[9] the last hope

648 88 6
                                    

depravity

pagi ini keadaan apartemen hyunjin dan jeongin sangat hening, bahkan dinginnya malam masih tersisa menyelimuti suasana sekitar. pria tampan itu sudah rapi dengan setelan kemeja dongkernya, ia sedang berdiri gagah didepan cermin sembari memakai dasinya. menghiraukan jeongin yang baru saja keluar dari toilet dengan lemas dan wajah pucatnya. si manis itu sudah dua kali memuntahkan isi perutnya sejak tadi pagi buta, sebenarnya hyunjin muak mendengar kegaduhan istrinya itu yang membuat tidurnya terusik.

jeongin berhenti sejenak didekat hyunjin ketika ia menghirup aroma maskulin yang menguar dari parfum pria tampan itu. hingga tanpa sadar, jeongin memeluk tubuh tegap suaminya dari belakang. menyenderkan kepalanya nyaman dipundak lebar hyunjin. aroma parfum hyunjin membuatnya nyaman dan menghilangkan rasa mualnya.

hyunjin kaget saat tiba-tiba kedua pasang tangan mungil itu melingkar dipinggangnya. dengan risih ia melepas kasar kedua tangan jeongin yang memeluknya. dan mendorong tubuh mungil istrinya itu hingga membentur lemari.

“sialan apa yang kau lakukan hah?!” bentaknya dengan suara berat dan lantang mengejutkan jeongin yang baru saja tersadar dengan apa yang ia lakukan.

“m-maafkan aku mas, aku t-tidak sengaja” menghiraukan rasa nyeri di pinggangnya yang menghantam lemari, jeongin dengan lirih meminta maaf pada hyunjin sembari menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca penuh penyesalan. ia merutuki kebodohannya yang dengan tidak tahu diri memeluk suaminya itu.

“menjijikan sekali” decih hyunjin lalu dengan cepat meraih jas dan tas kantornya meninggalkan jeongin yang kini menunduk dalam sembari memeluk perutnya. ia meringis saat merasakan pinggangnya sangat nyeri dan juga si kembar yang terus bergerak didalam perutnya.

“sssh sayang tenanglah, ibu tidak apa” lirih jeongin seraya mengusap lembut perutnya, menenangkan si kembar. lalu ia berjalan tertatih menuju ranjangnya untuk merebahkan tubuhnya. ia meraih ponselnya dan menelfon dokter seungmin agar mengunjungi apartemennya.

“akhh mengapa sakit sekali, hiks” ringis jeongin dengan isakan, ia tidak tahan saat perutnya terasa sakit setelah tubuhnya menghantam lemari kayu dengan sangat keras akibat dorongan kuat hyunjin tadi. jeongin terkejut bukan main saat celana piyamanya basah dengan cairan berwarna merah, dengan gemetar ia meremas spreinya. dalam hati ia berdoa agar dokter seungmin segera sampai sebelum hal buruk terjadi pada kedua bayinya, melihat darah yang terus keluar dari bagian bawahnya.

ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ         ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ         ㅤㅤㅤ

○○○
ㅤㅤㅤ         ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ         ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ        
 

hyunjin melangkah dengan angkuh saat menyusuri lorong menuju ruangan pribadinya, menghiraukan beberapa karyawan yang mencoba untuk menyapa direktur mereka. sampai di ruangan, ia melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya dan lalu melipat lengan kemejanya hingga siku. sungguh tampan sekali putra tunggal hwang ini.

saat ia terduduk di singgahsananya, ia terdiam dengan sedikit perasaan cemas dihatinya. selama ini ia sering melukai jeongin dan tidak pernah merasa peduli pada lelaki manis itu. walaupun banyak luka yang ia ciptakan menghiasi tubuh jeongin. namun kali ini ada perasaan cemas karena tadi ia mendorong pria itu terlalu kuat bahkan hingga suara benturan tubuh jeongin dengan lemari terdengar sangat keras.

“aih sialan apa yang kupikirkan sih” gerutunya kesal sembari mengambil tab pintarnya yang tersimpan dilaci dan mengoperasikannya. memutuskan untuk melupakan kejadian tadi pagi dan fokus bekerja.
tetapi fokusnya sangat buyar karena ia terus memikirkan keadaan jeongin sekarang, dirinya begitu bingung dengan pikirannya sendiri yang terus-menerus mengingat kejadian tadi pagi di kamar.

sampai kapan kau akan melukainya?

hyunjin meremas kepalanya kasar hingga tatanan rambut rapinya kini menjadi berantakan. rahangnya mengeras dan tatapan tajam itu menatap lurus kedepan, ia benar-benar kesal dan bingung dengan dirinya sendiri. kenapa juga harus jeongin yang ia pikirkan? sangat menjijikan untuknya harus memikirkan lelaki aneh itu.

hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari kantor karena kepalanya terasa pening. ia perlu keluar dari bangunan minimalis yang sangat elit itu. ia merasa bahwa ia butuh relaksasi agar pikirannya tenang dan berhenti mencemaskan apa yang tidak penting.

tidak taukah kau hwang hyunjin, dirimu sudah melukai tiga nyawa yang seharusnya sangat berharga untukmu namun kau buang begitu saja.

sekarang disinilah jeongin dengan keadaan yang kacau, kesadarannya juga belum pulih sejak dua jam yang lalu. membuat seungmin cemas bukan main karena pria manis itu belum juga membuka mata indahnya sejak dilarikan ke rumah sakit. ya, saat seungmin sampai di apartemen jeongin, si manis sudah tak sadarkan diri.

dia pendarahan parah dan harus dilarikan ke unit gawat darurat. beruntung seungmin bisa menghentikan pendarahan jeongin, namun tetap saja dokter muda itu masih dilanda cemas. jeongin belum mau membuka matanya, padahal ada berita penting yang ingin disampaikan oleh seungmin.

sudah sejak dua jam lalu juga seungmin tidak meninggalkan ruangan rawat jeongin, membuat para suster terheran dengan dokter muda mereka yang tampan itu. namun seungmin tidak peduli, ia terlalu cemas dengan rubah manis yang terbaring lemah dihadapannya dengan wajah yang pucat.

“eunggh” lenguh jeongin perlahan yang kemudian membuka kelopak matanya hingga seungmin tersenyum kecil karena bisa kembali melihat sepasang netra indah itu. jeongin meringis saat ia bergerak sedikit dan merasakan pinggangnya masih terasa nyeri. ia kemudian menatap dokter seungmin yang semula tersenyum tipis kini berwajah sendu.

“ada apa, dok?” tanya jeongin dengan lemah, ia mengelus perutnya lembut. seungmin menatap perut besar jeongin dengan sendu, setelahnya ia menghela nafas menatap jeongin dengan pandangan yang sulit diartikan.

“maafkan aku, jeongin. kandunganmu melemah, perkiraan hanya satu yang akan selamat sampai persalinan, atau tidak satupun.” jelas seungmin dengan nada lirih penuh penyesalan, ia merasa gagal karena terlambat datang menghampiri jeongin. bahkan ia tidak berani menatap dua manik almond yang sudah berkaca-kaca itu.

jeongin menatap jendela sembari memeluk perutnya, ia menangis dalam diam dan merasa sangat terpuruk dengan kejadian ini. ia merasa gagal untuk menjaga kedua malaikat kecilnya, tangan putihnya ia gerakkan untuk mengusap perut buncitnya. berusaha untuk memancing pergerakan bayinya namun tidak ada pergerakan yang ia dapatkan. membuat airmatanya jatuh dengan deras, hampir membuatnya terisak.

“sstt tenanglah, mereka sedang tidur. kau pasti bisa menyelamatkan mereka jeongin. kau ibu yang kuat” seungmin menenangkan rubah manis itu dengan memeluknya erat, mengusap punggungnya lembut dan terus mengucapkan kata penenang.

hingga jeongin kelelahan menangis dan akhirnya tertidur dengan wajah memerah serta bercak airmata. seungmin meremat kepalan tangannya, rasanya hatinya sakit melihat keadaan sang pujaan hati yang sangat kacau. ia marah, kesal dan kecewa pada dirinya sendiri. tiga tahun menjadi dokter, ia merasa sangat kecewa pada dirinya ketika gagal menolong jeongin.

yang sebenarnya semua sudah menjadi garis takdir, bukan kesalahan siapapun. takdir memang sekejam itu memainkan hidup manusia, tapi takdir juga yang nantinya menerangkan jalan hidup mereka. menunjukkan yang mana yang seharusnya kebahagiaan dengan memberi penyesalan pada pribadi manusianya, dan memberi titik terang pada jalan hidup mereka.

seungmin, tidak seharusnya kau menyalahkan diri sendiri atas semua ini. kau sudah banyak berkorban demi seseorang yang bukan milikmu, yang seharusnya bukan bagian penting dalam hidupmu. semoga jeongin bisa mempertahankan bayi kembarnya hingga waktu persalinan nanti.

 
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ         ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ         ㅤㅤㅤㅤ
tbc

depravity: hyunjeong.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang