Split Hairs

2.7K 325 38
                                    

"Hm... wajar kok. Menurut gue, mungkin aja ada sesuatu yang menghalangi si X untuk membawa hubungan mereka lebih jauh. Entah itu dari temen lo atau dari X itu sendiri atau malah keduanya. Enggak ada yang tau kan?" Ucap Wonwoo kemudian tersenyum hangat menatap Jihoon yang saat ini tengah menolak untuk menatap Wonwoo.

"Kenapa? Is it because of my father?" Wonwoo mengernyit bingung.

"Eh... Ji—"

"Or is it because of someone in your past which is happened to be Mingyu?"



{}


"Ji... kok jadi bawa-bawa Mingyu sih?" Tanya Wonwoo bingung. Ah, apakah Jihoon sudah tau? Tapi... tau dari mana? Bahkan Wonwoo saja tidak pernah menceritakan masa lalunya kepaja Jihoon, Hoshi, Jun, dan Jeonghan. Seingatnya ia sudah menyimpan rapat-rapat cerita masa lalunya selama lebih dari dua tahun berada di bangku kuliah.

"Kenapa? Lo gak bisa move on dari Mingyu? Won, lo jangan egois. Jangan pernah ngasih harapan ke gue kalo emang lo nggak bisa ngelepas dia."

"Jihoon... gue nggak pernah bermaksud untuk ngasih harapan—"

"Terus sekarang apa? Mau sampe kapan lo sembunyi di balik perasaan gue? Gue capek, won. Lo egois, lo gak pernah sekali pun mikirin perasaan gue kayak gimana. Lo pikir dengan lo yang terus ngegantungin hubungan ini gue akan terus manut aja? Gue capek won menaruh harapan pada orang yang bahkan nggak pernah punya perasaan sama gue. I don't need your sweet talk 'cuz all of them are bullshit. Let's just stop this, won. I'm tired."

Dengan satu kerjapan mata, Jihoon bangkit. Upaya Wonwoo untuk mencegah lelaki itu untuk pergi kandas begitu Jihoon sudah tak terlihat dalam waktu yang singkat. Lelaki berkacamata itu hanya bisa mengepalkan tangannya dengan kencang kemudian menggebrak meja. Tidak peduli rasa sakit yang diakibatkan oleh gaya Newton III, Wonwoo hanya bisa menggeleng seraya kedua tangannya meremas surai hitamnya kasar.

"Fuck, fuck, fuck! Jihoon... Jihoon... Ji... I'm sorry."

"Won... Wonwoo?"

Wonwoo sontak membuka kedua matanya ketika mendengar suara Jihoon yang memanggil namanya dengan lembut. Ia mengerjapkan kedua matanya ketika sepasang obsidian-nya menangkap siluet tubuh Jihoon dan juga Hoshi yang tengah menatapnya dengan pandangan bingung.

Wonwoo sontak memproses apa yang saat ini tengah terjadi. Seingatnya tadi Hoshi dan Jihoon sudah pergi dan meninggalkannya sendirian di ruangan ini. Lalu, mengapa mereka kembali dan menggunakan baju yang berbeda? Tunggu, mengapa punggungnya terasa begitu pegal?

"Hmm... capek banget ya bapak kepala biro adkes sampe ketiduran dari awal sampe akhir kelas Bu Dakuang. Mana bucin banget lagi sampe ngigo manggil-manggil ni bocil satu." Ucap Hoshi seraya terkekeh meledek. Wonwoo yang saat ini masih memproses apa yang tengah terjadi pun hanya bisa mengerjapkan kedua matanya bingung.

'So, it was just a dream.'

"Demi apa gue tidur dari awal kelas Bu Dakuang?" Tanya Wonwoo sedikit tidak percaya. Jihoon hanya terkekeh kecil seraya mengangguk kecil.

"Iya, untung lo ketidurannya bukan di kelas kembarannya, si Bu Dakcuan. Bisa auto D nilai lo semester ini." Lanjut Hoshi. Wonwoo hanya menghela napas kecil seraya diam-diam bersyukur bahwa apa yang tadi terjadi hanya mimpi.

Wonwoo kemudian tersenyum lebar tanpa dosa lalu memasukkan buku yang masih ada di atas meja ke dalam tasnya. Setelahnya ia pun melampirkan tasnya pada sebelah bahunya kemudian merangkul Jihoon dan Hoshi tanpa aba-aba sehingga membuat kedua temannya itu sedikit terhuyung akibatnya.

Sekala Niskala | Meanie [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang