Matahari sudah menunjukan sinarnya kepada bumi tempat ia berpijak sekarang. Dirinya dan sang adik akan pulang ke rumah pamannya yang berada di daerah Gangnam kota Seoul.
Menghirup udara segar dari balik jendela mobil, dengan tidak sabaran dirinya ingin sampai dirumah. Bau yang sangat ia rindukan, bau khas kota Seoul.
Menatap sang adik yang sedang menyetir di sebelahnya, "Akhirnya aku bisa menghirup udara kota Seoul lagi," gumamnya.
"Sepertinya aku mengingat kalimat itu. Ah Iya! Dulu Noona pernah bicara begitu saat baru saja tiba di bandara Paris."
"Benarkah? Aku bahkan tidak ingat."
"Coba kakak ingat-ingat lagi."
•Flash back
Pesawat yang keluarga mereka tumpangi akhirnya mendarat dengan selamat di bandara international Prancis. Banyak orang-orang yang menuruni pesawat putih itu.
Terlihat kedua anak mereka sangat senang saat baru saja menapakan kaki mereka di tanah kelahiran.
"Kita sudah sampai!" seru sang Ayah seraya menurunkan anak bungsunya.
"Bandara ini sangat luas sekali," ucap sang Ibu kemudian menunjuk pesawat yang siap lepas landas, "Lihat!"
Kedua anak mereka menoleh, mereka meloncat kegirangan saat pesawat itu berhasil terbang di udara.
"Kamu tahu tidak, Dik? Akhirnya Noona bisa menghirup udara kota Paris lagi," ucap sang Kakak kepada sang Adik yang berumur tujuh tahun. Dirinya tak henti menggenggam tangan kecil sang Adik.
"Ayo kita pergi, kita akan ketinggalan taxi kalau terus menatap pesawat itu." Tanpa berlama-lama mereka berjalan meninggalkan bandara tersebut. Sambil bercakap ria mereka bercerita tentang kehidupan mereka masing-masing. Sang Ayah bekerja di kantor, Sang Ibu menjadi Model, sang Kakak bersekolah menengah pertama, dan terakhir sang Adik yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Mereka sampai di pemberhentian taxi, ini adalah kali kedua untuk mereka menginjak tanah kota Paris, karena mereka berasal dari Negara Ginseng yang biasa kita sebut Korea Selatan. Kali pertama mereka kesini adalah saat mereka melahirkan anak pertama, sepuluh tahun yang lalu.
"Ayah, apa rumah kita nanti besar seperti rumah Paman dan Bibi?" tanya sang adik dengan polosnya. Dia sangat berharap sekali rumahnya nanti sebesar rumah Paman nya yang rata-rata bercat putih.
"Tentu. Rumah ini adalah rumah kalian yang Ayah berikan kalau kalian sudah besar nanti," jelas sang Ayah.
"Wah, aku punya rumah sendiri," girang sang Kakak.
"Noona, itu rumah punyaku tahu!" Sang Adik tidak terima, dia juga menginginkan rumah itu. Walaupun dirinya belum melihat rumah yang Ayah-nya ceritakan.
"Kalau begitu Ibu akan belikan rumah baru untuk Soobin," tukas sang Ibu membuat anak bungsu nya tersenyum lebar.
"Aku ingin rumah itu melebihi rumah Noona, ya, Bu!" pinta sang adik manja.
"Tidak boleh! Rumahku harus yang paling bagus!"
"Hey Noona, mau bagaimanapun rumahku harus yang paling bagus!"
"Sudah sudah nanti ibu buatkan spaghetti kesukaan kalian," ucap sang Ibu membuat mata kedua anaknya itu berbinar.
"YEY SPAGHETTI!!!"
Flash back end•
🍷🍷🍷
"Semuanya bersiap," tukas salah satu staff kepada member BTS. Mereka sekarang berada di restoran dekat rumah sakit yang Namjoon bicarakan semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderful Manager | BTS✔
Fanfic[BTS Fanfiction] Jika saja Youra tidak menerima tawaran Namjoon, mungkin ia tidak akan pernah bertemu Taehyung -mautnya. __ Rangking: #5 in Manajer #3 in (Search) Bts Manajer #16 Angst 17.8k Star: 12 Feb 2021 End: - ©️®️XOJOONIE / 'Wonderful Manage...