SATU

206 64 56
                                    

Masa Orientasi Sekolah kini telah memasuki hari terakhir. Para siswa diperintah untuk meminta tanda tangan anggota OSIS dan paling utama adalah tanda tangan ketua OSIS.

Bagaikan artis yang diminta bertanda tangan, anggota OSIS mulai berakting sok sibuk, ada yang lari menjauh, ada pula yang memang caper. Sedangkan ketua OSIS yang merupakan orang utama tidak menunjukkan jati dirinya. Itulah taktik OSIS yang sejak dulu tidak disukai oleh siswa baru.

Setelah berkeliling koridor sekolah, Afza melihat keramaian di dekat ruang BK. Afza mendekati keramaian itu, ternyata orang yang dicari ada diantara mereka. Afza tidak bisa menerobos diantara mereka, karena memang sangat sempit tidak ada celah. Akhirnya dia berdiam dibelakang hingga terlihat sepi.

"Permisi kak, aku mau minta tanda tangan."

"Boleh," ucap kakak ketua OSIS.

Belum sempat buku dan pulpen Afza diambil oleh ketua OSIS, dia menarik kembali. " T-tapi aku mau tanda tangan kakak yang itu." Afza menunjuk seseorang yang berada di sebelah ketua OSIS.

"Hah? Kan gue ketua OSISnya dek," ucap ketua OSIS dengan muka cengo.

"Iyah tau kok. Tapi aku pengennya tanda tangan kakak disebelahnya," kata Afza dengan senyum manisnya.

Manusia disebelah ketua OSIS itu belum menunjukkan reaksi apapun. "Sa, tuh dia minta tanda tangan lo."

"Ngga, gue sibuk." Dia melenggang pergi.

"Dia emang gitu dek, ngga usah diladenin. Sini mending tanda tangan gue." Dengan cepat buku dan pulpen nya sudah dicoret oleh ketua OSIS.

"Yaudah gue pergi dulu. Semangat!"

Afza merasa tertantang dengan kakak kelasnya itu. Dia menjadi kepo seperti apa sebenarnya kakak kelasnya. Sepertinya sombong sekali. Afza merupakan orang yang benci dengan kata sombong dan seenak-enaknya.

Afza pergi ke kantin menuju meja teman-temannya. Dia masih kesal dengan kejadian tadi.

"Afza sayangkuh, Lo kenapa mukanya ditekuk gitu?" tanya Inggit.

"Lo darimana Afza, hobi banget ilang sendiri," omel temannya yang super bawel yaitu Terra.

"Nyari tanda tangan lah."

"Ketos yah? Emang susah sih, eh tapi ya dilihat-lihat ketos kita ganteng juga," oceh Inggit dengan segala kehebohannya.

"B aja, udah deh Inggit Lo udah punya cowo. Jangan nyari yang lain, inget karma," ucap Afza.

"Btw, habis ini kita upacara penutupan?"

"Iyoi, terus kita pulang. Pusing ngurusin tugas dari OSIS yang susah bin aneh itu."

***

Upacara penutupan kini dihadiri oleh kepala sekolah dan seluruh anggota OSIS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Upacara penutupan kini dihadiri oleh kepala sekolah dan seluruh anggota OSIS.

Dibawah teriknya matahari, siswa siswi pun mulai mengeluh. Mereka sudah tidak peduli dengan kepala sekolah yang sedang menyampaikan pesan di depan. Banyak siswa yang jatuh pingsan, ada pula yang berpura-pura sakit.

Afza dan teman-temannya masih bertahan di tengah barisan. Setelah kepala sekolah selesai berbicara, giliran ketua OSIS menyampaikan sambutan. Siswi yang tadinya mengeluh, kini bersemangat.

"Mas ketos I love you," celetuk salah satu siswi.

Alhasil semua pandangan menatap ke arah siswi tersebut.

"Huuuuu,huuuuu..." Banyak sorakan yang terlontar dari siswa lainnya.

"Ehemm, masih pada semangat kan? Saya tidak banyak bicara disini. Hanya ingin menyampaikan satu dua pesan saja," ucap ketos.

"Afza bangun, itu ketos ganteng lagi ngomong." Afza daritadi berjongkok malas untuk berdiri. Apalagi hanya untuk menatap ketos itu.

"Males, udah diem tutupin gue biar ga ketahuan."

"Udah biarin nggit, biar dihukum. Nanti kita ketawa aja," kata Terra.

Afza tidak peduli dengan itu.

Tiba-tiba ada anggota OSIS yang masuk ke dalam barisan, lalu berjalan ke arah barisan Afza.

"Ngapain jongkok?" ucap anggota OSIS itu dengan nada dingin.

Afza terkaget langsung berdiri, "Panas kak," jawab Afza jujur sekali.

"Gausah lebay." Kakak kelasnya itu langsung pergi.

Teman-temannya kini menatap Afza dengan tajam.

"Afza lu kenapa jawabnya jujur banget sih?" tanya Terra.

"Lah emang bener kan, terus gue harus jawab apa? Sakit gitu? Itu bohong namanya."

"Punya temen jujur banget gini," gumam Inggit.

"Untung lu ga kena hukum," ucap Terra.

"Orang kalo jawabnya jujur ga akan kena hukum, tapi kalo banyak alesan itu baru dihukum." Memang lebih baik jujur seperti Afza, daripada banyak alasan itu bikin orang ga percaya.

"TERSERAH."

"Dan acara MOS ini kami tutup. Selamat untuk siswa baru SMA Cempaka." Ketua OSIS menutupnya dengan mengetuk mikrofon sebanyak tiga kali.

Semua siswa bersorak dan bertepuk tangan.

"Sampai jumpa besok pagi dengan Semangat baru."

***

Afza merasa tubuhnya sudah lelah. Seharian kesana kemari mencari tanda tangan yang tidak berfaedah itu. Kini hari telah larut malam, dirinya mengistirahatkan fisik dan otaknya agar refresh untuk hari esok kembali ke sekolah.

.
.


















HALO Semuaaanyaaa!!

Ini adalah cerita pertama saya yang ditulis untuk dishare ke teman-teman.

Mohon maaf jika ada kesalahan kata, atau kesamaan nama tokoh karena itu bentuk ketidaksengajaan. Dalam cerita ini murni pikiran saya sendiri. Disini saya juga sedang belajar menulis, jadi belum sempurna hehe.

Mohon dukungan dan apresiasinya teman-teman.

Thankyouu :)

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang