LIMA

80 53 8
                                    

Matahari menampakkan wujudnya dengan sinar yang cerah, pagi pun kembali. Dengan raut wajah bahagia, seorang gadis keluar rumah menuju motor kesayangannya. Dia berniat mengendarai motornya ke sekolah.

'Klik'

Suara helm fullface yang kini sudah Afza kenakan, "Mamih, Afza pamit berangkat school yah. Assalamualaikum." Motornya sudah melesat keluar halaman rumah. Karena waktu masih pagi dan jalanan tidak terlalu macet dengan kecepatan sedang Afza santai mengendarai. 

Sesampainya di parkiran semua pasang mata menatap Afza dengan intens. Ketika dia membuka helm, semua pasang mata terkaget melihat orang tersebut ternyata Afza. Banyak bisik-bisik terdengar dari siswa siswi yang melewati dirinya, ada yang memuji bahkan ada pula yang mengatakan dia caper. Namun Afza tidak menanggapi itu semua, dia berjalan menuju toilet untuk mengganti celananya dengan rok sekolah dan memperbaiki tatanan rambutnya. 

Afza baru saja keluar dari toilet dan bertemu dengan Karin, "Lo bawa motor?" tanya Karin.

"Iyoi. Lo juga liatin gue ya? Jangan-jangan lo juga fans gue," ucap Afza sambil menyenggol-nyenggol lengan Karin. 

"Norak." Satu kata yang keluar dari mulut Karin membuat Afza terkekeh. 

Karin pun berjalan terlebih dahulu meninggalkan Afza. "Woi, Karin tunggu!!" teriak Afza dan langsung berlari menyusul temannya itu. 

"Hosh...hosh...hosh."

"Kenapa lo? sampe gak bisa napas gitu," ucap Terra melihat kedatangan Afza dengan nafas tersenggat. 

"Dikejar pak Anto lo?" tanya Inggit.

"Siapa pak Anto?"

"Pak Anto itu guru BK yang kumisnya tebel kayak ikan lele, terus dia juga galak banget intinya kalo ngasih hukuman gak nanggung-nanggung. Jangan sampe berurusan sama dia pokoknya." Inggit menjelaskan dengan muka seriusnya, membuat Terra menahan tawa karena ekspresi Inggit. 

"Bukan. Noh gue ngejar si Karin jalannya cepet banget, heran." Afza menatap Karin kesal.

Karin yang ditatap hanya menengok sekilas lalu kembali fokus pada ponselnya. 

Kringggg kringgggg

Bel masuk berbunyi dengan nyaring. Semua siswa mulai tergesa-gesa memasuki ruang kelas masing-masing. Duduk dengan tenang melakukan kegiatan berdoa rutin sebelum pelajaran.

Tiba-tiba seorang guru laki-laki, berbadan tinggi, dan berkumis tebal memasuki kelas Afza. Guru tersebut ternyata pak Anto yang baru saja diceritakan Inggit.

"Selamat pagi anak-anak," sapa pak Anto berwibawa.

"Selamat pagi, Pak."

"Pak Anto ngajar Matematika juga? Anjir serem kalo gini. Mana gue kaga bisa soal rumus-rumus matematika," gerutu Inggit pelan agar tidak terdengar oleh guru di depan.

"Lo kalo cari info tuh harusnya yang valid. Katanya beliau guru BK, ternyata guru matematika."

Belum sempat Inggit membalas ucapan Terra, pak Anto kembali bersuara.

"Ekhemm. Kelas ini sekarang pelajaran matematika benar?" tanya pak Anto memastikan jadwal.

"Benar pak."

"Baik. Pertama-tama perkenalkan saya Antonio Subarjo menjabat sebagai guru BK SMA Cempaka. Dan saya mendapat amanat dari pak Sugiarto untuk memberikan tugas matematika yang harus kalian kerjakan dan dikumpulkan," ucap pak Anto menjelaskan panjang lebar dan memberikan lembar soal pada siswa didepan.

Salah satu siswa mengangkat tangan, "Kalau boleh tahu memangnya pak Sugiarto kemana pak?"

"Pak Sugiarto sedang ada acara ke luar kota, jadi tidak bisa hadir untuk mengajar."

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang