"Dandelion"

10 2 0
                                    

"Bagus, jam segini baru pulang ya" ucap Aldi papahnya Ara yang kini sedang menatap tajam anaknya yang baru memasuki rumah.

Ara pun yang mendengarnya hanya menundukan kepalanya.

"Habis darimana aja, udah sore gini baru pulang, perasaan sekolah tuh udah bubar jam setengah tiga tadi" ucap Aldi lagi.

"Maaf pah, Ara pulangnya telat" balas Ara.

"Papah nanya habis dari mana aja kamu?"

"Dari lapangan pah"

"Habis ngapain?"

"Main basket pah"

"Sama cowok?" tanya Aldi menatap tajam Ara yang kini trus menundukan kepalanya.

Ara pun hanya menggelengkan kepalanya.

"Ara baru pulang?" tanya Ranty yang membawa teh hangat lalu meletakannya di meja ruang tamu.

"Iya mah" balas Ara

"Ya udah ke kamar gih, mandi trus nanti makan ya" ucap Ranty lalu duduk di sebelah suaminya itu.

"Iya mah" balas Ara lalu pergi ke kamarnya.

"Ara tuh anak perempuan, jangan terlalu keras sama dia" ucap Ranty.

"Dia harus di didik keras biar jadi anak yang cerah masa depannya, gak kayak yang lainnya yang lebih mentingin main daripada pelajaran" balas Aldi.

"Pah, Ara itu selalu ngasih yang terbaik sama kamu, tapi kalau cara kamu kayak gini itu sama aja ngekang dia pah"

"Aku bukannya ngekang dia tapi aku gak mau masa depan dia hancur cuman gara gara dia terjerumus sama semuanya"

"Terserah kamu"

"Aku ngelakuin ini karena aku sayang sama dia, dia anak perempuan kita satu-satunya, aku gak mau dia menyesal di kemudian hari hanya karena kecerobohan dia"

Ranty pun hanya menghembuskan napasnya pasrah, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dia mengerti apa yang dimaksud oleh suaminya itu tapi satu sisi juga dia mengerti kesedihan putrinya itu yang selalu saja di atur oleh suaminya itu.

"Kenapa malah diem disitu, gak ke kamar?" ucap Alvin kakaknya Ara yang melihat Ara sedang menyaksikan perdebatan mamah papahnya itu di depan kamarnya.

Kamar Ara dan Alvin berada di lantai dua jadi Ara bisa melihat mamah dan papahnya itu yang kini sedang berdebat di ruang keluarga.

Ara pun terlonjat kaget, lalu menatap kakaknya itu.

"Kenapa? Karena papah lagi?" tanya Alvin yang melihat adik perempuan satu satunya itu yang hanya menundukan kepalanya.

"Lain kali kalau mau pulang telat kabarin mamah atau abang, udah tau papah suka marah masih aja bandel" ucap Alvin yang hanya di angguki oleh Ara.

"Ya udah gih masuk kamar, jangan lupa makan, jangan pelajaran trus yang dipikirin kamu juga butuh makan untuk bertahan hidup"

"Iya" balas Ara lalu memasuki kamarnya.

"Papah marah karena dia khawatir dan sayang sama kamu" lanjut Alvin sebelum Ara benar-benar masuk ke dalam kamarnya.

....

Kamar Ara.

Ara pun langsung masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu kamarnya lalu langsung berjalan ke kamar mandi yang ada di kamarnya itu.

Ara pun langsung mencuci wajahnya dan menatap wajahnya di cermin.

"Dengan cara papah kayak gini, itu sama aja bikin Ara gak punya teman dan kesepian pah" lirih Ara.

.....

19:00

Terlihat keluarga Ara yang kini sudah berada di meja makan.

Alvin dan Aldi yang kini sudah duduk di kursi masing-masing, dan Ranty yang sibuk menyiapkan makanannya.

"Ara kenapa belum keluar dari kamar?" tanya Aldi yang belum melihat anak bungsu nya itu ada di meja makan.

"Biar Alvin panggilin dulu pah" ucap Alvin lalu bangkit dari duduknya dan langsung pergi menuju kamar Ara.

Setelah sampai di depan kamar Ara, Alvin pun langsung mengetuk pintunya.

Tok tok tok

"Dek, ini abang" ucap Alvin.

"Masuk aja bang, gak di kunci kok" teriak Ara.

Lalu Alvin pun langsung membuka pintunya dan melihat Ara yang sedang berkutat dengan pensil dan bukunya itu.

"Kata papah suruh makan" ucap Alvin

"Iya" balas Ara lalu menyimpan Buku dan pensilnya lalu keluar dari kamarnya bersama Alvin.

...

Ara dan Alvin pun langsung duduk di kursi.

Lalu Ranty pun menyodorkan piring kepada Ara dan Alvin dan mereka berdua pun menerimanya.

"Ara" panggil Aldi papahnya itu dengan muka seriusnya.

"Iya pah" balas Ara yang ingin mengambil nasi dan menaruhnya di piringnya itu.

"Taro dulu piringnya" perintah Aldi tegas dan langsung di turuti oleh Ara.

"Pah" panggil Ranty yang melihat raut wajah suaminya itu kini tampak kesal.

Aldi pun hanya menghiraukan Ranty dan menatap tajam Ara.

"Kamu tau kesalahan kamu itu apa?" tanya Aldi serius.

Ara pun hanya menggelengkan kepalanya.

"Papah benar-benar kecewa sama kamu Ara"

Ara pun langsung menatap wajah Papahnya itu.

"Papah sudah berapa kali bicara sama kamu, jangan pernah terjerumus sama semua itu, karena itu bisa ngerusak masa depan kamu" kini nada bicara Aldi mulai meninggi.

"Maksud papah?" tanya Ara yang kini tak mengerti apa yang dibicarakan oleh papahnya itu.

"Kamu gak usah so gak tau maksud papah apa"

"Tapi Ara benar-benar gak tau pah"

"Jelasin sama papah apa maksud dari semua ini! "

"Jelasin apa pah?"

"Tadi pas papah pulang kerja, papah ketemu sama teman-teman sekolah kamu, dan mereka bilang kalau kamu itu punya pacar"

Ara pun kaget mendengar perkataan papahnya itu.

"Papah kata siapa?"

"Gibran yang bilang sama papah kalau kamu itu pacaran sama Raka"

"Ara gak pacaran pah"

"Harus berapa kali sih papah bilang? Jangan dekat dekat sama Raka, kamu itu lupa atau gimana sih, Raka itu anak berandalan yang suka cari masalah di sekolah, kamu pikir papah gak tau, papah tau semuanya Ara!! " bentak Aldi.

"Ara gak pernah sedikitpun niatan buat pacaran pah, apalagi sama Raka" ucap Ara lalu berdiri dan pergi dari meja makan.

"Papah belum selesai bicara Ara!!"

"Kalau papah tau semuanya, papah gak mungkin percaya kalau Ara pacaran sama Raka" ucap Ara lalu masuk ke kamarnya dan mengunci kamarnya.

"Alvin susulin Ara dulu pah" ucap Alvin bangkit dari duduknya.

"Gak usah! Kamu makan aja" balas Aldi.

Alvin pun hanya menuruti perkataan papahnya itu sedangkan Ranty hanya terdiam menyaksikan semuanya.

Ranty tidak habis pikir dengan apa yang terjadi barusan, suaminya itu sudah berani membentak putri kesayangannya itu.

......

"Papah tau? Ara sakit pah, Ara sakit dengan semua perlakuan papah yang selalu kayak gini sama Ara pah, papah selalu bilang sayang sama Ara tapi papah malah ngekang Ara pah hiks hiks" lirih Ara yang kini menjatuhkan dirinya di kasurnya dan menenggelamkan wajahnya di bantal.

Hati Ara benar-benar hancur.

DAISY KU - (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang