dua | the R triplets

1.1K 173 76
                                    

Eventhough we're on the same sea, we're not in the same boat anymore, we're alone and giving up to gathered in the same boat, again.

- muffindas (inspired by dear dream (nct dream) lyrics)

•fmn•

The freedom that hurt you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The freedom that hurt you.

Satu-satunya kalimat yang mampu mendeskripsikan perasaan Reno dalam kesehariannya adalah 5 kata di atas. Kebebasan yang diinginkan oleh beberapa orang bukanlah sesuatu yang ia inginkan, sebab kebebasan itu nyatanya memberikan ruang kosong pada dirinya.

Sejak Reno masih kecil, kedua orang tua Reno sudah sangat disibukkan dengan pekerjaan mereka sehingga waktu untuk bersama dengan anak sematawayang mereka sangatlah terbatas, hal itu berlangsung hingga tahun-tahun berikutnya. Ketiadaan kedua sosok penting dalam tumbuh kembang anak itu justru membuat Reno tak terikat dengan apapun, kedua orang tuanya pun tampak tak terlalu peduli dengan Reno. Yang penting, Reno makan dan minum dengan baik, kebutuhan sehari-hari yang serba terpenuhi dan sekolah di tempat yang baik pula.

Awalnya tidak menjadi masalah karena Reno memiliki para sahabatnya di sisinya, yang selalu menghabiskan waktu bersama sejak mereka masih di usia awal belasan tahun sampai akhir usia remaja mereka. Sayangnya, ruang kosong yang dahulunya dihuni oleh para sahabatnya kini telah ditinggal pergi.

Kekosongan itu menerkamnya dalam kesendirian nan menyesakkan dada.

Sama seperti fajar-fajar sebelumnya, cowok berzodiak Taurus itu kini duduk di tepi jendela rumahnya (baca: rumah yang sudah menjadi kepemilikannya sejak ulang tahunnya yang ke tujuh belas tahun). Dalam remang dengan lampu tidur sebagai satu-satunya sumber cahaya di dalam kamarnya, dengan lantunan piano River Flows in You yang dimainkan oleh sahabatnya yang menjadi alarm bangun tidurnya, Reno menghela nafas.

Perasaan itu kembali menghantuinya.

Ia kesepian.

Untuk mendistraksi perasaan itu, Reno lantas mengambil bola basket di sudut kamarnya, lalu melompat begitu saja dari jendela kamarnya dan mendarat tepat di halaman samping rumahnya, di sebuah lapangan basket mini dengan bangunan kecil yang tersembunyi diantara semak dan tanaman tak terawat.

Suara pantulan bola basket dan lantai menggema diantara senyapnya fajar hari itu, cukup untuk membuat perasaan Reno jadi sedikit terhibur dibandingkan sebelumnya. Setidaknya, setelah kehilangan para sahabatnya, ia masih memiliki basket sebagai sisa dari mimpi pada masa remajanya yang akan selalu menemaninya dalam tiap kesendiriannya.

Atau mungkin tidak?

Tiba-tiba, Reno jatuh terduduk sembari menyentuh lutut kanannya, peluh mengaliri wajahnya sementara ia sibuk menahan rasa sakit yang kembali menyerangnya dengan menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Namun setelah beberapa menit berlalu, rasa sakit itu tak kunjung hilang seperti bagaimana biasanya, dan Reno tidak mampu lagi menahan rasa sakit itu. Cowok itu menyerah menahan rasa sakitnya, memilih untuk merebahkan tubuhnya pada lantai semen sembari berteriak menyalurkan rasa sakit itu.

Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang