tiga puluh | late autumn

209 21 36
                                    

"Then... I'll keep watch over you from far away, out of your sight. I won't chase after you, and I won't make you uneasy. I'll just watch from afar. Is it okay if I do that?"

— Heo Yi Nok (Hong Gil Dong, 2008)

•fmn•

Lidya dan Batara memenuhi panggilan Dokter Windy. Kali ini, keduanya datang tanpa Odi.

Hari ini, Odi kembali menjalani aktivitasnya seperti sedia kala, mengajar di Socio Project bersama dengan Ryandra, Reno dan Rasya. Sebelumnya, Lidya sudah menitip pesan ke Ryandra untuk mengajak Odi main sampai malam, katanya biar Odi bisa mendistraksi pikirannya yang sudah berminggu-minggu diam di rumah.

Di dalam ruangan yang didominasi warna putih dan biru langit, keduanya menunggu Dokter Windy selesai merapikan dokumen-dokumen hasil check up Odi.

"Seperti yang kita tahu, beberapa tahun yang lalu adalah awal mula Amnesia Disosiatifnya Niena . Sejak saat itu, Niena mengulang kembali kehidupannya dari nol dan selama dua tahun pula kita berusaha untuk tidak mengembalikan memori tersebut," Dokter Windy memberi jeda. "Tapi sepertinya, Niena menolak usaha kita itu."

"Gimana, Dokter?"

"Satu bulan yang lalu, Niena meminta saya untuk memanggil kembali memorinya. Dia mau tau tentang kepastian dari rasa familiar yang baru-baru ini datang. Hari itu, saya coba buat bantu dia... Tapi, bukan memori tentang orang-orang yang dia anggap familiar yang muncul, melainkan memori buruknya."

Mimik muka Lidya dan Batara kini berubah tegang juga cemas tiap menunggu kata demi kata keluar dari bibir Dokter yang telah menangani Odi sejak kecil.

"Berdasarkan hasil check up satu minggu yang lalu, memori yang itu belum datang."

"Belum... Berarti bisa jadi datang dan Niena bakal mengingat semuanya lagi?"

Dokter Windy menganggukkan kepalanya.

"Setiap tindakan yang kita ambil pasti punya sisi positif dan negatifnya. Dengan kembalinya Niena ke dunia luar, berarti dia —dan kita— harus siap dengan segala hal yang akan ditemui, termasuk orang-orang yang dia anggap familiar dan ternyata benar pernah ada di masa lalu dia, juga memori-memori yang hendak memunculkan diri." Dokter Windy kini meyakinkan kedua orang tua Odi, jika pilihan untuk membawa Odi kembali ke dunia luar adalah keputusan yang tepat. "Niena, udah berusaha sebaik mungkin selama dua tahun dimana dia akhirnya menapaki dunia luar lagi, dia menikmati tiap detik kehidupannya, dia berusaha menghalau rasa takutnya dan dia udah jadi lebih kuat dari sebelumnya. Saya melihat perkembangan dia waktu demi waktu, dari yang semula hanya berbicara satu dua patah kata menjadi ratusan kata, yang semula hanya mengenal satu dan dua orang kini terlibat dalam aksi kemanusiaan, dari yang semula minim ekspresi, kini dengan bebas menunjukkan perasaannya. Dia hebat, dan kalian harus bangga padanya."

Dokter Windy menggenggam telapak tangan Lidya yang bergetar.

"Kalau nantinya, kemungkinan terburuk itu datang, kita semua tahu apa yang harus dilakukan karena kita pun sudah pernah menghadapi situasi ini berkali-kali . Atau mungkin, dengan kembalinya ingatan itu, kita punya cara lain buat bantu Odi sembuh dibanding harus ngebuat dia kembali melupakan itu semua dan kejadian ini akan terjadi berulang kali kedepannya."

Batara menghela nafas, ia lalu merengkuh istrinya, menyalurkan hangat dan keberanian untuk menjalani ini bersama. "Aku bakal stay disini untuk beberapa waktu sampai anak kita benar-benar stabil. Kita jalanin ini sama-sama, ya?"

Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang