SEMBILAN

53 34 9
                                    

"Aduh capek gue daritadi ketawa mulu," ucap Inggit memegang perutnya.

"Satu kelas udah gesrek semua otaknya. Tapi tidak termasuk gue yah," kata Terra.

Mereka semua sudah nongkrong di kantin setelah banyak drama di dalam kelas.

"Kalian mau makan apa?" tanya Karin tiba-tiba.

"Eits baik sekali nih, mau pesenin kita sekalian Rin bayarin." Terra tidak tahu diri memang.

"Ga," jawab Karin singkat, padat dan menusuk.

"Gue bakso sama es tea jus. Jangan lupa yang pedes," ucap Afza yang sedari tadi fokus ke ponselnya.

"Gue samain aja sama Afza, tapi jangan pedes. Esnya yang banyak kalo bisa," ujar Inggit.

Terra hanya melongo, dia tidak ditanya mau pesen apa. Karin langsung melenggang pergi.

"Lah, Karin woi kok gue ga Lo tanyain? Pilih kasih Lo sama temen,"

Terra langsung berdiri menyusul Karin dan pergi membeli makanan sendiri.

Afza dan Inggit hanya terkekeh melihat tingkah bocah itu.

"Jangan pake lama!!!" teriak Afza yang sangat nyaring.

Tiba-tiba ada sahutan dari orang sebrang sana, "Berisik."

Afza menoleh ke sumber suara. Tatapannya langsung tertuju pada meja pojok yang berisi anak-anak Osis. Dia tersenyum sinis. Dan memberanikan diri menghampiri meja tersebut.

"Eh Afza mau kemana?" tanya Inggit namun Afza sudah beranjak pergi.

"Ekhmm." Afza sudah dihadapan mereka.

"Wah ada si adek kelas nih. Mau ngapain bocil? Gausah cari gara-gara," ucap Alfian.

"It's okay. Tapi tadi ada yang ngatain gue berisik, jadi gue rada tersinggung nih." Afza masih tenang menatap satu per satu dari mereka.

"Heh Lo salah orang kali. Dari tadi disini gada yang ngomongin Lo," ucap Galang.

"Oohh gitu? Tapi gue denger loh. Suaranya itu mirip bos kalian," ujar Afza sambil tersenyum miring.

"Siapa? Diki?" tanya Alfian. Afza menggeleng dan dia menunjuk ke arah Waketos.

"Reksa?"

Afza mengangguk. "Iya. Lo kan yang tadi ngatain gue berisik? Please yah kalo mau kenalan sama gue jangan gitu caranya. Engga gentle banget jadi cowok,"

Semua menatap Afza dan Reksa secara bergantian.

"Apaansi gila Lo." Suara ketus dari mulut Reksa akhirnya keluar.

"Lain kali kalo mau kenal gue pake cara yang romantis. Dinner atau Kencan gitu," ucap Afza meledek cowok didepannya itu. Dia memang berniat membuat malu cowok itu.

"Otak di pake jangan asal." Reksa menggebrak meja dan pergi keluar kantin.

Afza tertawa puas dalam hati. Dia langsung pergi kembali ke mejanya.

"Tuh cewek bisa banget bikin Reksa emosi," kata Alfian.

"Reksa juga gampang banget baperan. Harusnya dia kan lebih enjoy, tenang kayak biasa." Galang terheran mengapa Reksa begitu.

"Udah biarin, mungkin Reksa emang lagi kesel terus ditambah kesel jadi hancur mood-nya," ucap Diki.

***

Seusai dari kantin Diki pamit pergi menemui Reksa. Dia ingin membicarakan masalah penting mengenai geng motornya. Tapi hanya berdua dengan Reksa.

Diki berjalan naik ke rooftop sekolah. Tempat yang selalu dituju Reksa jika keadaan suntuk atau sedang ingin menyendiri.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang