dua belas | last day

514 103 42
                                    

•fmn•

Odi, Rasya, Jingga, Kathriona dan Cavaro berdiri saling tatap setelah panitia menyebutkan nama mereka untuk berada di dalam satu tim yang sama dalam agenda terakhir camp, yaitu Positive Fighter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Odi, Rasya, Jingga, Kathriona dan Cavaro berdiri saling tatap setelah panitia menyebutkan nama mereka untuk berada di dalam satu tim yang sama dalam agenda terakhir camp, yaitu Positive Fighter.

Positive Fighter adalah kegiatan penggalangan dana untuk modal para peserta dalam membangun Socio Project di masing-masing kampus dan daerah sasaran, kegiatan ini dilakukan oleh tim tanpa bantuan apapun, mereka di lepas untuk turun langsung ke masyarakat umum dengan hanya bermodalkan kaos camp dan nametag, mereka tidak diizinkan membawa handphone juga dompet, bahkan tak diberikan uang saku sepeserpun dalam melaksanakan kegiatan tersebut.

Kenapa sampai begitu, padahal kan cuma penggalangan dana?

Tidak. Positive Fighter berbeda dengan kegiatan penggalangan dana pada umumnya. Tidak ada acara meminta-minta di perempatan jalan saat lampu merah menghalangi jalannya lalu lintas, tidak juga dengan mengunjungi satu per satu tempat umum atau rumah warga untuk meminta uang. Positive Fighter lebih dari itu.

Para peserta diwajibkan memberikan jasa atau menjual barang. Bagaimana itu bisa dilakukan tanpa modal? Tentu saja bisa, setiap masalah pasti punya jawaban, kan? Begitu pun dengan cara mendapatkan dana melalui kegiatan Positive Fighter ini.

Kini, Odi, Rasya, Jingga, Kathriona dan Cavaro tengah duduk di pinggir jalan dengan nasi kotak sebagai jatah sarapan yang mereka pegang masing-masing, kelimanya tengah sibuk berpikir mengenai cara mereka mendapatkan dana sebanyak mungkin dengan modal tenaga dan kecerdikan mereka.

"Kalian pada laper, nggak?" Jingga membuka percakapan diantara kelimanya, yang mana disambut gelengan oleh kelimanya. "Gimana kalo nasi kotaknya kita jual aja? Lumayan ini punya brand terkenal dan isinya mewah, bisa kita jual agak mahal dan tentunya kita harus jelasin dulu ke target kita alasan kenapa kita jual dengan harga segitu."

"Ide bagus!" Cavaro menjentikkan jarinya, tanda setuju dengan usulan Jingga barusan.

"Kalo pun nanti kita laper, kita bisa jual jasa nggak sih? Misalnya kita bantu-bantu di Rumah Makan terus nanti dibayar makan." Kali ini Odi yang ikut bersuara dengan begitu antusias, ia lalu menambahkan dengan heboh. "Ah! Kita juga bisa minta upah uang, nggak sih? Urusan makan mah bisa nanti, makan gorengan aja cukup."

"Bener banget! Gue yakin deh kita nggak kepikiran soal perut laper nantinya karena terlalu asyik cari duit." Jingga lagi-lagi bersuara. "Tapi nanti kalo ada yang laper, harus bilang ya! Kesehatan tetap nomor satu!"

Keempatnya mengangguk setuju.

"Oh iya, gue punya ide nih. Gimana kalo kita bagi tim jadi dua, satu tim yang khusus menjajahkan barang dan yang satunya menawarkan jasa. Menurut kaliat gimana?" Cavaro selaku ketua kelompok rangkap ketua umum Socio Project pusat menyampaikan gagasannya.

Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang