20. Seleksi Olimpiade

2 0 0
                                    


Hari ini adalah hari dimana dilaksanakannya tes seleksi peserta olimpiade. Dan seminggu kemarin aku benar-benar belajar habis-habisan, karena Bunda mengawasiku lebih ketat dari biasanya.

"Semangat Aila ku." Kata Usha tersenyum riang.

Seleksi peserta olimpiade ini akan dilaksanakan di jam pelajaran kedua. Dan sekarang aku sudah merasa deg-degan, aku khawatir tidak bisa lolos dan membuat Ayah juga Bunda marah besar.

Aku merasa tak tenang. Dan tentunya itu akan memengaruhi aku saat mengerjakan soal seleksi.

Aku berharap aku bisa mengerjakan semua soal dan dapat lolos menjadi peserta olimpiade. Walau sejujurnya aku sama sekali tidak ingin mengikuti olimpiade ini.

Aku tersenyum pada Usha. "Makasih Usha." Jawabku lesu, aku merasa tidak semangat sama sekali.

Aku merasa sangat lelah, sampai-sampai seminggu terakhir ini aku sering mengalami mimisan.

"Semangat Aila sayang seleksinya!!" Kata Rio dengan heboh. Dia menghampiriku bersama dengan Ica.

"Makasih Rio." Balasku tersenyum.

Ica mendelik sinis pada Rio. "Najis so soan."

Aku tertawa melihat tingkah mereka. Rio memanyunkan bibir kedepan Ica kemudian berkata. "Apaan sih yang cemburu mulu!"

Tak lama setelah itu tabokan Ica mendarat diwajah Rio.

"Tolong dong di cek otaknya masih berisi ato ngga." Kata Ica sarkas.

"Gak ada Ca, kosong. Otak nya udah di gadain sama si Rio." Kata Usha ikut menimpali.

"Oh ayang Usha juga cemburu gue nyemangatin Aila?"

Rio benar-benar membuat Usha semakin geram.

"Ca kita gak akan rugi kan jual temen kayak dia?"

"He not my bestfriend." Balas Ica menjawab pertanyaan Usha.

"Ca jahat banget sih Ca. Lo gak inget gue yang bayarin cilok lo kemaren? Lo gak inget gue pernah beliin lo roti jepang dan gue malu banget sama mbak indomaret. Emang cewek dakjal!" Kata Rio sudah mendrama. Wajah lelaki itu sungguh lucu membuat aku kembali menertawakannya.

"Ya itu kan tugas lo sebagai babu gue." Jawab Ica mengibaskan rambut sampai mengenai Rio.

Yang membuat aku heran, beberapa detik kemudian ekspresi Ica jadi berubah.

Wajahnya mendung, dengan cepat menarik Rio mendekat kearahnya.

"Nyanyi yuk Yo. Emang si Gema anjing gue sakit hati huhu." Katanya jadi bergelayut dilengan Rio.

Respon Rio, dia merangkul Ica sambil menepuk-nepuk pelan kepalanya. "Kasian, kata gua juga ga usah pacaran emang paling bener."

"Tolong ya gue nitip pukulan buat si Gema buaya anjing tidak tahu diri."

"Iyalah tanpa disuruh juga udah gua pukulin. Berani-beraninya nyakitin Ica gue."

Kalian bisa lihat kan?

Aku juga heran. Baru saja tadi mereka cekcok saling meledek satu sama lain. Tapi sekarang sudah seperti itu. Kompak dan saling peduli.

***

Satu menit sebelumnya ada pengumuman dari speaker sekolah. Bahwa pelaksanaan seleksi peserta olimpiade akan dilaksanakan sepuluh menit kemudian, dan kami diperintahkan untuk datang keruangan yang sudah disediakan.

Usha kembali menyemangatiku dengan heboh, juga beberapa teman kelasku yang lain. Aku tersenyum dan berterima kasih pada mereka.

Ada aku, Arya dan Ega yang mendaftar dari kelasku. Aku berjalan bersama Arya, dan sepertinya Ega sudah keluar dari kelas sejak tadi.

KaliasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang