Zela menghembuskan nafas nya pelan, menatap ujung sepatu nya dengan nanar. Sudah seminggu sejak insiden dirinya saat berbicara dengan Agam di ruang kepala sekolah itu dan sampai saat ini tidak ada perubahan. Dirinya bahkan bingung, Agam ini memang niat untuk bertanggung jawab atau tidak?
Lama-lama janin di perut nya ini akan membesar, lalu apa yang harus ia katakan kepada Papa nya? Dan teman-teman nya juga. Oh tuhan! Kepala Zela berdenyut sakit memikir kan itu.
Seminggu ini pula Zela menjadi gadis pendiam membuat teman sekelas nya begitu heran maupun Meta yang sungguh aneh dengan Meta yang terus melamun.
Jam kosong mengisi kelas Zela membuat suara berisik itu terdengar kencang di dalam sana. Meta yang memang membawa bekal pun memakan makanan nya di kelas karena saat ini adalah jam terakhir sekolah nya.
Sedangkan Zela terus menunduk menaut kan kedua tangan nya sambil menatap ujung sepatu nya, sampai kapan ia akan menyembunyikan ini semua dari Meta? Meta adalah salah satu sahabat terbaik nya yang Zela punya. Suatu saat Meta juga akan mengetahui nya. Apa ia harus memberitahu nya dari mulut nya sendiri? Atau biarkan Meta tau dengan sendiri nya?.
"Kenapa sih lo?" Zela tersentak saat mendengar pertanyaan Meta yang terbilang tiba-tiba itu.
Di lihat nya Meta yang sedang membereskan kotak bekal nya.
"Gue kenapa?." Sahut Zela berpura-pura tidak mengerti.
Meta menghela nafas, ia tahu jika ada sesuatu yang mengganggu fikiran sahabat nya. Ia tahu betul tentang Zela, bahkan saat ini ia merasa Zela sedang menutupi sesuatu dari nya. Meta mengerti mungkin Zela membutuh kan waktu nya untuk bercerita kepadanya.
Tapi selama ia menunggu, Zela terus bungkam enggan menceritakan yang terjadi kepadanya. Dan itu berhasil membuat Meta geram.
"Gue tau lo ada masalah. Lo gak mau cerita sama gue?."
Zela diam, menatap wajah Meta dengan sendu.
"Gue— Gue gak tau mau cerita dari mana." Ujar Zela lesu lalu menelungkap kan kepala nya di kedua lipatan tangan nya.
Meta berdecak, "Gue sengaja ngasi lo waktu buat cerita. Tapi makin kesini lo makin tertutup sama gue."
Zela merenung, jika Meta ada masalah maka ke Zela lah ia mengadu keluh kesah nya, sedangkan Zela. Ia masih sedikit memberi jarak agar Meta tidak selalu tahu masalah nya dan itu membuat Meta kecewa karena sahabat nya yang tak percaya dirinya sendiri.
"Maaf Met, Gue—"
"Iya, gue ngerti." Meta menyibukan diri nya dengan mengotak-atik ponsel nya. Itu membuat perasaan Zela semakin bersalah.
"Met, gue—" Zela menggantung kan omongan nya lalu berfikir sejenak. Meta pun hanya diam menatap Zela menunggu kelanjutan ucapan nya itu.
"Gue, mau cerita." Cicit Zela dengan menunduk.
Meta semakin penasaran, tidak biasanya Zela bersikap takut seperti itu. Zela cewek yang pemberani yang di kenal Meta. Pasti sebuah masalah besak menimpa nya membuat Zela seperti ini, fikir Meta.
"Tapi gak di sini." Lanjut Zela.
Meta mengangguk paham lalu bangkit dari tempat duduk nya. "Ayo, kita ke Rooftop.
Kaki mereka berjalan meninggal kan kelas. Saat sampai di sana, Zela menduduk an diri nya di sofa. Semenjak tau jika dirinya hamil, Zela cepat sekali lelah. Dan nafsu makan nya juga sangat meningkat.
"Jadi?" Tanya Meta ingin mendengar cerita Zela.
"Gue hamil."
Tidak ada sahutan dari Meta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young mommy
Teen FictionMama?! di usia nya yang baru saja menginjak 17 tahun? Hanya karena insiden di sebuah club malam. membuat Anzela Shazma Yuranika itu berada di sebuah masalah besar. Dimana dirinya hamil, mengandung anak dari seorang pria yang sial nya adalah guru di...