1. Start

2.2K 162 103
                                    

Happy reading!

--JEKA--

"Jeka! Nilai apa ini?!"

Jeka yang baru pulang latihan karate langsung mendapat sentakan berdecak malas.

"Apasi, Pah? Aku udah berusaha lagian." Langkah kakinya menghampiri Papa yang baru saja melempar kecil tablet yang menampilkan nilai Jeka, lalu mencium tangan Papanya.

Papa Jeka merupakan orang yang berambisi besar dengan nilai. Tak heran jika ia meminta wali kelas anak-anaknya untuk memberikan data nilai mereka kepadanya.

"Usaha kamu bilang?! Usaha kayak apa yang kamu maksud?!"

Jeka berdecak kesal. "Pa, kalau emang cuma segini kemampuanku, aku bisa apa?"

Papa mendelik, ia mengalihkan pandangannya saat anaknya yang lain mencium tangannya. "Darimana kamu?"

"Kerja kelompok, Pa." Jawab pemuda tersebut.

Papa menghela nafas, ia kembali menatap Jeka yang tengah mengerucutkan bibirnya kesal.

"Tiru ini abang kamu! Jangan bisanya main terus!"

"Papa tunggu hasil ulangan harian besok. Harus di atas kkm!" Lanjutnya tak terbantahkan.

Jeka mengerutkan keningnya tak suka. Rasa lelah juga marah menguasai dirinya. "PAPA NGGAK BISA MAKSA AKU JADI KAYAK YANG PAPA MAU!" Teriak Jeka.

Cowok tampan itu menghela nafas kasar. Lalu memelankan kembali suaranha. "Aku sama bang Juna itu beda, Pa! Aku ya aku!"

Setelah berkata seperti itu, Jeka berlalu menuju kamarnya dan membanting pintunya dengan keras.

"Kenapa si orang tua selalu ngeliat kemampuan anaknya dari nilai?!" Dumelnya sambil menelungkupkan kepalanya pada bantal.

--JEKA--

Ketujuh cowok dengan kemampuan berbeda-beda itu keluar dari parkiran sekolah dengan canda tawa. Di barisan paling depan, Juna sang ketua geng Anushka, berjalan dengan tegas dan penuh wibawa, namun tak ada raut dingin di wajahnya layaknya ketua geng motor pada umumnya.

Anushka sendiri bukan sekedar nama. Pendiri geng tersebut memiliki harapan agar geng yang didirikan dapat memberikan kebaikan kepada orang disekitarnya. Maka dari itu namanya Anushka, sinar harapan, dalam bahasa Sansekerta.

Disamping kanannya, Jeka, yang menjabat sebagai wakil ketua sekaligus adik dari Juna berjalan tanpa ekspresi. Jeka bukan cowok dingin, dia hanya cowok pendiam yang suka menentang hal yang dia tidak sukai, namun terkadang menjadi cute secara bersamaan.

"Jek, ikut kagak lo?" Tanya Jimmy dari samping kanannya. Jeka menoleh, lalu mengerutkan keningnya bingung dengan apa yang ditanyakan sahabatnya itu. Sedari tadi cowok tampan itu tidak mendengarkan pembicaraan teman-temannya.

Jimmy berdecak, "markas, anjing!"

"Biasa aja, elah, Jim." Tegur Juna.

Jimmy memutar bola matanya tak perduli.

"Ikut." Jawab Jeka, datar.

JEKA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang