SEPULUH

39 25 10
                                    

"Hayoloh lagi ngapain?" Diki yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Afza, memergoki Afza dan Reksa yang sedang berada di dalam.

Keduanya tersadar, menengok ke arah sumber suara. 

"Astagfirullah Reksa, lo udah sejauh ini?" tanya Diki.

"Berisik g*bl*k," Reksa melenggang pergi.

"Lo kenapa bisa jatoh? Katanya udah pro," ejek Diki pada sepupunya itu.

"hmm."

"Lo ngapain kesini?" tanya Afza.

"gue tadi dichat Reksa suruh jemput dia, ternyata arah sharelocknya ke rumah lo," jelas Diki.

"Jangan sampe ketahuan. Awas lo!" ancam Afza.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka kembali. Menampakkan wanita paruh baya membawa air hangat dan kotak P3K. Disusul dengan Reksa yang ikut dibelakangnya.

"Ya gusti, non Afza kenapa?" cemas Bi Ina. 

"Gapapa Bi. Tadi jatuh doang, engga sampe mati," ujar Afza santai.

"Gilaa." Diki berdecak malas mendengar jawaban itu. 

Reksa mengajak Diki untuk keluar dari ruangan tersebut. 

Di ruang tamu, kini Diki dan Reksa berada. Diki sempat heran mengapa seorang Afza bisa terjatuh begitu, dan bingungnya lagi Reksa berbarengan dengan Sepupunya itu.

Akhirnya Reksa pun menjelaskan kronologi kejadiannya pada Diki. Ia pun akhirnya paham. Memang sepupunya itu memiliki kebiasaan menantang orang, bahkan dirinya pun tidak habis pikir dengan keberanian yang dimiliki Afza. 

Kini Reksa yang menatap Diki heran. Mengapa sahabatnya itu bisa kenal dengan Afza, bahkan terlihat  sudah akrab. Padahal dia hanya sebatas ketua Osis, meskipun friendly seharusnya tidak secepat itu Diki mengenal siswa baru. 

"Kenapa lo natap gue gitu?" Diki yang merasa terintimidasi akhirnya membuka suara.

"Lo kenal deket sama cewek itu?" tanya Reksa.

"Afza, maksudnya?" ungkap Diki dan Reksa pun mengangguk.

"Dia adik kelas gue waktu SD dulu eh sekarang SMA juga sama lagi," jelas Diki. Memang mereka berdua selalu berada di sekolah yang sama. Bukan sebuah kebetulan, namun kedua orang tua Afza ingin agar Afza ada yang menjaganya, yaitu Diki. 

Reksa hanya mengangguk paham. Artinya ia percaya dengan alasan Diki yang memang masuk akal juga.

"Btw, cabut yuk ke markas," ajak Diki.

"Bentar, pamit dulu." Reksa mencari keberadaan Afza. Namun yang ditemui adalah Bi Ina.

"Bi, saya pamit dulu yah. Semoga Afza cepat pulih," ujar Reksa dengan sopan.

"Iya den, terima kasih juga udah bantu Non Afza. Kebetulan juga dia langsung tidur," ucap Bi Ina.

"Gapapa Bi," pungkas Reksa.

"Pamit dulu Bi. Assalamualaikum," ujar Reksa dan Diki secara bersamaan.

"Waalaikumsalam."

***

Markas The Brocode terlihat sepi, tidak banyak anggota yang datang. Reksa yang merasa lelah, langsung pergi ke suatu ruangan yang merupakan kamar. Sedangkan Diki duduk di sofa sambil memainkan handphone.

"Bang Diki?" sapa salah satu anggota The Brocode.

"Tadi sama Reksa, tapi dia langsung cabut tuh tidur. Gatau juga dua cecurut itu dimana," jelas Diki.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang