1 . 3

82 37 17
                                    

“ibu, kenapa ibu menangis?.” tanya changmin kecil.

sang ibu menghapus air matanya dan tersenyum. “ibu tidak apa - apa. boleh ibu meminta sesuatu?.”

changmin menerjapkan matanya polos. “apa?.”

“tolong tetap tersenyum ... bagaimanapun keadaannya. changmin harus tumbuh besar menjadi pria kuat dan tidak pernah menangis oke? satu lagi, tolong cintai istrimu sepenuh hati nanti ya ... jangan sakiti dia, jangan buat dia menangis. kalau bisa kau harus selalu membuatnya bahagia, nyaman, dan tersenyum.” ucap sang ibu.

changmin saat itu masih berumur tujuh tahun, tapi ia sudah pintar dan paham untuk anak yang seumuran dengannya.

“hyerim!!! siapkan makananku!.”

“ayahmu sudah pulang, tolong jangan mendekatinya ya ... ibu akan kembali.” sang ibu pergi meninggalkan changmin sendirian.

changmin sedikit mengintip ruang makan yang tak jauh dari kamarnya. memperlihatkan bagaimana kasarnya sang ayah pada ibunya.

“istri bangsat!!!.” chan — ayah changmin memukul kepala hyerim menggunakan gelas besar yang ada ditangannya sampai gelas itu pecah.

hyerim terjatuh dan memegangi kepalanya yang bocor.

“i—ibu ...” changmin membulatkan matanya.

hyerim sadar putranya melihat semua kejadian itu. ia menengok ke arahnya dan tersenyum. lalu ia menggerakan mulutnya seperti mengucapkan 'jangan mendekat'.

“tak bisakah kau menjadi sedikit lebih berguna?! kau hanya menyulitkanku saja! aku ingin kau segera mati!.” bentak chan seraya menendang tubuh istrinya.

“m—maaf ... k—kalau dirimu menyulitkanmu saja ... a—aku rela mati, asal k—kau jaga anak kita ...”

“persetan dengan kalimatmu! ... anak itu! dia hanya anakmu saja! aku tidak akan pernah menganggapnya sebagai darah dagingku!.” kalimat itu terlontar secara lancar dari mulut chan.

“maaf, aku hanya bisa mengabulkan permintaan pertamamu ... aku akan membunuhmu sekarang.” ucap chan. ia sudah siap dengan sebilah pisau di tangannya.

chan menggila.

lutut changmin melemas. ia berlutut saat melihat ayahnya membunuh ibunya dengan sadis.

ini pembunuhan.

kejahatan.

gila.

chan menengok ke arah changmin. “hei sinting! diam di situ atau aku akan membunuhmu juga?!.”

changmin berdiri seraya menunduk. ia mundur dan menutup pintunya pelan.

“sayang—oh! apa ini?!.”

“dia sudah mati, kita bisa bersenang - senang sekarang.” ucap chan.

“aahh... kau sangat pintar, chan.”

ewh, terdengar menjijikan. mereka berdua berciuman, di depan mayat ibu changmin yang masih berlumur darah.ㅤ





































ㅤㅤ

beberapa tahun kemudian, changmin sudah mulai besar dan bisa berpergian.

pergilah kau dasar anak pembawa sial!.

EVE LINE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang