depravity
tak terasa kini jeongin sudah hadir di persidangan perceraiannya bersama hyunjin. sudah sejak pagi tadi tubuhnya gemetar hebat menahan sesak. jeongin sudah mencoba untuk tetap tegar menghadapi semuanya, karena semua temannya berada di sekelilingnya. menemani jeongin dan menjaganya, membuat hatinya sedikit menghangat karena ia tidak merasa sendiri.
persidangan itu ditunda karena hyunjin yang belum juga hadir, sedari tadi yeji berdecak malas dan bersumpah serapah mengutuk sepupunya yang biadab itu. tidak ada seungmin yang bisa menahan yeji dan meredamkan emosi wanita itu, karena seungmin ada operasi sesar siang ini. eric, felix dan daehwi mencoba untuk menenangkan yeji yang wajahnya terlihat sangat murka. bahkan jeongin berulang kali menahan yeji yang ingin menelfon pamannya selaku ayah hyunjin.
“kak yeji, tenanglah. .” bisik jeongin mengelus bahu wanita itu, yang ajaibnya ia bisa terdiam setelah menghela nafas. yeji baru sadar bahwa perasaan jeongin saat ini jauh lebih sakit dan kecewa pada hyunjin. dan pria manis itu juga berusaha terlihat tegar dihadapan orang-orang bahkan dihadapan hakim yang baru saja duduk di singgahsananya. diikuti hyunjin yang berjalan dibelakangnya.
persidangan itu berjalan hanya selama 30 menit dan ketukan palu mutlak saat pertanyaan hakim ketua untuk terakhir kalinya meminta keyakinan kedua pasangan suami istri ini untuk mengakhiri pernikahan, dijawab dengan tegas oleh hyunjin maupun jeongin. setelah persidangan berakhir, yeji menghampiri jeongin dan segera membawanya keluar dari ruang persidangan. meninggalkan hyunjin yang menatapnya dengan tatapan kosong. sejujurnya, lelaki itu merindukan sepupunya. namun yeji terlihat begitu membencinya dan pergi meninggalkannya.
“kak yeji, tidak seharusnya kau bersikap begini pada mas hyunjin” lirih jeongin sedih saat yeji segera menarik jeongin masuk ke dalam mobilnya. bahkan teman-teman jeongin di dalam juga mereka tinggal begitu saja.
“aku benci sekali melihat si brengsek itu” gerutu yeji sembari menyalakan mesin mobilnya, menghiraukan jeongin yang menghela nafasnya pasrah. ia sungguh tidak enak hati mendapati ekspresi hyunjin yang terlihat sangat kecewa melihat kepergian yeji.
walaupun hatinya lebih sakit mengetahui pria itu bahkan tidak menghiraukan kehadirannya selama persidangan berlangsung. seperti dirinya ini tak kasat mata, dan dengan tegas ia menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan hakim tanpa gugup sedikitpun seperti yang jeongin rasakan tadi. ia ingin menangis tapi rasanya airmata itu seolah beku dan tidak mau keluar, hingga ia hanya bisa menghela nafasnya.
“kita ambil semua barangmu lalu pergi ke apartemenku. mulai sekarang kau tinggal denganku” jeongin hanya menurut saat yeji membawanya kemana pun, padahal ia ingin sekali pulang ke busan dan tinggal bersama orangtuanya saja. tapi ia juga tidak berani untuk pulang, ia tidak mau merepotkan kedua orangtuanya dan membuat mereka kecewa. jadilah jeongin terdiam dengan banyak beban menghantui pikirannya. belum lagi bagaimana reaksi minhyun dan wendy saat mengetahui anaknya bercerai?
Bahkan Hyunjin ingin menikah lagi, secara diam-diam tentunya. Jeongin pusing memikirkan semua itu, ia hanya ingin Hyunjin bahagia tanpa harus dibenci oleh siapapun. Melihat Yeji sangat membenci Hyunjin saja membuat hatinya sakit, ia tidak mau mantan suaminya itu sedih. Sungguh mulia hati Jeongin, entahlah terbuat dari apa isi hatinya itu. Sudah seringkali Hyunjin menyiksa fisik maupun batinnya, namun rasa cinta itu selalu ada dan tidak pernah luntur sedikitpun.
○○○
“untungnya aku sudah merapikan kamar tamunya sebelum kau datang, semoga nyaman ya!” ujar yeji riang sembari mengelus surai halus jeongin. wanita itu sebenarnya sangat senang dan dengan cara apapun ia akan memaksa jeongin untuk tinggal bersamanya karena yeji sangat menyayanginya bahkan lebih dari rasa sayangnya pada sepupunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
depravity: hyunjeong.
Fanfictionjika diberi pilihan, jeongin sangat tidak ingin hidup dengan seorang lelaki bejat yang memperlakukannya layaknya sampah.