Attention © Fukuyama12
.
.
.Aku menatap Sage dalam. Meskipun aku tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Sophia, tetapi aku selalu membawa kaca itu ke mana pun aku pergi. Betapa naifnya diriku ini. Aku ingin sekali mencobanya dan berkata pada Sophia jika apa yang dikatakannya hanyalah bualan, tetapi di lubuk hatiku, aku seakan takut jika ternyata mitos itu nyata.
Aku dengan tangan bergetar mencoba melawan ketakutanku. Perlahan kaca itu kuangkat di saat Sage tidak menoleh kepadaku. Aku terus berharap agar mitos itu hanya bualan. Saat kaca itu berada tepat di depan mataku, Sage menoleh. Aku tidak dapat menyembunyikan kacanya, tangan Sage dengan cepat mencengkeramku dan menutupi kacanya.
"Kau sepertinya sudah siap," ucapnya. Aku tidak mengerti, tetapi sepertinya ia tahu apa yang sedang aku lakukan. Ia masih menggenggam tanganku. "Apapun yang terjadi, aku tetap mencintaimu."
Kata-kata itu terdengar menyedihkan. Wajah sedih Sage seperti memaksaku untuk mempercayai mitos tidak masuk akal itu. Seketika itu aku jadi takut melihat Sage dari balik kaca. Tangan Sage terasa hangat, ia seperti berusaha menenangkanku.
"Tidak apa-apa, Blue. Aku juga sudah mempersiapkan diriku." ujarnya. Oh, apa ini akhir dari pertemuan kita? Kenapa Sage berbicara seperti itu? Apa dia benar-benar salah satu dari mereka?
Tangan Sage perlahan terbuka, ia mempersilakanku untuk melihatnya dari balik kaca. Meskipun ketakutan, aku tetap melakukannya. Ini semua karena tatapan matanya yang menenangkan seolah-olah mengisyaratkan bahwa semua akan baik-baik saja.
Ah, aku dapat melihat senyuman kecilnya dari balik kaca. Ada perasaan lega dan bahagia yang meledak dalam diriku. Sage manusia! Aku percaya itu! Apa yang dikatakan Sophia hanya omong kosong belaka.
"Blue, itu bukan aku," katanya. Aku terbelalak. Meskipun itu perkataan ambigu, aku seperti paham apa yang dimaksud. Matanya terlihat berkaca-kaca. Tidak ada lagi senyuman di sana. "Itu kau, Blue."
Dadaku terasa seperti ditusuk. "Musim panas tahun lalu." Sage perlahan-lahan bercerita. Bahkan sebelum ia selesai dengan ucapannya, seluruh ingatan yang telah menghilang muncul begitu saja. "Bus yang kau tumpangi jatuh ke dalam jurang saat tur musim panas."
Badanku bergetar. aku menatap Sage tidak percaya. Memori yang hilang itu meledak seperti kembang api dalam otakku. Saat-saat di mana kejadian berdarah yang membuat beberapa orang di sekolahku meninggal dan aku salah satu dari mereka yang selamat. "Sejak kapan kau mengetahuinya?"
"Saat kau menyatakan cintamu. Aku ingat jika itu bukan pernyataan cintamu yang pertama. Kau tahu, Blue? Kita bahkan sudah berpacaran sejak tahun pertama," cerita Sage dengan sebuah senyuman yang menyakitkan.
Aku mengangguk. Dia benar. Aku ikut memaksakan senyumanku, tetapi hatiku semakin terasa sakit hingga rasanya air mataku keluar. "Aku bersyukur, Sage. Meskipun aku melupakanmu, hatiku tetap memilihmu."
Sage sudah tidak dapat menahan air matanya. Apa itu karena ia melihatku menangis? Jangan menangis, Sage. Kenapa kau menunjukkan wajah kesakitan seperti itu? Aku melihatnya bangkit dan mencondongkan badannya ke arahku. Kedua dahi kami bersentuhan.
"Aku senang, bahkan ketika kau melupakanku, kau tetap menyadari kehadiranku," terangnya. "Blue, aku mencintaimu. Baik dulu maupun sekarang tidak akan pernah berubah. Ketika aku melupakanmu, aku tahu jika ada sesuatu yang hilang dalam diriku. Ketika kau berkata kau mencintaiku, aku merasa sudah menemukannya. Kau sangat berharga bagiku. Maaf karena aku tidak berada di sisimu saat itu."
"Aku senang bisa melihatmu lagi," kataku. Aku bangkit, menggenggam balik tangannya dan menariknya pelan. Aku menghapus air mataku dengan kasar. Seketika aku mengingat perkataan Sophia. Hanya ada 24 jam tersisa sebelum Sage benar-benar menghilang.
"Ayo kita buat kenangan indah!"
.
.
.Next ➡️➡️
P.s
Huee kok sedih begini 😭
Sebenarnya ini cerita lama yang aku tulis bersamaan dengan Imitate sekitar 2 tahun yang lalu. Karena terlalu lama mendekam, aku jadi agak lupa sama alurnya. :)
26/01/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention ✓
Teen Fiction[Completed] Ini hanya kisahku dengan seorang pemuda dengan hawa keberadaannya yang rendah, ditambah dengan mitos-mitos yang bertebaran di sekolahku. #songfic SagexBlue