changmin terdiam kaku saat jungeun mengobati lukanya.
jungeun menutup kotak obat itu dan mulai berbicara. "changmin."
“changmin...”
“changmin!.”
“bicara saja.” ucap changmin singkat.
jungeun memasang wajah tak percaya. “apa? kenapa kau seperti ini?.”
changmin menerjapkan matanya. “kenapa?.”
jungeun memutar malas bola matanya. “kau ini kenapa?.”
“aku kenapa?.” tanya changmin balik.
“kenapa kau menjadi cuek padaku? kenapa kau menjadi pendiam? kenapa kau menjadi dingin? aku khawatir sesuatu terjadi pada otakmu.” ucap jungeun.
changmin tersenyum lebar, menunjukkan deretan giginya.
“aku tidak apa apa.”
“hih, iki tidik ipi ipi.” nyinyir jungeun. “ayo cerita padaku!.”
changmin menggeleng. "“serius, aku tidak apa apa.”
“aku ingin kau menjelaskan 'kenapa kau menjadi dingin, tadi?.”
changmin menghela nafas dan memalingkan wajahnya.
“aku tidak suka kalau kau tidak ada di pihakku. aku tidak suka kau membela orang lain didepanku, terutama laki laki.”
“changmin ... kenapa kau sangat menginginkanku sebagai kekasihmu? padahal di luar sana sangat banyak perempuan yang lebih sempurna dariku.” ucap jungeun.
“tidak ada yang sesempurna dirimu. mereka tidak memiliki apa yang kau punya, itulah alasan mengapa mereka tidak sempurna.” jelas changmin.
“ah, kau memujiku terlalu berlebihan.” jungeun menunduk dan terkekeh.
“aku tidak memujimu. ohya, soal hoodie-ku ... kenapa kau tidak memakainya?.” tanya changmin.
jungeun tersentak. “h—hoodie apa?.”
changmin mengatupkan bibirnya. “lokermu ... itu hoodie milikku.”
“ah! sudah kuduga!.” jungeun mengeluarkan hoodie itu dari tas-nya.
“aku kira ini milikmu dan ternyata benar!.”
changmin tersenyum lebar dan tertawa. “darimana kau tau itu eoh?.”
jungeun mencium hoodie itu. “baunya, ini khas milikmu.”
changmin menerjapkan matanya. “kau ... hafal dengan aroma tubuhku?.”
jungeun mengangguk.
“kenapa bisa?.” tanya changmin.
“kau sering memelukku bodoh.” jungeun melirik sinis.
changmin menggaruk tengkuknya. “a—ah begitu ya ...”
jungeun menatap changmin. “kenapa menatapku seperti itu?.”
“kenapa kau salah tingkah?.” tanya jungeun dengan tatapan jahil yang alisnya di naik-turunkan.
“t—tidak.”
“oh ayolah, kenapa kau gugup hmm?.”
changmin tertawa kecil dan berdiri. “aku tidak apa apa jungeun.”
changmin berjalan meninggalkan jungeun. “hei! tunggu! jangan tinggalkan aku!.”
jungeun berlari menyusulnya dan terhenti karena changmin berhenti.
“kenapa kau tidak mau aku tinggal?.” changmin tersenyum dan tertawa kencang.
“ish kebiasaan!.”
ㅤ
ㅤ
ya, setelah kejadian singkat sore tadi ... mereka saling diam sampai malam ini.
“ahya, aku tadi belum menjawab pertanyaanmu.”
jungeun menoleh. “hum? pertanyaan yang mana?.”
“kenapa aku sangat menginginkanmu sebagai kekasihku, jawabannya adalah ...”
jungeun terdiam.
“karena hanya kau yang berani dan mau berbicara denganku.” changmin tersenyum, selalu tersenyum.
meskipun tadi tidak.
“benarkah ...” gumam jungeun.
changmin mengangguk. “baiklah, aku tidak akan berbicara padamu agar kau tidak memintaku untuk menjadi kekasihmu.”
changmin mengulum bibirnya menjadi senyuman tipis dan mengangguk. “baiklah.”
“pergilah ... kau boleh meninggalkanku. sama seperti yang lainnya, hahaha!.” changmin tertawa geli, seperti baru saja mendengar lelucon yang menggelikan.
“aaa ... tidak tidak, sepertinya kau akan lebih gila jika tidak ada aku.”
“benar, aku sedih jika kau menolakku.” ucap changmin seraya mengusap sudut matanya karena tertawa.
“sedih? aku sering menolakmu, tapi kenapa kau tidak terlihat sedih sama sekali?.” tanya jungeun.
“haruskah aku menunjukkannya?.” changmin mengangkat sebelah alisnya.
“eee ... tidak juga sih, tapi kau hebat. kenapa kau bisa tersenyum seceria itu?.” tanya jungeun.
“ibuku ...”
“dia yang mengajarkanku bagaimana cara tersenyum meski hatiku tidak bisa tersenyum.”
EVE LINE
hai, jangan lupa vote dan komen ya! share ke temannya juga sekalian, hehe. see u!.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVE LINE.
Mystery / Thrillerno one else can own you. if i can't have you, then other people can't have you.