Keadaan Mark masih sama seperti sebelumnya. Sering kali penyakit nya kambuh, namun saat itu juga sakit hilang.
Jeno dan Sungchan hanya berusaha memahami apa yang di lakukan Hyung nya. Setelah mengetahui secara jelas mengenai apa penyakit yang di derita Mark, keduanya hanya bisa berdoa jika Hyung mereka di beri waktu lebih lama lagi.
Haechan masih sering mengunjungi mereka bertiga, namun hanya di pagi hari. Karena malam hari Haechan harus belajar dan mempunyai kesibukan lainnya.
Mark lebih banyak menghabiskan waktu di kamar nya. Dan hanya keluar jika dirinya mampu.
Dan di ranjangnya saat ini Mark tengah memangku laptopnya, sembari mengerjakan pekerjaannya. Mark belum memberi tahu penyakit nya kepada orang tuanya. Karena ia tidak mau membuat orang tua mereka khawatir, apa lagi jarak yang memisahkan keduanya. Mark tidak ingin terjadi apa-apa pada orang yang telah merawatnya dan kedua adiknya. Selagi dirinya mampu untuk menahan selama itu juga dirinya akan bertahan. Bukankah bahu anak pertama harus terlihat kokoh?
"Mark Hyung!!!!" teriak Haechan dari balik pintu, membuat Mark sempat terlonjak kaget.
"Astaga Haechan, kau membuat ku terkejut" kata Mark dengan mengelus dadanya. Dirinya benar-benar terkejut.
"Astaga dingin sekali di luar" balas Haechan tanpa menghiraukan perkataan Mark sebelumnya. Jika dilihat sepertinya Haechan baru datang, dan langsung menuju kamarnya.
"Kenapa kau kemari, di luar sepertinya salju turun sangat lebat" Kata Mark masih dengan memperhatikan apa yang di lakukan Haechan.
Setelah selesai melepas mantel, Haechan berjalan menuju lemari milik Mark. Mencari pakaian yang kiranya lebih hangat.
"Tidak selebat yang Hyung kira, buktinya aku bisa sampai sini dengan selamat" balas Haechan dengan membuka tirai kamar milik kekasihnya, memastikan apa salju turun dengan lebat, seperti apa yang di bilang kekasihnya itu.
"Eh? Ternyata saljunya turun lebat sekali" gumam Haechan pelan.
"Woah saljunya turun selebat ini. Ini sangat lebat" kata Haechan antara kagum dan terkejut.
"Sepertinya ini puncak musim dingin" kata Mark dengan memeluk Haechan dari belakang. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh Haechan di perpotongan leher lelaki manisnya.
"Maksud Hyung Samhansaon?" tanya Haechan.
"Hm" jawab Mark.
"Pantas saja. Saat perjalanan kemari tidak seperti biasanya, terlihat sepi"
"Karena orang-orang lebih memilih untuk tidur di balik selimut mereka" kata Mark gemas dengan tingkah Haechan. Mark mencubit hidung Haechan.
"Hyung masih bekerja?" Tanya Haechan dengan sedikit menggeliat, sejak tadi Mark mendusal diceruk lehernya.
Mark menjauhkan wajahnya, teringat pekerjaan nya yang belum selesai "Iya tinggal sedikit lagi. Hei kau belum menjawab ku. Kenapa kau kemari?" tanya Mark serius melihat ke arah Haechan.
"Eung ..." Jawab Haechan dengan berpikir "Tidak tahu, hanya ingin saja" jawab Haechan sekenanya.
"Benarkah?" Ucap Mark dengan memicingkan mata tidak percaya, kembali memangku laptop di ranjangnya.
"Eum .." kata Haechan mengangguk lucu "Sepertinya aku merindukan kekasih ku ini. Yang lebih memilih memangku laptopnya dari pada kekasihnya sendiri" kata Haechan dengan menutup tirainya kembali. Kemudian duduk di sisi ranjang yang kosong.
"Aku tidak tahu kau akan datang, biasanya kau datang saat pagi" jawab Mark dengan mempercepat pekerjaan nya.
"Tak apa aku akan menunggu" jawab Haechan dengan menopang dagunya. Mengamati kekasihnya yang fokus bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hangat, Musim Dingin Bersama Mu || Markhyuck || [Completed]
FanficHaechan mempertahankan tawanya dengan menatap wajah Mark. Tapi tidak dengan matanya yang memancarkan kesedihan yang begitu dalam "HAHAHAHA ...." Tak berapa lama kemudian air matanya turun tanpa terkendali, Haechan menguatkan diri untuk tetap menatap...