12

1.2K 144 3
                                    

Sejak malam itu Mark dan Haechan tidak pernah lagi bertemu bertatap muka. Mereka hanya menyapa lewat pesan teks dan sesekali melalui panggilan telepon. Percakapan keduanya hanya menanyakan sekedar kabar.

Tidak ada kata-kata cinta, ungkapan sayang. Apalagi mendengar suara manja dari Haechan. Itu semua tidak ada. Keduanya mulai membiasakan diri.

"Mark hyung, besok appa dan eomma akan pulang" kata Jeno yang menatap Mark prihatin.

Sejak berpisah dari Haechan, Mark lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar. Lebih lama dari biasanya. Bahkan tubuh Mark semakin terlihat kurus.

"Jangan beri tahu, biarkan appa dan eomma sampai rumah" balas Mark.

"Apa yang Hyung rasakan saat ini?" Tanya Jeno.

"Tidak ada" jawab Mark tersenyum miris, memang dirinya tidak bisa merasakan tubuhnya.

"Sebaiknya Hyung ke rumah sakit, agar keadaan Hyung membaik"

"Tidak ada yang bisa menyembuhkan ku, Jen. Tidak ada" jawab Mark pasrah akan kehidupan nya.

"Hyung jangan bicara seperti itu, setidaknya Hyung harus bertahan sedikit lebih lama lagi"

Mark terkekeh mendengar ucapan Jeno "Aku sudah bertahan sejauh ini. Apa Hyunjin menjaga Haechan dengan baik?"

"Ya, mereka memutuskan berbaikan dan ini berkat dirimu Mark Hyung" balas Jeno.

Mark tersenyum "Setelah appa dan eomma sampai, katakan aku ingin bertemu mereka"

"Baik Hyung, besok mereka sudah sampai" kata Jeno tersenyum tipis kemudian meninggalkan Mark.

****

Orang tua mana yang tidak terluka saat mengetahui salah satu darah daging mereka, menanggung rasa sakitnya sendiri.

Lee Taeyong, Eomma dari tiga bersaudara menangis mendapati keadaan putra sulungnya. Mark menceritakan penyakit nya seolah tidak terjadi apa-apa. Bahkan ia masih bisa tertawa saat kedua orang tua nya menghampiri di kamar.

"Eomma, mengerti kan? Jangan seperti ini" ucap Mark melihat kesedihan sosok yang telah melahirkan nya.

Orang tua Mark bukan orang yang gila kerja, bukan juga gila harta apalagi gila kehormatan. Mereka hanya menjalankan kewajiban mereka sebagai orang tua pada umumnya. Hanya jarak dan waktu yang memisahkan mereka, hingga tidak mengetahui keadaan sebenarnya salah satu putra mereka.

"Mark kita ke rumah sakit ya" ajak sang eomma memaksakan senyum serta segera menghapus air mata yang membasahi wajahnya.

Mark tersenyum sebagai jawaban, dan dengan bantuan appa dan kedua adiknya ia di papah untuk memasuki mobil.

Jaehyun mengemudi, dengan Jeno di sebelahnya. Sungchan, eomma dan Mark sendiri duduk di kursi belakang.

"Mark, apa pekerjaan yang appa berikan terlalu berat akhir-akhir ini. Kau pasti kelelahan?" Ucap sang kepala keluarga yang sejak tadi diam.

"Tidak juga, appa mengatakan untuk menjadi orang yang bertanggung jawab" jawab Mark pelan.

Lee Jaehyun menahan air matanya agar tidak jatuh. Jeno hanya memperhatikan gelagat appanya dalam diam.

"Dan kau sudah menjadi Putra Lee yang bertanggung jawab, serta hyung yang bertanggung jawab. Appa bangga pada mu Mark"

Begitu sampai Mark segera di bawa ke salah satu bilik rumah sakit. Mulai saat ini Mark ingin menikmati waktu bersama keluarganya. Meskipun itu di rumah sakit.

Mark telah berbaring di ranjang dengan infus yang menancap di tangan nya.

"Appa dimana eomma?" Tanya Mark.

Hangat, Musim Dingin Bersama Mu || Markhyuck || [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang