Cinta kita tumbuh bersama dan kalopun cinta kamu belum tumbuh aku akan tetap bersabar. Aku akan tetap bersabar menanam benih cinta itu dikamu agar cepat tumbuh" Devan menatap Lestari tulus

"Kamu puitis banget, aku jadi terharu"

"Aku juga cintaaa....... Aku" Lestari tertawa sejenak dengan leluconnya namun tidak dengan Devan

"Kamu emang harus mencintai diri kamu sendiri, karna kadang kamu kurang bersyukur atas apa yang udah kamu miliki didiri kamu sekarang" Devan mengatakan itu karna akhir-akhir ini Lestari sering insecure dengan bekas luka ditubuhnya

"Aku mencintai diri aku tapi aku juga mencintai seseorang yang membuat hidup aku akhir-akhir ini berubah"

"Siapa?"

"Kamu" Devan menatap Lestari penuh selidik namun dimata Lestari hanya ada ketulusan. Bukan candaan seperti sebelumnya

"Kamu sudah buat aku bahagia, selalu ngajarin bersyukur, belajar arti kasih sayang, ketulusan, pengorbanan semua aku pelajari dari kamu" Sambung Lestari

"Kamu suami yang baik"

"Belum seutuhnya"

"Tapi menurut aku kamu sempurna"

"Istri aku lebih sempurna"

"Suami aku juga sempurna"

"I love you" Ucap Devan namun tak dibalas oleh Lestari, Lestari malah diam membeku pipinya memerah

"Istriku, I love you"

"Kamu gamau jawab?"

"I love you more" Lestari meloloskan kata itu dengan mengumpulkan keberaniannya yang tinggal setitik.

Devan memeluk Lestari erat, perasaannya sangat bahagia entahlah dia merasa menjadi suami paling bahagia sekarang

"Aku sayang banget sama kamu" Bisik Devan

"Aku juga"

"Aku minta hadiah aku yang tadi" Devan melepaskan pelukannya

"O iya lupa, bentar yah. Tutup mata dulu kamunya" Devan langsung menutup metanya rapat-rapat

"Yang pertama cup pipi kanan"
"Yang kedua cup pipi kiri"
"Yang ketiga cup dikening"
"Yang keempat cup dihidung"
"Udah, buka matanya" perintah lestari

"Dibibir belum"

"Dibibir bahaya mending jangan"

"Gamau pokoknya harus yang lama" Rengek Devan

"Cup" Lestari mencium bibir Devan sekilas

"Kok bentar, gak kerasa"

"Ciuman sana sama tembok biar kerasa ke urat-urat nya"

"Maunya aku tuh gini cup" Suara nyaring terdengar dari kecupan Devan.

"Udah, makasih sayang" Ucap Devan setelah melepaskan ciumannya

"Itumah keterlaluan namanya" Ucap lestari kesal sambil mengelap bibirnya

"Aku cuma cium, gigit dikit jilat dikit emut dikit udah gitu doang" Lanjut Devan

"Huh dasar" Umpat Lestari

"Udah jangan marah-marah kasian baby kita"

"Iya sayang"

"A-apa? Coba sekali lagi aku pengen denger" Goda Devan

"Iya sayang"

"Agrhhh kamu gemes banget" Devan mengunyel-unyel pipi Lestari

"Sakit" Lestari melepas tangan Devan dari pipinya

"Maaf sayang aku"

"Aku maafin"

"Aku sayang kamu"

"Sayang kamu juga"

"Baikan kita" Devan mengulurkan tangannya untuk bersalaman

"Baikan" Senyum Lestari mengembang menjabat tangan Devan.

"Jadi ga sabar nunggu junior lahir"

"Masih lama"

"Pasti seru banget jadi ayah"

" Nanti aku ajarin junior main panah-panahan, ajarin cara bunuh cicak semua aku ajarin" Sambung Devan

"Nanti kalo udah gede aku ajarin cara cari jodoh yang cantik kaya ibunya" Lanjut Devan

"Emang kamu tau baby kita cewe atau cowok?" Tanya Lestari

"Feeling aku sih cowo, soalnya sekarang kamu jadi ganas kaya kudanil"

"Aku nanti boleh ngajarin baby apa aja kan?" Sambung Devan

"Iya boleh"

"Yang penting kamu ngajarin yang baik-baik gaboleh yang jelek" Lanjut Lestari

"Siap Bu bos sayang"

Suami kejamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang