Saat lembaran ini dibuka, saat tulisan ini kamu baca. Kuharap kamu sedang baik-baik saja ya. Kuharap dunia memperlakukanmu dengan baik, atau setidaknya kekuatan ada bersamamu, dalam dirimu.Ayo Tarik napas sebentar, kamu berhak untuk melupakan beban yang berat dipundakmu. Kamu berhak untuk lepas dari pikiran-pikiran yang terus menyakitimu, hanya sebentar.
Saat halaman ini kalian baca, kalian dapat memutuskan untuk masuk kedalam kehidupanku atau hanya singgah di halaman pertama saja. Ah ataukah kalian ingin mengetahui terlebih dahulu sedikit tentang diriku? Dan beberapa orang yang terlibat dengan kisahku.
Setelah ini kalian dapat memutuskan, ikut masuk lebih dalam dengan segala hal dalam hidupku, atau pergi meninggalkanku dengan kisahku.
Namaku Ratu Kailasa Atharwa. Aku gadis SMA yang tidak bisa menikmati masa SMA ku seperti remaja-remaja lain.
Bukan karena aku punya kelainan, tapi karena aku mempunyai dua orang yang terlalu fokus pada angka-angka dalam raporku, mereka terlalu focus memikirkan bagaimana caranya agar keluarga kami selalu terkesan hebat tanpa celah.
Ya, orangtua ku. Mereka selalu membanggakan segala hal dalan keluarganya, yang tanpa sadar apa yang mereka lakukan menyiksaku dari belakang secara perlahan.
Aku tahu, pandangan orang terlalu penting bagi mereka. Apalagi Ibuku adalah seorang pengacara terkenal yang tak jarang segala tentang kehidupannya disiarkan, dan Ayahku adalah seorang direktur perusahaan besar juga pemilik sekolah yang aku tempati.
Namaku Ratu Kailasa Atharwa. Aku gadis SMA yang tidak bisa menikmati masa SMA ku seperti remaja-remaja lain.
kata-kata itu perlahan memudar setelah aku bertemu dengan beberapa orang yang mengajariku beberapa hal dalam hidup, yang membuatku sedikit keluar dari hal yang selama ini terus bersamaku dan aku jadi pernah merasakan rasanya nongkrong bersama teman seusai pulang sekolah, hehe.
Setidaknya aku memiliki beberapa warna terang dalam hidupku karena kehadiran mereka.
Hey Arya, beberapa baris kalimat ini untukmu. Kuharap kamu membacanya. Terima kasih dan maaf, iya Arya aku tahu aku pernah mengatakan terima kasih dan maaf secara langsung kepadamu, tapi izinkan aku untuk mengucapkannya lagi dalam tulisanku. Terima kasih karena telah mengajariku apa arti hidup dalam pandanganmu.
Terima kasih telah mengajari pentingnya mencintai diri sendiri, terima kasih telah membuatku menerima diriku lebih dari sebelumnya.
Ah ya, ucapkan terima kasih pada adikmu, karena dia aku jadi bisa mencuci piring. Hal sederhana yang pertama kali kulakukan dirumahmu.
Dan maaf Arya, maaf atas segala hal dalam diriku yang menyakitimu dan tentunya maaf untuk perkataan Ayah yang aku yakin itu menyakitimu. Maaf ya Arya. Maaf juga karena aku marah terhadap angka milikmu yang tak bisa kuraih, sudah ku ikhlaskan setelah mengenalmu. Kamu berhak.
Ini untuk Dewa, laki-laki yang kuanggap misterius. Sejujurnya aku tak suka karena kamu memaksaku bolos sekolah bersamamu, padahal hal itu adalah hal yang sama sekali tak pernah kubayangkan akan terjadi dalam hidupku, apalagi saat itu aku memanjat pagar belakang sekolah dengan bantuanmu, sampai aku mendapat luka di lututku yang kering setelah dua hari.
Setelah mengenalmu, kamu masih misterius seperti pertama kali aku melihatmu. Tapi nyatanya tak seseram itu, kamu lucu, walau sebenarnya kamu lebih menyebalkan daripada lucu.
Aku mengucapkan terima kasih padamu karena kamu banyak membuatku tertawa, walau aku tak tahu kondisi hatimu saat melempar lelucon lucu itu sedang baik-baik saja atau bahkan terluka.
Dewa, kamu juga mengajarkan arti kehidupan untukku dengan caramu yang tentunya aku suka.
Terima kasih juga telah membuatku lebih berani menyampaikan perasaan yang tengah dirasakan. Dewa kamu juga mengajarkan apa itu sakit. Iya dewa udah aku maafin, walaupun sesakit itu tapi aku menikmatinya, karena kamu yang memberinya.
Kamu berani Dewa, kamu berani datang kerumahku menemui ibuku dengan alasan kerja kelompok padahal malam itu kamu membawaku menikmati jalanan malam dengan motor besar mu.
Kamu hebat, hebat membuat Ibuku percaya tanpa curiga sedikitpun, bahkan kamu membuat Ibuku mengiyakan untuk aku naik motor bersamamu.
Dewa terima kasih ya, aku suka segala hal dalam dirimu. Kecuali kamu ketika sedang berkelahi. Aku gak suka kamu ribut-ribut Dewa, inget ya.
Hai Ken. Iya aku tahu disekolah kamu dipanggil Genta, waktu itu aku sempat bingung ketika bertanya keberadaanmu kepada teman kelasmu tetapi mereka bilang tak ada nama Ken dikelas mereka.
Ken aku minta maaf atas segala keegoisanku yang membuat kamu putus dengan pacarmu.
Maaf Ken, saat itu aku sangat takut, takut kamu terlalu asik dengannya sampai melupakanku yang saat itu cuma kamu tempatku mengeluh tentang segalanya, cuma kamu yang ngerti tentang aku.
Aku minta maaf Ken, dan tentunya terima kasih untuk segalanya. Makasih selalu ada setiap titik terendah diriku. Terima kasih Ken. Kamu tau aku sayang kamu.
Boleh aku bertanya? Sudahkah kalian memutuskan untuk terus membaca kisahku dan masuk kedalamnya atau cukup sampai di bab ini?
Aku memberikan pilihan, kalian boleh berhenti atau melanjutkan. Bab ini akan segera kututup, sampai bertemu di bab selanjutnya untuk kalian yang memutuskan masuk lebih dalam kedalam kehidupanku.
***
Aku nulis cerita baru lagi, doain bisa selesai. Karena kebiasaan aku semangat nulis cerita baru pas awal-awal doang. Huhu sedih banget. Makanya sampe sekarang gak ada cerita ku yang sampai selesai.
Gapapa gada yang baca yang penting ide gue udah tertulis soalnya greget pengen cepet ditulis takut lupa. hehehehe.
bye bye.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaliasa
Teen FictionTerima kasih telah membuka profil cerita ini Ratu Kaliasa Arthawa "Aku hanya ingin merasakan rasanya bersenang-senang dengan teman tanpa memikirkan kedua orangtuaku yang akan terus membisingkan hpku ketika aku telat pulang beberapa menit saja. Aku i...