Member 127 baru sampai di rumah sakit pada pukul 8. Mereka bertanya kepada resepsionis rumah sakit, setelah tau dimana kamar anggota-anggotanya. Mereka langsung berjalan menuju lift lalu mereka menuju ke kamar pasien yang tak lain adalah teman mereka sendiri.Tok.. tok.. tok..
"Iya, masuk aja."
"Eh Bang Taeil, bang Johnny, Bang Jungwoo, Bang- loh kalian kesini semua? Mau ngapain?"
"Ya iyalah, kita kesini mau numpang mandi. Ya enggak lah, kita kesini mau jengukin Taeyong sama yang lainnya."
"Kalian udah dari tadi disini? Terus Jisung mana?"
"Iya kita udah dari tadi. Jisung baru sarapan di kantin sama Sungchan."
"Loh, Sungchan juga udah di sini?"
Mereka yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya.
"Yah kenapa gak nungguin gue sih, kan gue juga belum sarapan. Jen, anterin gue ke kantin kuy laper nih gue." Jeno yang diajak oleh Haechan hanya melihatnya dan menaikkan satu alisnya.
"Heh ada temennya baru kena musibah sekarang belum sadar lo malah mau enak-enakan makan."
"Ya elah bang, gue juga manusia kali yang butuh makan, yang bisa lapar. Toh kalo gue sekarang makan kan bisa ikut jagain mereka. Kalo gue enggak makan nanti gue malah ikut sakit terus gue gak bisa ja-hmmpp"
"Bacot banget deh jadi orang, udah sana ke kantin. Panas kuping gue lama-lama denger suara lo."
"Idih, apaan banget sih gue juga mau pergi kali, byee." Ucap Haechan sambil menarik keluar tangan Jeno.
Cahaya terang perlahan memasuki indra penglihatan Doyoung. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, pertama kali melihat ruangan yang ia tempati terlihat sangat asing hingga akhirnya Doyoung sadar bahwa dirinya sedang berada di rumah sakit.
Doyoung menoleh ke kanannya, ternyata disana ada Jaemin tengah terbaring dengan perban di tangannya.
Tunggu,
Perban? Doyoung tidak ingat kejadian apa yang menimpa mereka semalam, yang dia rasakan sekarang adalah sakit pada punggung lalu menjalar ke kepala bagian belakangnya.
Doyoung mencoba duduk bersandar pada kepala ranjang, tetapi yang ia dapatkan malah sakit pada punggung yang bertambah.
Doyoung mencoba meraih handphonenya yang tersimpan diatas nakas. Bukannya menggenggam hp itu, Doyoung malah melempar hp nya saat tiba-tiba kepalanya terasa berat dan keadaan sekitar terasa berputar.
Anak-anak anggota NCT yang berada diluar terperanjat mendengar suara benda jatuh dari kamar yang ditempati Jaemin dan Doyoung.
Yuta dan Taeil langsung berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju pintu kamar dan membukanya.
Betapa kagetnya mereka melihat posisi Doyoung membelakangi mereka, yang berada dipinggir ranjang dengan kepala bagian belakangnya yang mengeluarkan cairan merah.
Taeil dan Yuta lalu menghampiri Doyoung dan makin terkejut saat menyentuh tangan Doyoung yang sangat dingin dan juga nadi yang sudah tidak berdetak.
Taeil langsung mengguncangkan badan Doyoung.
"Doy, bangun. Gak usah bercanda deh, bercandaan lo gak lucu."
"Bang, Doyoung udah meninggal." Ucap Yuta yang masih sangat terkejut.
"Enggak gak mungkin." Teriak Taeil.
Anggota-anggota yang mendengar teriakan Taeil langsung berbondong-bondong masuk ke dalam kamar, dan sama terkejutnya mereka melihat kondisi Doyoung yang sangat mengenaskan.
"Jun, Le, buruan kalian panggil dokter kesini." Perintah Mark kepada Renjun dan Chenle.
Mereka lantas menganggukkan kepala dan berjalan keluar untuk memanggil dokter.
Tak berapa lama, dokter dan suster langsung berlarian menuju kamar Jaemin-Doyoung untuk mengecek kondisinya. Dan pernyataan dokter yang mereka dapatkan tidak sesuai harapan mereka.
Doyoung dinyatakan meninggal dunia dengan pendarahan pada kepalanya yang cukup banyak mengeluarkan darah.
Mark berjalan keluar kamar untuk menelepon Johnny, mengabari bahwa salah satu teman mereka sudah tiada.
"Halo Mark, kenapa?"
"Bang, Bang Doy meninggal."
"HAH, gak mungkin."
"Tiba-tiba kepala bagian belakangnya luka dan keluar darah banyak banget."
"Kok bisa jadi gitu sih."
"Gak tau bang, dokter sama susternya baru copotin alat-alat yang di pakai bang Doy dan dokter belum ada bilang bang Doy kenapa."
"Mark, gue mau ngomong sesuatu yang ngeganjel di pikiran gue dari kemarin. Cuma gue gak berani ngomong apa-apa sama kalian."
"Hah, emang apaan?"
"Kok gue ngerasa orang yang nusuk mereka kemarin ada sangkut pautnya sama kita ya atau bahkan dia itu salah satu diantara kita."
"Bang, gue juga sebenarnya ngerasa kaya gitu. Gue aneh ngeliat tingkah laku Haechan yang kaya nutupin sesuatu dari kita."
"Jangan-jangan dia tau siapa orang yang udah bikin ulang."
Mark tidak sadar bahwa ada seseorang yang melihat ia dan mendengarkannya sambil tersenyum miring sambil berkata pelan.
"Siap-siap Mark. Lo yang bakal jadi target selanjutnya."