part 11

709 37 19
                                    

Assalamualaikum semuanya!
Haii... Aku kembali lagi dengan cerita kedua ku ini.
Kangen ga sama cerita ini?

Ayo di baca, tapi sebelum itu di vote dulu yaa teman teman! 💃❤

Happy Reading

Suasana kamar rawat Sreya sekarang hening, tidak ada yang berbicara. Sreya yang sedang memikirkan tentang kedua orang tuanya yang sampai sekarang tidak ada tanda tanda mereka datang.

Apakah mereka tidak khawatir tentang dirinya? Apakah dirinya tidak sepenting itu dimata mereka? Sreya hanya ingin keluarganya ada disini, menemaninya dan menyuapi makanan untuknya, dia hanya ingin perhatian mereka.

Sreya mengusap bulir bening yang keluar dari sudut matanya. Dia menangis dalam diam. Dia tidak ingin Alvaro mendengarnya. Dia melihat Alvaro yang duduk bersandar disofa, dia sibuk  dengan game yang ada di iphonenya. Bunyi permainan tersebut sangat mengganggu, Sreya melotot kearah Alvaro.

"Pak! Bisa kecilkan suaranya? Bising sekali," ujar Sreya, Alvaro menatap Sreya datar, siapa dia berani beraninya menyuruh Alvaro. Dan bodohnya Alvaro malah menurutinya, dia memelankan volume.

Sreya tersenyum. "Terima kasih banyak!" kata Sreya seraya tersenyum geli.

"Kau menertawakanku?" tanya Alvaro tajam.

"Mana berani saya pak," sahut Sreya.

Alvaro menatap Sreya datar, kenapa gadis tersebut sangat menyebalkan. "Saya keluar dulu!" pamit Alvaro dan langsung pergi dengan perasaan jengkel.

Sreya menahan tawanya saat melihat Alvaro menutup pintunya dengan kasar. "Dasar!" Sreya membalikkan badannya menghadap kearah jendela.

"Wah wah! Enak enakan tidur kamu ya," Sreya langsung membalikkan badannya menghadap ke arah pintu kembali.

" Mama?"beo Sreya dengan senyum merekah dibibirnya.

"Puas kamu, hah? Pintar banget kamu berakting. Kamu berpura-pura jatuh dari tangga biar acaranya dibatalkan, bukan?" tanya Mamanya sinis.

Sreya menggeleng. "Ma bukan gitu-

Plakk

"Kau merusak semuanya! Awas aja kalau sampai pernikahan nya batal, saya akan membu--

"Pernikahannya tidak akan batal Olivia, kami akan segera membawa Sreya pergi dari kalian yang tidak berhati!" sergah Milla memotong ucapan Olivia. Ya mereka baru kembali dari kantin.

"Apa kau tidak punya hati Liv? Anak kau lagi sakit kau malah memikirkan pernikahan, apa kau tidak khawatir dengan keadaan anakmu? Bukannya kau menanyakan keadaannya kau malah mengkhawatirkan pernikahan," ucap sarkas Milla.

Olivia terdiam, dia tidak tau menjawab apa. "Tan, jangan marahin mama. Mama nggak salah kok," bela Sreya.

Milla langsung menatap Sreya tidak percaya, "sayang, tadi Olivia udah nampar kamu, kenapa kamu masih membelanya?" tanya Milla, dia tidak habis pikir dengan Sreya.

"Dia mama Sreya tan, Sreya nggak papa kok. Sreya seneng banget orang tua Sreya udah dateng," ucap Sreya dengan senyum merekah. Olivia hanya menatap Sreya datar, entah kenapa dia tidak suka dibela, dan dia juga tidak salah.

"Yaudah kamu makan dulu, nih!" Milla memberi nasi kotak ke Sreya yang langsung diterima.

"Oiya tan, Sreya udah sembuh, Sreya mau pulang aja ya," Sreya menatap Milla penuh permohonan.

"Tidak bisa, kata dokter kamu harus dirawat dulu," sahut Milla tidak menyetujui.

"Tapi Sreya udah merasa mendingan kok, Boleh ya tan!" mohon Sreya. Milla yang tidak sanggup melihat Sreya, langsung mengangguk.

BLOODY MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang