Alunan musik dalam cafe menemani seorang lelaki yang tengah duduk di sudut ruangan. Suasana hangat menyelimuti nya di awal musim dingin ini. Setengah jam sudah ia menunggu kekasihnya untuk pertemuan mereka di sini.
Mark meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Mencari nomer ponsel sang kekasih dan segera melakukan panggilan. Mark khawatir jika terjadi sesuatu pada kekasih manisnya.
Nada dering dari ponsel kekasihnya terdengar begitu ia meletakkan ponselnya di dekat telinga.
"Iya Hyung, maaf aku sepertinya sangat terlambat ya"
Terdengar suara lembut kekasihnya begitu panggilan nya di terima, di sertai tawa kecil yang menyapa pendengarannya. Membuat Mark tidak bisa untuk tidak tersenyum. Meskipun rasa khawatir masih menyelimuti nya.
"Apa terjadi sesuatu, Haechanie? Aku mengkhawatirkan mu" jawab Mark pelan. Dimana jawaban nya justru mendapat kekehan dari kekasihnya.
"Tidak terjadi apapun Hyung, hanya saja tiba-tiba aku sakit perut tadi. Jadi ya seperti itulah"
Meskipun telah mendapat jawaban dari Haechan, tak bisa di pungkiri jika saat ini perasaan khawatir masih menguasai nya.
"Apa masih sakit? Atau lebih baik kita batalkan saja" kata Mark dengan bangkit berdiri akan meninggalkan tempatnya.
"Aku akan ke tempat mu" lanjut Mark.
Namun saat akan melangkahkan kakinya, Mark melihat kekasihnya, Haechan sedang berjalan ke arahnya. Senyumnya tidak luntur, begitu pandangan mereka bertemu. Haechan melambaikan tangan ke arah Mark. Dan lagi panggilan mereka masih terhubung.
"Tapi aku sudah di sini, bagaimana?"
Tanya Haechan dari ponselnya, dan terdengar sedih. Tapi terdengar kekehan di akhir kalimat nya.
"Kau ini ya , suka sekali membuat ku, khawatir" kata Mark dengan memberi gestur ingin memukul, meskipun begitu ia tersenyum melihat kekasihnya baik-baik saja.
Tidak ingin mematikan panggilannya, kini mereka berdua berdiri saling berhadapan, saling melempar senyum.
"Wah kekasih ku ternyata peduli, dengan ku" ucap Haechan melalui panggilan yang masih terhubung. Haechan tersenyum.
Mark diam selama beberapa detik dengan menatap Haechan dengan tatapan yang sulit diartikan. membuat Haechan yang awalnya tersenyum kini menatap Mark bingung dan sedikit khawatir.
"Ada apa?" Tanya Haechan pelan "Hyung marah dengan ku" lanjut Haechan.
"Ya, aku marah" jawab Mark singkat.
"Hyung aku ..."
"Aku marah karena kau tidak segera mematikan panggilan dan memeluk ku" kata Mark memotong perkataan Haechan.
Mendengar perkataan Mark, Haechan segera menjauhkan ponsel dari telinganya, memutuskan panggilan mereka, dan dengan pasti memeluk kekasihnya, yang kini memasang senyum.
Mark meletakkan ponsel nya di atas meja, dan segera membalas pelukan Haechan. Serta sesekali mengusap rambut Haechan lembut.
"Maaf membuat Hyung menunggu lama" kata Haechan pelan.
"Tidak apa" kata Mark dengan melepaskan pelukannya mereka. Tangannya menyentuh bahu Haechan. Haechan sedikit mendongak untuk melihat wajah Mark, untuk membuat keduanya saling bertatapan.
"Apa masih sakit?" Tanya Mark lembut.
Haechan menggeleng pelan "Tidak, hanya sakit perut biasa" ia tersentak
"Duduk lah dulu, Haechan. Aku sudah memesan kan mu tapi sepertinya sudah dingin. Sebentar aku pesan kan lagi" kata Mark pada Haechan yang mengangguk hingga rambutnya ikut bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hangat, Musim Dingin Bersama Mu || Markhyuck || [Completed]
FanficHaechan mempertahankan tawanya dengan menatap wajah Mark. Tapi tidak dengan matanya yang memancarkan kesedihan yang begitu dalam "HAHAHAHA ...." Tak berapa lama kemudian air matanya turun tanpa terkendali, Haechan menguatkan diri untuk tetap menatap...