part 12

1.1K 45 128
                                    

Vote dulu sebelum baca yaaa
Hargailah author nya sayang 💕

Happy Reading...

Kevano memasuki rumahnya dengan raut wajah datar, dari luar dia sudah mendengar teriakan Mamanya. Dia sudah tau, pasti Mamanya sedang memukuli Sreya.

Dan benar saja, di tempat Kevano berdiri dia bisa melihat Mamanya sedang menarik kasar rambut Sreya. Dengan wajah Sreya yang sudah di penuhi darah di dahinya. Kevano ingin menghentikan tapi entah kenapa seakan langkahnya tidak ingin bergerak. Dia hanya menonton sampai Sreya berjalan ke arah tangga.

Dia bisa melihat luka di dahinya Sreya dengan berjalan tertatih-tatih karena kakinya yang belum pulih total. Sesekali Sreya meringis memegang dahinya, dia juga bisa mendengar semua pembicaraan Sreya dengan Bibi tadi.

"Tidak apa apa bi, ini hanya luka kecil!sudah Biasa bagi Sreya," Kata kata itu, bagaimana Sreya mengatakannya, bagaimana terluka nya dia saat mengatakan itu, Kevano melihat semuanya.

Hatinya merasa kasihan terhadap Sreya, dia tidak membenci Sreya, hanya saja dia tidak ingin mendekati Sreya. Karena kalau sampai Mamanya tau pasti Sreya akan lebih di kasarin lagi. Olivia tidak suka keluarganya mendekati orang yang sangat di bencinya.

Dan karena apa Mamanya membenci Sreya, Kevano tidak tau dan Olivia tidak pernah mengatakan masalahnya.

Kevano menatap Sreya prihatin, dia pasti sangat kesakitan. Tiba-tiba Kevano melihat Sreya yang seakan hilang keseimbangannya, dia langsung berlari dan menangkap Sreya supaya tidak terjatuh kebawah.

Sreya masih menutup matanya dengan erat, dengan mulut yang berkomat komit menghafalkan doa. "Bangun!" suruh Kevano dingin.

Sreya membuka matanya, lalu membenarkan berdirinya. "Makasih kak, untung ada kaka." Sreya menghela nafas lega.

"Lain kali hati hati, dan selagi pincang jangan sok sok an jalan!" peringatnya tajam.

Sreya mengerjap pelan, lalu mengangguk patuh. Walaupun kata yang di ucapkan Kevano tadi kasar, baginya itu adalah kata khawatir.

"Gak usah senyum! Gue gak khawatir, gue cuma kasihan!" ucapnya datar, dan setelah itu dia langsung berjalan menjauh dari Sreya.

Sreya menghela napas, apa tidak seorang pun yang baik kepadanya? Kenapa semuanya berkata kasar? Kenapa?

Sreya menyeret kakinya, melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam kamarnya. Sreya masuk lalu menutup pintunya kasar. Dia bersandar di pintu, kepalanya ia dongakkan ke atas menatap langit langit kamar.

"Hidup Sreya apa memang begini? Apa Sreya harus merasakan ini Tuhan? Apa tidak ada secuil kasih sayang dari mereka untuk Sreya?" Sreya menutup matanya, membiarkan bulir bening itu meluncur jatuh.

"Sreya capek Bun! Sakit! Seluruh tubuh Sreya yang terluka, tapi hati Sreya yang lebih sakit Bun, Sreya udah nggak kuat, Sreya mau ikut Bunda, hikks!" lanjut nya dengan isak tangis.

Tubuhnya meloros ke lantai, dia meringkuk memeluk tubuhnya. Darah di dahinya belum Sreya hapus maupun di bersihkan. Sreya menangis tersedu sedu. Di sesekali memukul dadanya yang terasa sesak.

Tangis Sreya terhenti kala mendengar ketukan pintu dari luar.

"Non? Non, tuan menyuruh Non Sreya untuk turun, karena di bawah sudah ada keluarga Den Alvaro," seru Bik Murni dari luar.

Sreya berusaha berdiri, dia menghapus air matanya, "Sreya mandi dulu Bik, sebentar lagi Sreya turun."

"Baik Non." Suara langkah mulai terdengar jauh, pertanda Bibi Murni sudah pergi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BLOODY MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang