Haechan memberanikan diri untuk melihat Mark melalui jendela kecil di pintu. Namun sebelum itu terjadi pintu ruangan Mark lebih dulu terbuka. Menampilkan seorang dokter yang terlihat kelelahan.
"Jantung nya kembali berdetak" ucap Dokter tersebut.
Raut nya tidak senang tidak juga sedih, hanya menunjukkan kelegaan setelah berusaha menyelamatkan pasien nya tadi.
Haechan terpaku, dirinya seperti naik rollercoaster hanya dalam hitungan detik. Apa Tuhan sedang mempermainkan mereka?
"Jantung nya kembali berdetak setelah terhenti 10 menit" ulang dokter tersebut, menyadari situasi yang terjadi.
Seketika raut lega di tunjukkan orang-orang yang ada di situ.
"Mungkin 1 atau 2 jam kalian bisa melihatnya. Jika begitu saya pamit" ucap dokter tersebut kemudian meninggalkan tempat.
Haechan melanjutkan tujuan nya sebelumnya, yaitu melihat Mark dari jendela. Di lihatnya seorang perawat yang mengecek peralatan di tubuh Mark. Haechan tersenyum meski air matanya masih terus mengalir.
.
.
Tidak seperti kata dokter jika 1 atau 2 jam bisa melihat pasien. Nyatanya 30 menit setelah kepergian dokter, Mark membuka mata dan mampu melewati masa kritis. Meskipun keadaan nya sangat lemah.
"Nak Haechan kau tidak ingin melihat Mark?" Tawar Taeyong yang menghampiri Haechan di depan pintu.
"Bagaimana Mark Hyung eomma?" tanya Haechan pelan.
"Sudah lebih baik, Haechanie" Taeyong tersenyum.
"Jenguk lah Mark, setelah mereka. Lihat bahkan Mark sudah bisa tertawa" Taeyong tidak bisa menyembunyikan raut senangnya.
Haechan tersenyum kemudian mengangguk kecil. Ia memperhatikan Taeyong yang menjauh dari tempat nya berdiri.
Cukup lama Haechan menunggu akhirnya Lucas dan Jungwoo keluar, mempersilahkan dirinya untuk masuk.
Dengan langkah ragunya Haechan mendekati ranjang tempat Mark terbaring. Untuk kali ini Haechan tidak bisa menunjukkan senyumannya. Ia hanya takut kehilangan secara tiba-tiba.
"Hai" sapa Mark sangat pelan dengan suara seraknya.
Tidak ada jawaban yang di berikan Haechan selain wajahnya yang menunduk.
"Haechanie" panggil Mark.
Dengan berat hati Haechan memberanikan diri untuk menatap wajah Mark. Di lihatnya Mark dengan susah payah meraih pipinya. Dengan itu Haechan lebih mendekatkan wajahnya. Kemudian membantu tangan Mark.
"Jangan seperti ini" kata Mark "Jangan seperti ini lagi"
Haechan tidak bisa untuk menahan air matanya untuk tidak jatuh. Ia tidak sanggup bersuara, hanya suara isakan yang menjawab pernyataan Mark.
"Berhenti Haechanie" ucap Mark tersenyum tipis. Meminta Haechan untuk menghentikan tangisnya.
"Kenapa?" Ucap Haechan dengan sesak yang memenuhi dadanya "Kenapa Tuhan memberi Mark Hyung cobaan seperti ini?" Tangis Haechan.
"Peluk aku Haechan" ucap Mark "Bisakah kau memelukku?" Ulang Mark melihat Haechan yang diam di tempatnya.
Haechan memeluk tubuh lemah Mark, sedikit kesusahan karena alat-alat yang terpasang di tubuh itu.
"Karena rencana Tuhan sangat indah Haechanie. Berkat Tuhan aku tahu banyak orang yang peduli dengan ku, dan Tuhan juga mengirimkan malaikat untuk ku di sisa hidup ku. Yaitu kau" bisik Mark pada Haechan sesaat setelah memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hangat, Musim Dingin Bersama Mu || Markhyuck || [Completed]
FanfictionHaechan mempertahankan tawanya dengan menatap wajah Mark. Tapi tidak dengan matanya yang memancarkan kesedihan yang begitu dalam "HAHAHAHA ...." Tak berapa lama kemudian air matanya turun tanpa terkendali, Haechan menguatkan diri untuk tetap menatap...