DELAPAN

60 38 14
                                    

Gerbang utama SMA Cempaka hampir saja di tutup. Waktu menunjukkan pukul 07.00 WIB. Siswa siswi berlarian untuk menerobos masuk.

"Ayo cepat....cepaaattt! Kalian itu berangkat sekolah jangan mepet jam masuk, gini kan jadinya lari-lari." Seorang satpam sekolah mengomel sendiri.

Gerbang sudah tertutup rapat.

"P-paak!!!" Teriak siswi dengan nafas yang tidak teratur.

Pak satpam yang tadi hendak pergi tertahan dan membalikkan badan.

"Tolong pak bukain. Saya tadi kena macet, di jalan ada si Komo lewat," ucap siswi tersebut sambil memohon.

"Heleh, semua murid alasannya pasti macet. Kalo tau jalanan macet tuh berangkatnya pagi, neng." Pak satpam sudah basi mendengar alasan klasik para murid.

"Engga bisa ini sudah peraturan sekolah. Si Eneng tetep diluar sementara waktu, menunggu anggota OSIS datang." Satpam itu lalu melenggang pergi.

Siswi itu menghembuskan nafas pasrah. Dirinya akan berurusan lagi dengan anak OSIS yang menyebalkan itu.

Tidak lama segerombolan anggota OSIS telah datang dihadapan siswa siswi yang terlambat. Mereka membuka pintu gerbang dan menyuruhnya berbaris teratur.

"Setiap hari selalu saja ada siswa siswi yang terlambat. Dan herannya orang-orangnya hampir sama. Kalian apa tidak mau berubah?" tanya Diki sang Ketos.

"Sorry, gue baru terlambat hari ini. Jadi boleh ngga langsung masuk? Kan baru sekali," ujar salah satu siswi dengan santai didepan anggota OSIS.

Alfian mendekati siswi tersebut. Melihat nametagnya, "Afza Casilia Putri. gue bakal inget-inget nama Lo. Kedua kalinya Lo berulah," kata Alfian sambil melirik tajam Afza yang berdiri tegap.

"Ingat aja, jangan masukin ke hati takutnya Lo baper sama gue." Afza dengan lantangnya berbicara seperti itu.

Semua orang hanya menahan ketawa. Takut kena omel anggota OSIS.

"Karena kalian terlambat, ada sanksi yang harus dijalani. Bersihkan lapangan upacara sekarang juga," perintah Ketos.

Semuanya bergerak menuju ke lapangan, mengambil peralatan kebersihan, dan mulai melakukan tugas masing-masing.

Afza meruntuki Diki yang menyuruhnya memakai mobil. Berakhir dirinya yang kena sial. Sekarang malah menyuruh Afza seenaknya.

"Semangat dong, masih pagi nih," bisik Diki pelan kepada Afza. Dibalas tatapan tajam Afza yang mengibarkan permusuhan.

Diki terkekeh melihat sepupunya. Dia tau Afza sudah menahan kesal sedari tadi.

"Kurang bersih." Diki terus meledeknya.

"Mending Lo aja yang nyapu," ucap Afza menyodorkan sapu ke arahnya.

"Ogah." Diki malah kabur.

Sedangkan waketos tiba-tiba berjalan dari belakang Afza. Cowo itu hanya meliriknya sekilas dengan raut wajah datarnya.

"Heran gue, SMA ini punya waketos kayak kulkas jalan. Diki mau aja berteman sama orang begitu," gumam Afza pelan sekali.

***

"Assalamualaikum, permisi." Afza mengetuk pintu kelas dengan hati-hati.

"Buka aja, ngga ada guru," sorak salah satu siswa didalam kelas.

Dubrakk

Pintu tersebut ditendang oleh Afza. Dan ternyata benar kelas sedang jam kosong. Tidak ada guru yang mengajar.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang